Rasanya Ingin Mati Saja..

2 1 0
                                    

PART III

Hari kelulusan Miska akhirnya datang juga. Hari itu ia merayakan suka cita dengan kakak dan juga ayah ibunya. Setelah itu Miska merayakan kelulusannya bersama teman - temannya pada malam hari.

Malang tak dapat di hindari
Bahkan tak pernah melihat hari

Begitulah kalimat yang tepat menggambarkan apa yang Miska alami. Hari kelulusan yang seharusnya di penuhi kebahagiaan di nodai dengan kejadiaan naas.

Miska diberikan obat tidur di minumannya lalu di bawa pergi ke hotel. Ia melepaskan kesuciannya tanpa tahu apa pun.
Saat sadar keesokan harinya, ia sudah terbangun tanpa busana di samping senior sekaligus mantan pacar Miska.

Miska pun menangis sejadi - jadinya. Ia berteriak, menangis dan marah atas perbuatan seniornya itu.
"Miska, kamu tenang! Aku pasti akan tanggung jawab. Karena ini satu - satunya cara supaya kamu ga pergi lagi dari aku. Ini cara terkahir yang aku lakuin supaya kamu tetap di sisi aku." Ucap mantan kekasih Miska sambil memengang bahunya.

Miska mendorong pria bajingan yang telah mengotorinya itu. Ia pun berdiri sambil memakai pakaiannya.
"Sampai kapan pun aku tak akan pernah kembali padamu. Aku merasa kotor. Jangan pernah lagi menemuiku, kesalahan terbesar dalam hidupku yaitu mengenal pria brengsek sepertimu. Harusnya aku tak pernah datang ke acara kelulusan tadi malam. Jangan pernah hubungi aku lagi. Anggap aku sudah mati." Ucap Miska sambil mengambil tas dan sendalnya.

Miska tampak emosi. Ia sangat kalut, apa yang harus ia katakan pada ayah ibu dan juga kakaknya. Mereka pasti sangat sedih.
Di perjalanan pulang berjuta bayangan menghampirinya hingga berakhir di bayangan untuk mengakhiri hidupnya. Hidup yang selama ini ia selalu jaga, hidup yang di penuhi dengan cita - citanya. Semua kebahagiaan yang ia rasakan terkubur dengan rasa hancur dan jijik pada dirinya sendiri.

Taksi yang mengantarkannya sampai di depan penginapan.
Miska memutuskan untuk berjalan di sepanjang pinggiran pantai. Ia menjatuhkan tas, ponsel dan juga sendalnya.

Ia menghembuskan nafasnya dalam - dalam. Membayangkan kenangan indah pertemuannya di pantai ini dengan idolanya. Ia menatap gelang pemberian idolanya. Ia mulai membayangkan senyuman ayahnya, senyuman ibunya dan juga senyuman kakaknya. Ia menangis tersedu - sedu. Ia harus mengakhiri kebahagiaanya. Karena ia tak sanggup lagi untuk melanjutkan kehidupannya yang telah hancur.

Ia menarik nafas perlahan, berjalan semakin jauh , lebih jauh hingga tubuhnya tak terlihat masuk kedalam air laut yang dalam.
Nafasnya mulai terasa sesak, ia mulai tak mengingat apa - apa lagi.
Dalam hatinya berkata jika kematian bisa membawa kedamaian untuk jiwaku, aku akan memilihnya. Kepada siapa aku meminta jiwaku kembali , karena jiwaku telah mati di hari paling membahagiakan untukku.

My Oppa is My HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt