Dom.

331 32 6
                                    

JANGHYUN POV

Setelah berusaha keras dan melewati batas kami, aku akhirnya mengalahkan Raja Seongnam, tapi...

Di kejauhan aku melihat seseorang, pria yang tinggi dan badan yang tak terlalu besar, perlahan maju menuju ke arah kami berdua.

Semakin mendekat kami semakin melihat jelas, rambut mullet dan pakaian serba hitam. Mata kami terbuka lebar mengingat tentang seseorang.

"Apakah kamu... Cakra?!" Tanya ku dengan nada ketakutan

"Hei, apakah aku terlihat setua itu? Kita ini seumuran loh"

"Tentu saja aku bukan orang itu" Jawabnya dengan nada santai sambil melakukan pemanasan

Mendengarnya kami merasa lega dan menatapnya dengan mata dingin.

"Kalian, anak generasi 2 kan? Aku menyaksikan pertarungan hebat kalian, kebetulan aku ingin menguji kekuatanku disini, kalian adalah orang yang pas" Ucap orang itu dengan seringai yang menantang

Tanpa berpikir panjang, aku dan Wonseok melayangkan serangan yang cepat dan fatal tepat di ulu hatinya, namun... Dia menahan serangan kami tanpa bergerak sedikitpun.

"Hei, apa kalian tahu? Di kampung halamanku hal seperti ini adalah makanan sehari-hari ku"  dia tersenyum dengan nada santai.

Kami mundur sejenak sambil melihat kearahnya, dia sangat kuat! Bagaimana cara untuk mengalahkannya? Aku berusaha berfikir sekeras mungkin, mencari cara untuk mengalahkan orang itu

Tiba-tiba Wonseok membisikan sesuatu kepada ku "Incar kepalanya"

Aku yang mendengar hal itu mengangguk pelan lalu maju untuk melayangkan tendangan kearah kepalanya, namun tendanganku ditangkap dengan mudah, kakiku diangkat tinggi hingga aku terjatuh di tanah.

"Kau tahu, aku bisa saja meremukkan tulang-tulang kakimu ini, namun aku tak ingin melakukannya" Ujarnya sambil tersenyum. Janghyun merasa di remehkan melihat senyuman itu

Wonseok maju dan melayangkan pukulan padanya, namun pukulannya ditangkis dan Wonseok dipukul pas di ulu hatinya. Serangan itu mampu membuat seorang Wonseok terpental cukup jauh dari tempat berdiri nya tadi

"Serius dong, aku tadi lihat kalian jago sekali, aku akan sedikit serius mulai sekarang." Ucapnya sambil memasang kuda-kuda aneh

Apa itu? Kuda-kuda macam apa itu? Aku baru melihatnya dengan mata kepalaku. Bagaimana cara kami menyerangnya?

Aku mencoba untuk menyerangnya dengan kekuatan penuhku, namun... teknik apa lagi ini?

Saat aku melayangkan tendangan dengan kekuatan penuh, dia lompat ke arahku sambil memasukkan kedua kakinya di punggung dan paha atasku, kemudian memutarkan badannya.

Aku terjatuh dan kepalaku menghantam tanah dengan sangat keras. Kepala ku terasa sangat sakit dan ada darah segar mengalir lewat pelipis yang robek

Aku tercengang dan semakin bingung karena tekniknya yang tak pernah ku lihat sebelumnya

Teknik ini sangat simpel tapi mematikan, tak perlu banyak gerak pun bisa membunuh lawan?

Kami harus menang, kalau tidak menang maka kami akan mati.

Aku dan Wonseok maju lagi sambil mendaratkan serangan terkuat kami, namun dia hanya diam di tempat?!?.

Saat serangan kami sudah dekat, kami berhenti, andai saja kami tidak berhenti maka mata sebelah kami sudah rusak.

Apa apaan orang ini? tangannya bersiap mencolok mata kami! dia sudah gila, dia adalah monster gila! Kami tak bisa menang darinya!

"Baiklah, sepertinya aku harus mengakhiri ini, kalian ternyata sangat lemah" Ucapnya dengan tatapan kecewa. Helaan nafas pun terdengar keluar dari mulut orang itu

Apa? Apa maksudnya mengakhiri? Apakah kami akan mati? Tidak mungkin kami mati disini, kami akan mengeluarkan seluruh kemampuan kami.

Aku dan Wonseok maju dan melayangkan serangan bertubi-tubi kearahnya, namun tak ada satupun serangan yang membuatnya kesakitan.

