Bab 2

7.7K 309 0
                                    

Waktu cepat berlalu, saat ini aku sedang duduk di ruang ujian. Beberapa menit lagi ujian akhir hari pertama akan di mulai. Teringat seminggu ini James membantuku belajar dan kami berjanji tidak akan mengungkit masalah yang menyangkut keluarganya. Tetapi setelah ujian akhir ini selesai, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami berdua. Apakah kami akan tetap bersama atau berpisah.

Lonceng sekolah berdentang, guru pengawas kami sudah berada di dalam ruangan. Setelah memberikan beberapa instruksi penting, soal ujian pun mulai di bagikan. Aku menjawab soal ujian dengan sedikit gugup. Perut ku bergejolak dan mendadak aku merasa mual. Aku menutup mulutku dengan tangan, menahan sesuatu yang berusaha keluar dari kerongkongan ku. Aku tidak menyangka ujian ini bisa membuatku begitu gugup. Aku berusaha konsentrasi pada apa yang ku baca di lembaran soal dan menjawabnya.

Akhirnya, dua jam yang melelahkan berlalu juga. Aku langsung pulang setelah ujian berakhir, tanpa mendiskusikan soal ujian tadi bersama teman-teman, seperti yang lainnya. Rasanya ingin sekali cepat-cepat mengeluarkan isi perutku yang sedari tadi menggangguku.
Lima belas menit perjalanan pulang ke rumah kontrakan, aku tidak menghiraukan James yang menunggu ku diteras sambil menanyakan bagaimana ujian ku tadi. Aku menyerbu masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam toilet. Akhirnya aku benar-benar memuntahkan semua sarapan yang ku makan tadi pagi. James menepuk-Nepuk punggungku.

"Kamu tidak enak badan?" Tanya James cemas.

"Tidak. Aku terlalu gugup saat ujian tadi. Besok aku tidak akan sarapan terlalu kenyang seperti tadi." Kataku

***

Keesokan harinya aku hanya sarapan dua buah roti panggang dengan taburan gula kemudian berangkat ke sekolah. Benar saja, ujian hari ini aku tidak merasakan seperti yang kurasakan kemarin. Tidak ada rasa gugup, perut bergejolak apalagi mual. Syukurlah, dengan begini aku bisa konsentrasi dengan angka-angka yang ada di lembaran soal. James adalah guru yang baik, dia mengajarkan bagaimana mengingat rumus-rumus hitungan dengan mudah. Untunglah, aku mengerjakan soal ujian hitungan dengan lancar dan percaya diri. Dua jam berlalu dengan cepat, aku berhasil mengerjakan semuanya tepat waktu.

Saat perjalanan pulang ke rumah, aku merasakan perutku keroncongan. Maka aku membeli beberapa masakan di Warung dan membawanya pulang. James menyambutku di teras dengan perasaan cemas. Tapi wajahnya kembali lega setelah melihat aku tersenyum lebar padanya.

"Perut ku lapar. Ayok makan." Aku mengangkat bungkusan berisi masakan yang ku beli tadi dan mengajak James masuk ke dalam rumah.

Sungguh di luar dugaan, karena terlalu lapar, aku bisa makan lebih banyak dari James. Aku tercengang pada diriku yang tidak bisa kenyang, sedangkan James menertawakanku.

Besok adalah hari terakhir ujian, perasaan cemas kembali menghantui ku. Sore ini, James sedang mengkoreksi soal latihan yang ku kerjakan. Tidak ada kekhawatiran yang terpancar di wajahnya. Apakah itu artinya kami akan baik-baik saja? Walau ada sedikit tidak yakin, aku harus tetap berpikir positif. Aku tidak ingin perasaan tidak enak ini mempengaruhi hubungan kami.

Wajah James terlihat puas setelah selesai mengkoreksi soal latihan ku.
"Nilai delapan puluh."katanya sambil membereskan buku-buku yang ada di meja makan. "Ujian besok pasti tidak akan menjadi masalah buat mu." James tersenyum padaku setelah selesai menumpuk semua buku-buku itu menjadi satu.

"Yes." Aku mengangkat kepalan tanganku keatas. James menertawakan sikapku.

Aku bangkit dari kursi kemudian menghampiri James yang sudah berdiri. Aku memeluknya dan membenamkan wajahku ke dadanya tanpa berkata apa-apa. James membalas pelukan ku dan mencium rambutku. Aku menengadahkan kepalaku melihat wajah tampannya. James mendekatkan wajahnya kemudian menyatukan bibir kami. James melepaskan tangannya dari pinggang ku dan meletakkannya di kedua pipiku kemudian menciumku dengan penuh hasrat.

Jawaban dari KesetiaanWhere stories live. Discover now