1

2.1K 184 18
                                    

.....

"Untuk yang kesekian kalinya,, lagi-lagi Sakura berhasil mengalahkanmu dengan mendapatkan nilai tertinggi di kelas. "
Sara menatap masam kearah kekasih tampannya itu.

"Ayolah, Sasuke-kun.. Jangan terus kalah dengan si pink itu.
Kau benar-benar harus segera mengalahkannya. "
Perempuan berambut merah itu terlihat bersungut-sungut.
"Aku benar-benar sudah sangat bosan melihat wajah sombongnya itu. Ck. "

"Sara benar. " pria yang memiliki tato segitiga terbalik dipipinya itu, mendudukkan dirinya disamping Sasuke.
"Akhir-akhir ini kau terlihat sangat aneh.
Sebenarnya ada apa denganmu, Man..?
Kau tidak sedang berada dalam tekanan seseorang, kan? "

"Jangan gila. Yang benar saja? Memangnya siapa yang akan berani mengancam Sasuke, apalagi sampai macam-macam dengannya.
Tidak akan ada yang mungkin berani melakukan itu. "

"Ya, itu benar. Tidak akan ada yang mungkin berani macam-macam dengan kita, apalagi dengan kekasih tampanku ini. " Sara membenarkan perkataan Neji sembari merangkul mesra lengan Sasuke yang terus saja terdiam sejak tadi.
"Iya kan, Sasuke-kun.. ?
Ah,, pokoknya lain kali kau harus bisa mengalahkan Sakura, agar dia tidak semakin merasa besar kepala. Okey? "

"Sudahlah.. Ayo kita masuk.
Bel istirahat berakhir sudah berbunyi. " Sasuke yang sejak tadi terdiam pun bersuara.
Dia berdiri dan mulai melangkah pergi yang segera diikuti oleh teman-temannya.

----

Sakura langsung memalingkan wajahnya saat Sasuke dan teman-temannya terlihat memasuki kelas.

Pandangan keduanya sempat bertemu selama beberapa detik, dan itu berakhir karena Sakura yang kembali menatap kearah teman-temannya.

"Pergilah ke kursimu. Sensei pasti akan masuk sebentar lagi. "
Sasuke berucap kearah Sara yang baru saja mendudukkan dirinya dikursi Neji, tepat disamping kursinya.

Dan gadis berambut merah itu pun segera berdiri.
"Baiklah,, tapi kiss dulu, ya.. "

Sasuke langsung memundurkan wajahnya saat Sara hendak mencium pipinya.

Dan hal itu sukses membuat gadis itu langsung cemberut. 

"Ish, ck. Menyebalkan. "
Dengan raut wajah masam,, Sara menghentak kesal kakinya, dan mulai berjalan menuju kursinya.

"Sara sangat agresif, dan kau terlalu dingin. "
Neji mendudukkan bokongnya di kursinya.
"Sebenarnya kalian itu benar-benar sangat cocok.
Tapi, Sas.. Sebaiknya kau sedikit mengurangi sifat dinginmu itu, agar setidaknya ada adegan manis diantara kalian. "

"Haruskah aku mencari lem khusus untuk menutup mulutmu. "
Sasuke melirik datar Neji yang membuat pria itu langsung terkekeh kecil.

Dan Neji pun langsung terdiam sembari memainkan ponselnya.
Meskipun Sasuke adalah sahabatnya,, tapi jika harus melihat pria Uchiha itu sampai mengamuk, maka itu bukanlah pilihan yang tepat untuknya.
Karena itulah,, Neji lebih memilih untuk diam dan tidak lagi menggoda pria disampingnya itu.

Pandangan Sasuke terlihat mulai terarah ke kursi Sakura.
Gadis yang selalu menjadi rivalnya itu,, terlihat tengah berbincang bersama teman-temannya.

Mereka mungkin memang rival.
Tapi sepertinya,, Sasuke tidak lagi menganggap seperti itu setelah kejadian beberapa minggu yang lalu.

"Kita jadi hang out setelah ini, kan? "

"Tidak. Sudah kukatakan, aku tidak bisa keluar. "

"Kenapa,, "
Shion menatap Sakura.
"Jika itu masalah uang, maka kau tidak perlu menghawatirkan tentang itu,, karena aku yang akan menghandle tentang pembayaran apapun nanti. "

"Dan itu hanya untuk, Sakura. " Shion kembali berucap saat ia melihat wajah berbinar Ino dan Tenten.
Hingga kedua gadis itupun langsung mencebikkan bibirnya kearah Shion.

"Tidak. Bukan tentang itu. "
Sakura menghela nafasnya pelan.
"Kalian sangat tahu, bukan..
Aku tinggal bersama bibiku sekarang. Jadi aku tidak boleh bersikap seenaknya disana. "

"Hanya pergi keluar sebentar. Dan aku yakin, itu tidak akan merugikan untuk mereka. Iya, kan teman-teman? "

Ino dan Tenten terlihat mengangguk.

"Tetap tidak. Sudahlah,, lain kali saja aku ikut bersama kalian. Tapi tidak untuk hari ini. "

"Ah,, bagaimana kalau kita ikut pulang bersamamu, sekalian mengetahui dimana tempat tinggalmu yang sekarang?
Aku juga akan membantumu untuk meminta ijin pada bibimu, kalau kau akan pergi bersama kita, nanti. "

"Ya, itu benar. Aku setuju. "
Tenten mengangguk setuju.

"Tidak-tidak itu bukan ide yang Bagus.
Sudahlah teman-teman.. Aku janji lain kali akan ikut bersama kalian, tapi tidak untuk hari ini. Okey..
Dan ya,, Pamanku sangat tidak suka kalau rumahnya dikunjungi oleh orang asing. Jadi tolong mengertilah.. "

"Ah, yaampun.. Itu pasti sangat berat untukmu. " Shion terlihat menatap prihatin kearah sahabat pinknya itu.
"Begini saja,, kalau mereka bersikap buruk padamu, maka tinggalah bersamaku saja.
Kaasan dan Tousanku juga pasti tidak akan keberatan kalau kau tinggal bersama kami. "

"Terimakasih. Tapi sepertinya tidak, karena aku tidak mungkin pergi dari sana begitu saja. "

"....."

-------

Sasuke segera menghentikan motornya saat ia melihat mobil didepannya yang  berhenti.

Sakura terlihat keluar dari mobil itu dan berjalan ke toko bunga yang berada berada beberapa langkah didepannya.

Hingga beberapa detik kemudian,,
Gadis cantik itu kembali memasuki mobilnya, dengan membawa buket bunga kecil ditangannya.

Sasuke dan motor kesayangannya itu, kembali mengikuti mobil yang ditumpangi Sakura.

Sasuke sangat tahu kemana Sakura akan pergi setelah ini, dan apa yang akan gadis itu lakukan.

Pergi ke makam orangtuanya.

Ya.

Sakura selalu melakukan hal itu setidaknya seminggu tiga kali, atau bahkan hampir setiap hari gadis itu pasti akan selalu berkunjung kesana.

Sasuke terlihat langsung menghampiri sopirnya saat ia sampai di area pemakaman orangtuanya Sakura.

"Pergilah,, Sakura akan pulang bersamaku, nanti.. "

"Baik, Tuan.. "

Dengan langkah pelan,, Sasuke mulai berjalan memasuki area pemakaman itu.

Tidak akan mendekat, dan hanya bisa memperhatikan dari kejauhan.

Sasuke tidak ingin mengambil resiko Sakura yang akan semakin marah padanya, jika sampai dirinya berani mendekat kearah gadis itu saat ini.

----

enemy be husband (SasuSaku) Pdf - EndOnde as histórias ganham vida. Descobre agora