Aku Bilang Yes!

2 1 0
                                    

PART VIII

Taeyong dan ayahnya sudah sampai lebih dulu di gedung milik ayahnya yang berisi laboratorium sekaligus klinik miliknya.
Hari ini lantai dua gedung itu sudah di kosongkan demi putranya agar bisa bertemu dengan wanita yang mungkin di cintai oleh anaknya dengan leluasa tanpa terekspos media.

Miska pun datang tepat pukul tiga di lantai dua. Ia tampak heran mengapa lantai itu hari ini begitu kosong. Ia berpikir mungkin karena yang datang adalah profesor dari luar negri maka klinik di liburkan.

Miska pun berjalan menuju ruangan profesor. Sesampainya di depan ruangan, ia mulai mengetuk pintu.
"Prof saya datang."
Ayah Taeyong pun membuka pintu. Lalu ia berkata "Maaf Miska hari ini ada tamu yang ingin bertemu denganmu. Aku harap kamu bisa bertemu dan berbicara baik - baik dengannya."
Miska kaget dengan ucapan profesornya, ia tak mengerti maksud ucapan yang di katakan profesornya itu hingga ia melihat sosok di balik pintu.

Sosok yang selama ini ia lupakan. Bukan terlupakan tapi sengaja di lupakan. Sosok yang membuatnya selalu ingin memiliki harapan dan kebahagiaan.
Sosok itu perlahan mulai mendekat, profesor pun dalam sekejap sudah tak terlihat lagi.
Sosok itu meraih tanganku untuk masuk ke dalam ruangan.

"Miska apa kamu melupakan aku? Bukankah pemilik gelang yang masih kamu pakai itu adalah aku? Kenapa kamu tak pernah membalas pesanku? Sejak kapan kamu ada di sini?kenapa kamu tak mengirim kabar padaku?" Ucap Taeyong sambil memeluk wanita yang selama ini ia rindukan. Ia merindukannya dengan segenap hatinya.

Mendengar ucapan idolanya itu Miska pun menangis dalam pelukannya. Tangis yang selama ini ia tahan, tangisan yang selama ini tak ingin ia tumpahkan keluar begitu saja.
Entah kata - kata apa yang bisa ia keluarkan. Lidahnya terasa kelu. Hatinya mulai terasa sakit. Kesedihan mendalam mengingat kejadian mengerikan itu. Hanya tangisan Miska yang memecah keheningan itu.

Taeyong pun memeluknya dengan erat, mengusap kepalanya dengan lembut. Dan berkata "Kamu bisa menangis sepuasmu di pelukanku. Aku akan mendengar semua kesedihanmu dan menghapusnya. Tak apa Miska, aku ada di sini." Tangis Miska pun semakin pecah.

Miska pun lama menangis di pelukan Taeyong. Setelah selesai ia memberikannya minum. Dan menggenggam tangannya.
"Apa kamu sudah mulai tenang?" Ia bertanya pada Miska sambil mengelus rambutnya. Miska pun mengangguk.

Miska pun mulai menjelaskan kejadian yang terjadi padanya dengan getir. Tangis terus membasahi pipinya. Taeyong pun mendengarkan semua cerita sambil mengusap tangis di pipinya.

Taeyong pun ikut menangis. Hatinya ikut merasakan sakit dan kesedihan. Wanita yang ia sayangi mengalami kejadian begitu mengerikan. Ia bertanya -tanya bagaimana jadinya jika ia ada di sampingnya saat itu. Ia berfikir selama ini Miska telah melupakannya, tapi kenyataannya ia harus mengalami kejadian mengerikan itu dan tetap harus menjalani kehidupannya.

"Terimakasih Miska, kamu sudah mau menceritakan pengalaman menyakitkan itu padaku. Maafkan aku, aku bahkan tak bisa menolongmu , aku bahkan tak bisa ada di sampingmu. Tapi mulai hari ini, aku tak akan lagi membiarkan kamu kesusahan dan membuat kamu sendiri menanggung beban itu."
"Apa maksudmu Taeyong?"
"Aku sudah lama menyukaimu Miska, aku ingin menjadi pria yang bisa berbagi suka dan dukamu. Aku ingin menjadi bahu yang selalu bisa jadi sandaran untukmu, aku ingin menjadi orang yang pertama kali tahu semua tentangmu. Dan yang terpenting aku ingin menjadi ayah dari anakmu."

Miska kaget mendengar ucapan itu dari idolanya. Ia tak pernah menyangka orang yang selama ini ia idolakan menyukainya. Tapi bahkan dengan keadaanya yang seperti ini, pria itu bahkan tak mundur sekalipun.

"Jangan bercanda Taeyong. Aku wanita dengan status tak jelas. Aku memiliki anak, aku wanita yang memiliki aib. Aku tak mungkin menjadi pasanganmu. Bahkan bermimpi pun aku tak ingin. Aku tak pantas untukmu."

Miska pun berdiri dari tempat duduknya. Ia berencana pergi. Ia tak ingin menodai kehidupan pria yang selama ini idolakan dengan kehidupannya yang berantakan.

Tentu saja pria itu tak membiarkannya pergi. Ia memeluknya dari belakang.
"Miska, ini semua bukan salahmu. Bukan pula salah anak itu. Itu adalah kesalahan pria brengsek itu. Aku akan melindungi kalian berdua. Percayalah padaku Miska, aku akan menyayangi kalian berdua, bahkan keluargaku pun akan sangat menyayangi kalian."

Miska pun berbalik. Ia menangis, melepaskan pelukannya.
"Lalu bagaimana dengan karirmu? Bagaimana dengan penggemarmu?mereka semua akan mengkiritikmu, mereka akan mengkritik keluargamu! Aku tak ingin mengotori semua kerja kerasmu! Tolong jangan biarkan aku menjadi orang yang jahat untukmu."

Miska pun menangis. Membayangkan kehidupan pria yang ia kagumi hancur berantakan karenanya.
Tapi sekali lagi pria ini tak menyerah.
Ia menarik Miska kedalam pelukannya. Ia menatapnya, tatapan penuh kasih.

"Kehidupanku sebagai idola sudah cukup Miska. Aku sudah menghabiskan lima belas tahun kehidupanku sebagai idola, aku memang berencana pensiun. Kamu tidak tahu banyak tentang keluargaku kan? Tanpa menjadi idola pun aku tetap aku. Aku tak akan kekurangan apa pun."

Ia pun menarik tangan Miska. Menyuruhnya untuk duduk di kursi. Ia berlutut menghadap Miska yang menangis.
"Ayahku pemilik kampus tempat kamu belajar, ibuku direktur  sekaligus pemilik rumah sakit, kakakku adalah pemilik firma hukum dan aku sudah menyiapkan usahaku sebelum aku pensiun. Aku punya beberapa gedung , aku punya rumah dan apartemen, aku punya saham di beberapa perusahaan termasuk di perusahaan media milik kakekku. Jadi untuk apa kamu menangisi kehidupanku Miska! Tanpa menjadi idola aku pun akan tetap hidup."
"Apa oppa sedang pamer?"
Seketika suasana pun mencair karena tawa mereka berdua.

"Jadi jawabannya apa? Kamu mau menikah denganku kan?"Ucap Taeyong memastikan jawaban Miska.
Miska pun mengangguk. Ia pun melihat gelang yang di berikan Taeyong dua tahun lalu . Ia tak pernah menyangka kalau gelang ini menuntunya bertemu dengan pemiliknya.

My Oppa is My HusbandTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon