SWITCH • 2

3.1K 602 155
                                    

"Jennie..."

Panggilan ditengah rumah yang hening dan sunyi itu membuat telinga seorang gadis cantik berusia dua puluh satu tahun bergerak, Jennie yang berada di dalam kamar buru-buru melangkahkan kakinya keluar begitu ayahnya dari ruang tamu memanggil namanya.

"Ya, Daddy?" Balasnya dengan lembut, hari ini tidak hanya dia yang menggunakan pakaian lebih rapi daripada biasanya, namun kedua orang tuanya juga karena hari ini mereka akan kedatangan tiga orang tamu dari kota.

"Kau sudah merapikan kamarnya?" Ayah kandungnya bertanya dengan lembut dan gadis yang memiliki nama lengkap Jennie Bruschweiler itu mengangguk.

"Sudah Dad, kamar tamu juga sudah aku bersihkan." Jawab Jennie dengan nada lembutnya, "tidak masalah jika kau harus tidur dengan Mommy dan Daddy selama empat puluh hari kedepan bukan?" Jennie terkekeh pelan, menunjukkan senyuman manisnya dihadapan ayahnya.

"Sama sekali tidak, Dad. Justru aku merindukan saat-saat bisa tidur dikamar yang sana dengan kalian lagi, aku tidak masalah jika aku merelakan kamarku untuk tamu hari ini." Jawab Jennie.

"Hem.. sejujurnya Daddy juga tidak mengerti kenapa Tuan Kim memilih rumah kita yang sederhana ini untuk dijadikan tempat tinggal sementara ketiga gadis itu, padahal, masih ada banyak rumah keluarga lainnya yang lebih layak." Mendengar ucapan ayahnya, Jennie kemudian mengedarkan pandangannya, apa yang salah dengan rumah sederhana ini?

"Jangan katakan itu, Daddy. Rumah kita cukup bagus dan nyaman." Balas Jennie, meski sangat tradisional dan sederhana, namun rumah mereka bisa dikatakan cukup baik dibandingkan rumah-rumah warga yang lainnya.

"Rumah gadis-gadis kota itu jauh lebih bagus dan mewah daripada ini, apalagi, putri kandung Tuan Kim juga akan menjadi tamu kita, biarkan dia nanti yang tidur di kamarmu, Jennie." Putri semata wayangnya mengangguk, Jennie diberitahu oleh orang tuanya jika mereka akan kedatangan tamu selama empat puluh hari untuk program universitas, awalnya Jennie meminta orang tuanya untuk menolak saja, namun ternyata pihak universitas memberikan bayaran yang cukup besar, ditambah ada bonus yang diberikan oleh pemilik universitas jika mereka menerima tawaran ini.

Jadi, meski sebenarnya belum terbiasa karena ini pertama kalinya mereka menerima mahasiswi, Jennie akan mencoba untuk beradaptasi.

Jennie harap, mereka adalah gadis-gadis yang baik dan tidak menyebalkan, agar dia bisa mendapatkan teman juga, apalagi mereka akan tinggal dibawah atap yang sama dalam waktu yang bisa dikatakan cukup lama.

"Apa Daddy sudah pernah bertemu dengan Tuan Kim?" Tanya Jennie, ibunya sendiri sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan makan siang karena waktu menunjukkan tepat pukul dua belas siang sekarang, seharusnya para tamu mereka juga sudah tiba, tapi entahlah, mungkin jalanan macet? Dari kota ke desa mereka memerlukan waktu sekitar lima jam berkendara menggunakan kendaraan roda empat.

"Belum, Daddy bahkan tidak tahu menahu tentang universitas, kau yang lebih pandai, mungkin kau bisa mencari tahu nanti." Daddy Bruschweiler menepuk kepala putrinya yang duduk di sampingnya dengan lembut.

"Tapi dia mengirimkan begitu banyak uang, kenapa dia sangat baik?" Tanya Jennie, dan ayahnya yang bertubuh besar itu mengangkat kedua bahunya, "Daddy juga tidak mengerti, dia hanya mengirim orang-orangnya untuk melakukan survei. Mungkin kita diperlakukan spesial karena putrinya akan tinggal disini." Jennie manggut-manggut mendengarnya, itu cukup masuk akal.

"Kau harus bersikap baik dengan tamu kita nanti, okay?" Jennie tersenyum tipis, "kapan aku tidak bersikap baik, Daddy?" Balas Jennie sambil memajukan bibirnya.

"Ah.. benar juga.. apa putri Daddy yang selalu baik hati ini tersinggung? Salah Daddy kalau begitu." Jennie terkekeh mendengarnya, dia kemudian bangkit dari tempat duduknya.

SWITCH - JENLISA [G×G]Where stories live. Discover now