PERJALANAN BARU DIMULAI

Mulai dari awal
                                    

"Boleh. Asal gak ganggu kuliah kamu ya."

"Siap bos."

Jungkook mendekati dapur dan mencuri sekepal nasi yang telah Seokjin susun rapi di dalam kotak makan, lalu setelahnya berlari menuju kamar mandi.

"Kookie! Astaga. Ini kan udah kakak susun kenapa malah diambil sih?"

"Kookie lapar!"

Suara lantang dan tak begitu jelas sebab mulutnya tersumpal makanan, terdengar dari dalam kamar mandi dan membuat Seokjin terkekeh tanpa suara. Masih belum berubah. Dan semoga tak akan pernah berubah. Karena setelah Seokjin pikir matang-matang ternyata ia tak akan sanggup jika harus melihat Jungkooknya tumbuh dewasa dengan cepat. Ia ingin Jungkook tetap seperti ini bermanja dan bergantung padanya.






















___

Sore ini sangat cerah. Bunga-bunga mulai bermekaran sebab musim dingin baru saja berlalu. Sesampainya di taman, Jungkook berlarian mengejar bola ikut bermain dengan beberapa anak kecil disana. Sementara Seokjin hanya duduk manis diatas tikar sembari menata beberapa hidangan yang sudah ia siapkan sebelumnya dan menyaksikan kebahagiaan kekasih kecilnya hanya karena bermain memperebutkan sebuah benda bulat dan menggelinding.

"Hei! Curang!"

"Wlewleee kakak kalah wleewlee."

Belum lama Jungkook bergabung dalam permainan, namun sepertinya ia sudah mendapat lawan yang curang. Seokjin hanya melihat dari kejauhan kekasihnya itu cemberut. Bokong mendarat sempurna di atas rumput serta dengan semangatnya ia beradu mulut dengan anak-anak yang masih berusia sembilan bahkan delapan tahunan sepertinya.

Semakin lama Seokjin amati, pertengkaran mekera semakin ricuh. Bahkan seorang anak kecil terlihat menangis sebab Jungkook yang masih tak mau mengalah. Hingga tak berselang lama seorang lelaki yang belum begitu renta mendekat. Sepertinya lelaki itu adalah ayah dari anak yang tengah menangis. Seokjin melihat laki-laki itu sedikit memberi dorongan pada bahu Jungkook dan membuat Seokjin segera beranjak dari singgasananya.

"Kook, ada apa sayang?"

Jungkook tak menjawab. Ia hanya terdiam dengan air mata yang memenuhi pelupuknya. Melihat kekasih kecilnya seperti ketakutan, membuat Seokjin segera berdiri persis di hadapan Jungkook. Ia menghalau tangan pria tua  yang seperti ingin mendorong Jungkook sekali lagi.

"Maaf, ada apa ini sebenarnya?"

"Dia adikmu?"

"Bukan. Dia kekasih saya pak."

"Oh, bukankah seharusnya kalian berdua berkencan? Bukannya malah mengganggu anak-anak yang sedang bermain? Kau lihat anakku menangis? Menjijikkan sekali. Sudah sebesar ini tapi masih berkelahi dengan anak kecil."

"Ta-tapi Kookie gak berkelahi kak."

Jungkook semakin menyembunyikan tubuhnya dibalik bahu lebar sang kekasih. Ia tadi hanya tak sengaja tersulut emosi. Namun ia tak melakukan kekerasan. Hanya pembelaan pada dirinya sendiri yang dituduh bermain curang oleh anak kecil yang saat ini tengah menangis sama sepertinya.

"Maaf tapi sepertinya tidak mungkin kekasih saya sampai berkelahi dengan anak kecil. Coba kita tanya saja pada teman-temannya."

Seokjin berbicara dengan nada yang begitu sopan hingga membuat pria di hadapannya sedikit malu.

"Anak-anak! Bisa tolong ceritakan kenapa teman kalian ini menangis?"

