H-12: Kekasih yang buruk?

235 27 0
                                    

Ririn POV

Aku sudah mengurung diri sejak tadi malam. Otakku berhenti berkerja seketika. Rasanya aku belum bisa menerima informasi yang diberikan Jemy.

Babas sakit? Baskara yang selalu terlihat kuat dan sibuk itu sakit? Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?

Babas memang terlihat pucat akhir-akhir ini. Namun, aku tidak pernah berpikir bahwa itu adalah penyakit yang serius.

Jika aku berpikir ulang, rasanya aku memang kekasih yang buruk. Aku jarang memperhatikan Babas hingga tidak menyadari kalau Babas sakit.

Aku hanya perduli pada pernikahan kami karena aku tidak mau kehilangan Babas. Aku hanya fokus pada diriku yang tidak bisa hidup tanpa Babas, tapi aku tidak pernah memikirkan bagaimana kehidupan Babas.

Seharusnya aku memastikan Babas istirahat dengan cukup. Seharusnya aku memastikan Babas makan dengan teratur. Seharusnya aku... tidak membuat Babas pusing.

Babas selalu melakukan semuanya untukku, tapi aku? Hanya bisa menuntut perhatiannya, tanpa memberi perhatian.

Tok Tok

"Rin... Ini Ko Biyan..."

Aku menghapus air mataku secepat mungkin, lalu merapikan penampilan.

"Masuk,"

Ko Biyan membuka pintu, lalu menghampiriku duduk dipinggir kasur. Dia mengelus kepalaku pelan.

"Kenapa belum makan? Kata asisten kamu, dari tadi malam kamu belum makan dan keluar kamar." tanya Ko Biyan sabar.

Aku hanya menggeleng sambil sesekali masih terisak. "Nanti aja, belum lapar."

Ko Biyan tertawa, lalu mencubit pipiku gemas. "Kamu tuh, tidak mau dibilang anak kecil, tapi kelakuannya kayak anak kecil."

Aku cemberut, "Ko Biyan!"

Ko Biyan tertawa lagi, "Baskara sudah bisa dihubungi?" tanya Ko Biyan sambil membuka jasnya.

Aku menggeleng, "Babas, Mami, Papi, Sabrina sama-sama nggak bisa dihubungin."

Ko Biyan terlihat berpikir sebentar, "Udah coba ke rumahnya?"

"Tadi malam aku udah ke rumahnya, nggak ada orang." ucapku mulai menangis lagi.

Ko Biyan menghapus air mataku, "Ayo kita cari lagi! Tapi kamu harus ikut ke acara keluarga dulu."

Aku menggeleng, "Aku nggak mau ikut acara keluarga,"

Ko Biyan tersenyum, "Saya akan jagain kamu. Tenang aja..."

Dengan berat hati, aku pun mengikuti Ko Biyan. Secepat kilat, aku mempersiapkan diri. Hanya menggunakan gaun lengan panjang sederhana dari chanel dan sepatu tanpa hak dari Loro Piana.

Acara keluarga yang dimaksud di sini adalah pembukaan sebuah hotel baru yang dihadiri keluargaku. Keluargaku adalah orang-orang sibuk yang hanya akan berkumpul jika itu berhubungan dengan bisnis, contohnya pembukaan hotel ini.

Setelah satu jam perjalanan, Aku dan Ko Biyan sudah sampai di sebuah hotel dengan campuran warna coklat dan merah.

Aku turun dari mobil, lalu menggandeng tangan Ko Biyan. Semua mata tertuju pada kami. Lebih tepatnya pada Ko Biyan. Ko Biyan selalu dianggap sebagai putra mahkota yang menyenangkan untuk disorot.

Walaupun Ko Biyan belum menjadi CEO, dia memiliki peran yang sangat penting di perusahaan. Makanya semua orang memperlakukannya sangat istimewa.

Berbanding terbalik dengan diriku, yang lebih memilih menjadi artis dan tidak terlibat dalam perusahaan. Mereka melihatku hanya seperti debu yang kebetulan lewat. Tidak ada artinya.

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now