06 || Salah Tempat Pelarian

Start from the beginning
                                    

"LDR-an, ya?" tanya Dirga, mencoba menggali informasi.

Naka tidak langsung menjawab. Sebagai gantinya, ia hanya tersenyum tipis.

"Yeee, ditanyain juga. LDR atau udah putus?" tanya Dirga dengan rasa ingin tau.

"Tau nggak istilah 'putus tanpa kata putus'?" tanya Naka seraya menoleh pada Dirga.

"Huh?" Dirga tampak bingung dengan istilah yang tidak familiar baginya.

"Itu yang terjadi antara gue sama dia," tambah Naka yang mencoba menjelaskan situasi meski dengan perasaan campur aduk.

Dirga diam sejenak, putus tanpa kata, hubungan mereka berakhir tanpa penjelasan atau komunikasi yang jelas? Kayaknya gue pernah baca di google begitu deh, eh, iya bukan ya? Gatau, lah, pikirnya. mencerna informasi yang baru saja dia dengar, dan akhirnya ia mengangguk meski belum sepenuhnya memahami.

"Iya deh. He'euh aja," pungkas Dirga sambil mengayunkan kentang goreng di atas saos.

Sembari mengunyah kentang goreng, Dirga berkata, "Eh, Na. Lo pernah denger kasus kakak tingkat kita dari jurusan kedokteran yang bunuh diri itu, nggak, sih?"

Jari Naka menekan tombol power di ponselnya lalu meletakkan benda elektronik itu di atas meja. Ia langsung melirik ke arah Dirga. "Yang katanya bunuh diri karena stres itu? Kenapa tiba-tiba lo tertarik ngebahas tragedi? Digentayangin lo?"

Dirga menggeleng. "Eh! Amit-amit! Bukan maksud gimana-gimana gue tuh, cuma beberapa mahasiswa pada ngomongin itu lagi gara-gara ada berita yang serupa di sosmed."

"Dan lo kepo?" tanya Naka dengan nada skeptis.

Dirga memasang senyum andalannya. "Sebenernya sih ... iya."

Naka menggelengkan kepala, tak heran lagi. "Udahlah. Kita gak tau kebenarannya gimana. Nggak usah dibahas."

Dirga mengangguk setuju sembari minum es jeruk pesanannya. "Bener juga sih. Kurang kerjaan banget."

"Itu nyadar," ujar Naka sambil melanjutkan makan takoyaki-nya dengan sikap cuek.

Di tengah damainya istirahat, Naka dan Dirga duduk bersama, menikmati suasana santai mereka. Datang seorang pemuda mendekati mereka dengan cepat.

"Naka," panggil pemuda itu dengan suara ramah.

Naka langsung menoleh, memperhatikan pemuda yang baru datang. "Ya?"

"15 menit lagi kumpul UKM di aula buat bahas persiapan kegiatan sama materi, ya," ucap pemuda tersebut dengan antusias.

"Oh, oke Bang, bentar lagi gue ke sana," jawab Naka.

Pemuda itu memberi senyuman singkat sebelum berlalu pergi. Dirga tidak bisa menahan komentarnya.

"Lo kurang alesan buat pusing apa gimana, sih? Segala ikut UKM," ucap Dirga.

Naka hanya tersenyum santai, mengangkat bahu sebagai tanggapannya. "Kadang-kadang kita suka pengen tau lebih banyak, kan? Siapa tau aja ada yang menarik."

Dirga hanya menggelengkan kepala dengan senyum mengejek. "Ambis, ambis, ambis. Kayaknya lo sama Mas Saka sama aja deh, Na. Lo ngatain Mas Saka pengabdi kampus, padahal lo sendiri tanpa sadar ngikutin jejaknya."

Naka tertawa kecil setelah menandaskan minumannya. Sepersekian detik berikutnya, ia bangkit. "Cabut dulu, ya," ucapnya sambil memberi isyarat pamit.

Dirga yang masih menyedot minuman dengan santai menjawab dengan suara teredam. "Ini takoyaki nggak lo abisin?" tanya Dirga yang sempat melepas sedotan yang ia gigit, menunjuk beberapa takoyaki yang masih tersisa di atas meja.

Geng BratadikaraWhere stories live. Discover now