Waktu berlalu, pertarungan kami terus berlanjut, aku sudah menggunakan mode terkuatku bahkan Wonseok sudah menggunakan CQC nya tapi tetap saja.

Kami sudah menyerang dari segala penjuru, namun fisik yang keras ini, kami seperti menghantam tembok besi yang sangat keras.

"Aku pikir dengan datang kesini aku bisa bertemu orang-orang kuat, namun yang ada hanyalah orang seperti kalian" lelaki berambut mulet itu berdiri tegap di hadapan kami

Dia pun mulai bergerak dan melayangkan tendangan sabit yang sangat cepat kearah Wonseok, Wonseok terlempar jauh dan pingsan.

*Tendangan sabit adalah tendangan menyamping yang sumber kekuatannya adalah putaran kaki dan pinggul

Aku melihat Wonseok yang pingsan merasa sudah tidak ada harapan lagi, aku terdiam beberapa saat. Aku merasa putus asa dan pasrah saja, menyerahkan diri membiarkan orang tersebut menyerang tanpa ku lawan

Tapi...apakah aku harus putus asa secepat ini?

Aku menatap orang itu. Dia hanya diam, tak bergerak dan tak memasang kuda-kuda. Dia menyalakan sebatang rokok tanpa mempedulikan keberadaan ku

"Namamu Janghyun kan? Dan satu lagi Wonseok? Kalian itu kuat, namun kalian seperti kebingungan melihat teknik yang aku gunakan" Dia seperti berusaha menahan tawanya

"Saat bertarung itu kau harus fokus dan percaya pada dirimu sendiri, itulah cara untuk menang." Ucapnya sambil mengepulkan asap rokok

"Ngomong-ngomong, aku tidak akan menghabisi kalian, kan awalnya aku bilang hanya ingin pemanasan sambil menguji kekuatanku" Ucap pria itu

"Karena kalian adalah orang pertama yang kuhajar di Korea, ambillah ini." Sebuah kartu di lempar ke arah ku, aku langsung mengambil kartu itu "Ini kartu namaku, hubungi aku jika kau perlu sesuatu"

Aku terdiam dan mengamati name card tersebut

Dom Hayden, 18 tahun, +82XXXX.
Masih semuda ini?..

Aku mengangkat kepalaku untuk menatap dia yang asik merokok "Sebenarnya, teknik apa yang kamu gunakan ini? Latihan macam apa yang kamu lewati sampai jadi sekuat ini?" Tanyaku dengan nada rendah

"Ah, itu... itu perguruan di kampung halamanku, namanya Pencak Silat" Jawabnya sambil mengepulkan asap rokok

Aku cukup terkejut mendengar jawaban itu, mata ku sedikit terbuka lebar ke arahnya  "Pe-pencak Silat? Aku seperti pernah mendengarnya, apakah itu teknik yang digunakan legenda gen 0, East Dragon?"

"East Dragon Cakra? Ah... itu guruku" balas nya dengan santai

"A-apa?? Gurumu adalah legenda itu?"

"Kenapa kamu kaget? Padahal di kampung halamanku ada banyak orang sepertinya loh."

Aku menatap kebawah dan termenung  'Banyak orang sepertinya? Apakah disana adalah sarang monster?' Ucapku dalam hati

"Baiklah, sudah waktunya aku untuk pergi, sampai jumpa lagi!" Dia membalikkan badan dan sedikit melambai tanpa menoleh ke arah kami

"Tunggu dulu! Dimana aku bisa belajar teknik itu?" Tanya wonseok tiba-tiba. Entah sejak kapan orang itu bangun

Dom langsung menoleh menatap Wonseok  "Hei! Aku kira daritadi kau sedang tertidur pulas, apakah kau mau kubuat tidur lagi?" Sebelah alisnya terangkat heran

"Tidak, aku hanya ingin menghindari pertarungan" jawab Wonseok dengan nada tegas

Dom diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan tadi "Oh, soal itu... kau bisa datang langsung ke kampung halamanku untuk berguru"

Emosi nya tiba-tiba berubah drastis. Aku cukup bingung kenapa dia bersikap seperti itu. Dasar orang aneh

"Baiklah, aku pergi dulu ya, mau sholat isya nih!" Ucap Dom sambil melihat kearah jam tangan lalu melangkah pergi. Secara perlahan Dom mulai tak terlihat di pandangan kami

Wonseok menatapi orang yang perlahan hilang tersebut

"Dia itu Monster, bukan, Naga! Dia Naga dari Timur!" Ucap kami berdua secara bersamaan.

Eastern Dragon -LOOKISMWhere stories live. Discover now