"Paman! Tadi Juno sengaja menjegal kaki kakak ini sampai kakak ini terjatuh. Tapi saat kakak ini mengatakan Juno curang, Juno tidak terima. Juno kembali mendorong kakak sampai terjatuh tapi Juno sendiri yang malah menangis."

"Jadi begitu ceritanya? Kamu tidak berbohong kan?"

"Tidak paman! Tanya saja pada yang lain kalau paman tidak percaya!"

"Baiklah paman percaya. Terimakasih ya sudah berkata jujur."

"Iya paman."

"Jadi bagaimana pak? Kekasih saya ini tidak bersalah bukan? Jadi tolong jangan berlaku kasar lagi padanya."

"Halah! Tetap saja! Mau gimanapun dia itu sudah dewasa. Apa gak malu main sama anak-anak. Dasar gila."

Jungkook semakin takut. Ia meringkuk dan menempel pada Seokjin, dengan tangan yang bergerak gelisah memelintir ujung kaos yang dikenakan Seokjin.

"Cukup pak. Saya masih menghormati anda sebab anda lebih tua dari saya. Tapi jangan karena perbedaan usia itu jadi membuat bapak semena-mena terhadap orang yang lebih muda dari bapak."

Seokjin meraih pinggang ramping Jungkook dan menyembunyikannya dalam setengah dekapan bahu lebarnya.

"Kook. Minta maaf dulu ya."

Jungkook menggeleng pelan. Tentu saja ia tak mau minta maaf. Ia tak salah. Bahkan seharusnya Seokjin juga tak minta maaf pada lelaki tua itu.

"Ayo minta maaf dulu. Biar masalahnya cepat selesai sayang."

"Kookie takut."

"Gak usah takut. Ada kakak disini."

Seokjin masih mencoba meyakinkan kekasihnya agar segera minta maaf. Padahal Jungkook menolak keras sebab dirinya tidak salah kok.

"Sudah buat anakku menangis tapi tetap tidak mau minta maaf? Cih. Sudah ayo Juno kita pergi. Tidak usah lagi kamu bermain dengan teman-temanmu ini. Apalagi dengan pria gila ini."

Laki-laki tua itupun menyeret sang anak untuk beranjak dari tempatnya dan meninggalkan teman-teman serta Jungkook yang masih tak ingin melepas pelukan Seokjin.

"Kak ayo main lagi! Jangan dengarkan ayah Juno. Beliau memang suka seperti itu. Tapi pasti besok Juno yang merengek lagi ingin ikut bermain dengan kita."

"Iya kak ayo main lagi. Juno sudah tidak ada."

"Kook, udah dong nangisnya. Lihat! Temen-temen kamu nungguin. Gak malu dilihatin anak kecil, kamu nangis kayak gini?"

Jungkook malu. Ia sangat malu. Kepalang malu sampai tak berani menatap wajah adik-adik yang sedari tadi bermain bersamanya.

"Ya udah kalau gitu kita duduk lagi aja sambil nunggu Jimin sama Yoongi dateng ya."

Sekarang bukan gelengan namun anggukan yang Seokjin dapat dan itu berhasil membuat Seokjin kembali dibaluti perasaan gemas yang.... yahh gimana ya, seperti ingin memakan Jungkook misalnya?

"Anak-anak. Kakaknya capek. Jadi kalian main sendiri aja ya. Oh iya tadi paman bawa kue cukup banyak. Kalau kalian istirahat, mampir ke tempat duduk paman disana nanti paman kasih kalian kuenya."

"Wah, baik paman. Terimakasih."

"Terimakasih paman."

"Nanti kami kesana, terimakasih paman."

Seokjin tersenyum dan mengangguk, gemas dengan anak-anak dihadapannya yang begitu baik dan sopan. Melihat anak kecil yang seperti itu sungguh mengingatkan ia pada masa lalu sewaktu masih tinggal di panti. Seokjin berharap adik-adiknya bisa mendapatkan hidup yang layak setelah panti resmi di tutup beberapa tahun silam.










































-tbc-

-tbc-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang