Bab 1

15.1K 449 6
                                    

"Kamu yakin dengan keputusan mu?" Tanya pria yang kucintai. Aku hanya menganggukkan kepala ku pasti sambil menatapnya erat. Dia mendengar keputusanku dengan bimbang.

"Orang tua mu melarang, bukan?" Tanyanya lagi setelah terdiam beberapa saat.

Aku bangkit dari tempat duduk ku dan menghampiri dia yang duduk di seberang kemudian memeluk lehernya.

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin bersama mu. Bukankah itu juga harapanmu?"
James tidak menjawab ku, kemudian membalas pelukan ku dan membisikkan sesuatu di telingaku.

"I love You."

Malam itu adalah malam yang ketiga kalinya kami bercinta. Tidak ada penyesalan, yang ada hanya kebahagiaan dan kepuasan.
Aku yakin setelah aku lulus SMA, James pasti akan menikahiku. Itu juga janjinya ketika pertama kali kami bercinta. Keputusan yang kubuat adalah aku keluar dari rumah orang tuaku dan tinggal bersama James di rumah kontrakannya. Mama dan Papa marah saat ku bilang akan tinggal bersama James. Aku ngotot dan akhirnya Papa yang mengusir ku, melempar semua buku-buku dan pakaian ku keluar. Biar saja, toh mereka masih punya Randy, adik laki-laki ku. Suatu hari aku juga akan menikah dan meninggalkan mereka.

Tahun lalu James sudah lulus SMA dan saat ini dia menjadi pemain gitaris di group band nya dan sering tampil di cafe-cafe. Sedang aku, beberapa bulan lagi Ujian akhir akan dilaksanakan setelah itu aku resmi bukan anak sekolah lagi. Aku tidak memikirkan akan kuliah, aku hanya ingin hidup sederhana bersama James dan anak-anak kami setelah menikah nanti. Membayangkannya saja sudah membuatku bahagia.

***
Kehidupan sekolahku berjalan biasa-biasa saja. Hanya saja semua sedang sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir yang menentukan kelulusan. Aku juga ikut berdebar, ingin sekali ujian ini cepat berakhir. Saat berada di sekolah aku selalu ingin cepat pulang ke rumah kontrakan kami dan ingin segera memeluk James.

Siang ini saat aku pulang sekolah, James sedang duduk di teras sambil memainkan gitarnya.

"Aku pulang." Seruku ceria memecahkan konsentrasinya. Jari-jarinya terhenti di depan senar, dan dia menyambutku dengan senyuman.

"Aku beli beberapa masakan di Warung. Ayok makan." Ajakku sambil menarik tangannya masuk ke dalam rumah.

"Sesekali aku ingin makan masakanmu." Katanya saat aku sedang membuka bungkusan berisi ayam semur.

"Setelah aku resmi menjadi nyonya mu, aku akan masak setiap hari." Kataku sambil membuka bungkusan kedua yang berisi kangkung terasi kesukaan James.
Sekilas kulihat senyumnya memudar.

"Kenapa? Tidak selera?" Tanyaku memastikan

"Tidak. Ayok makan."

Terkadang aku merasa James sedang menyembunyikan sesuatu dari ku. Aku tidak berani berpikir kalau suatu hari kami akan berpisah. Hubungan yang susah payah kami bina selama dua tahun aku tidak ingin mengakhirinya begitu saja. Aku selalu berpikir positif karena aku masih bisa merasakan cinta dan perhatiannya padaku.
Siang itu kami makan sambil bercerita tentang konser mereka tadi malam. James punya cita-cita menjadi artis band tetapi di tentang oleh orang tuanya, itu juga alasan mengapa dia tidak tinggal bersama mereka. Harapan orang tuanya adalah ingin James melanjutkan usaha keluarganya karena dia anak tunggal. Tapi dunia usaha bukanlah dunia James, maka dia memilih lari dari keluarganya dan menjalani mimpinya.

Seusai makan, saat hendak mencuci piring kotor, aku melihat ada cangkir bekas kopi terletak di wastafel. Tidak biasanya James minum kopi.

"James, siapa yang datang tadi minum kopi?" Tanyaku sambil memutar keran air.

James tampak tidak menjawab ku, aku yakin dia masih di belakangku sedang membersihkan meja.

"James, siapa.." Tanyaku lagi lalu di sela.

Jawaban dari KesetiaanWhere stories live. Discover now