🍁Danh Meijer🍁

28 2 2
                                    

Di sini ada satu kisah
Cerita tentang anak manusia
Menantang hidup bersama
Mencoba menggali makna cinta

Tetes air mata
Mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita
Tak akan berhenti mengejar matahari

~~~~~~~Mengejar Matahari~~~~~~~
Keisya Levronka & Andi Rianto

🍁

Gerimis di luar semakin deras membasahi bunga bugenvil yang mulai bermekaran.

Ruang perpustakaan sekolah.

"hiks.. hiks..Emmaaa~"
Sejak tadi Esmee tidak berhenti menangis. Tidak, lebih tepatnya sejak kemarin setelah kami tahu bahwa papa memang benar-benar akan menikah lagi dengan nyonya Elena.

Ya, itu memang benar.
Setelah papa mengatakan bahwa ia akan menikah lagi, Esmee berteriak histeris.

"Benar Emma, papa akan segera menikah lagi dengan nyonya Elena. "
Esmee membulatkan matanya sempurna.
"TIDAAAKK!"
Tuan Edwin sampai terkejut mendengar teriakan histeris Esmee. Begitupun sebaliknya dengan nyonya Elena.

"Tidakk! Esmee tidak ingin papa menikah Lagii! Kenapa papa harus menikah lagii?!"

"Esmee, papa tidak - "

"Tidak apa paa?!"

Esmee menaruh garpu di sembarang tempat dan mulai beranjak dari kursi.
"Esmee tidak sayang sama papa lagii! Esmee benci papa!"
Esmee berbalik dan berlari meninggalkan ruang makan.

Dari sini aku melihat Esmee berlari meninggalkan kami dan dari sini juga aku bisa melihatnya meneteskan air mata. Aku tahu itu, meskipun Esmee tidak memperlihatkan tangisannya tapi aku tahu kalau Esmee sedang menangis.

Dan jika kalian ingin tahu, ini adalah pertama kalinya aku melihat Esmee marah pada papa. Aku tahu sebenarnya keputusan papa kali ini membuatnya marah, tidak hanya Esmee yang merasa begitu. Kalau boleh jujur aku kecewa dengan keputusan yang papa buat.

Aku merasa papa mengkhianatiku juga Esmee dengan menikahi wanita lain dan aku tidak ingin memiliki seorang ibu lagi selain mama.
Memang aku dan Esmee tidak pernah melihat wajah mama yang asli, suara mama di rumah ini, ataupun pelukan hangat mama kami tidak pernah merasakannya sejak kecil. Kami hanya bisa melihat mama dari bingkai foto yang ada di rumah ini dan dari cerita-cerita papa tentang sosok mama.

Walaupun begitu, kami masih merasakan hangatnya kasih sayang orang tua meskipun hanya ada papa, orang tua tunggal yang kami miliki. Menurut kami papa sudah lebih dari kata cukup untuk menjadi orang tua bagiku dan Esmee. Papa sudah menjadi orang tua tunggal yang luar biasa menggantikan posisi mama di rumah ini dan mendidik kami dengan penuh kasih sayang. Itu sudah cukup.

Papa hanya bisa menatap Esmee pergi meninggalkan ruang makan keluarga. Papa menaruh kembali pisau dan garpunya di atas piring. Papa menghela nafas panjang, memgambil kain lap di atas meja. Mengusap tangannya sebentar lalu memandangku.

"Emma"

Aku menoleh ke arah papa dan kami saling pandang untuk beberapa detik saja. Bola mata papa sangatlah indah berwarna biru lautan. Dari manik matanya papa seperti memberikan isyarat kepadaku untuk tetap berada di sini. Papa sepertinya ingin membicarakan sesuatu hal kepadaku. Dan aku tahu itu. Itu pasti tentang kabar pernikahannya dengan Nyonya Elena. Papa ingin menjelaskan kepadaku tentang hal ini.

Papa menggenggam tanganku, genggaman yang hangat.

"Maafkan papa nak, papa tahu kalian pasti terkejut mendengar kabar ini. Bukannya papa tidak ingin memberi tahu kalian soal pernikahan papa dengan nyonya Elena, hanya saja papa mencari waktu yang tepat untuk memberi tahu kalian. Karena papa tahu, kedua putri kecil papa ini sangat sensitif terhadap satu hal. Tapi sepertinya kalian sudah mendengarnya dari mulut orang lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EMMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang