Ini Cuma Mimpi

40 1 0
                                    

Duh, tengah malem gini emang enaknya buat mikirin hal-hal random ya.

Saya baru ingat kalau beberapa hari ini bertepatan dengan kabar duka yang saya dengar 4 tahun lalu. Sahabat saya pergi. Rasanya padahal baru kemarin, kok udah 4 tahun aja?

Al-Fatihah buat dia...

Saya nggak bisa mendeskripsikan dia gimana orangnya, intinya dia tuh temen curhat saya.

Waktu itu, saya masih sekolah. Kebetulan kami sama-sama bendahara. Udah tau ya kan tugas bendahara ngapain? Ngeprint soal dong di photocopy-an.

Suatu hari kami ditugaskan berdua buat ke sana. Entah kenapa ya, mungkin karena males ikut pelajaran atau gimana, kami berdua malah milih jalan yang muter biar lebih lama. Saya masih inget banget waktu itu pas mau balik ke kelas. Kami ngobrol.

Saya nyeletuk, "kalau besok kita gedhe, ayo merantau!"

"Enggak, ah. Aku mau di sini aja jagain adek," jawab dia sambil ngipas-ngipasin kertas ke mukanya.

"Alah, gapapa. Nanti kalau liburan kamu balik aja ke sini."

Dia geleng-geleng kepala. "Enggak mau."

Saya cuma bisa berdecak sambil nendang-nendang batu. Terus saya rangkul dia. "Nggak apa-apa, deh. Saya janji besok kalau semisal saya sukses, saya gak bakalan lupain kamu."

Tatapan matanya, tuh, kayak orang seneng. Dia ketawa dan bilang "yey!"

Kami nggak ngerasa ada yang janggal, tuh, sama percakapan itu. Sampai suatu ketika, kabar duka itu dateng beberapa bulan kemudian...

Saya jujur syok. Kaget. Lemes. Nggak bisa ngomong apa-apa. Waktu itu saya langsung konek sama obrolan kami yang ini. Apakah itu pertanda?

Nggak tau, saya nggak berani ngecap kalau itu pertanda meskipun sampai sekarang saya masih ingat jelas adegannya.

Lalu apa kabar hari ini? Saya beneran merantau di kota orang dan dia beristirahat di makam dekat rumahnya.

Kalau dipikir-pikir malah jadi mikir sih.

Cuma ada satu hal yang saya petik dari sini, bahwasanya terkadang saya terlalu fokus sama dunia sampai nggak nyadar kalau ajal sedekat itu sama manusia.

Terkadang, saya ngerasa kalau dunia itu tempat yang nyaman. Saking ngerasa nyamannya saya sampai lupa kalau ada akhirat.

Nah, kalah sekarang, nih. Saya inget kalah kita itu makhluk Tuhan yang marwahnya bakalan kembali ke Tuhan.

Perasaan itu entah kenapa bikin beda. Antara aneh, sedih, bingung, linglung. Intinya mau nolak kenyataan tapi udah jelas gak bisa ditolak.

Kalau kematian itu fakta. Pasti terjadi. Dan akan terjadi. Entah kapan.

Saya cuma mau minta tolong ke kamu, yang baca ini (kalau ada, sih), buat selalu inget Tuhan, ya. Selalu inget kalau kamu, pada hakikatnya sendirian di sini, nggak ada siapa-siapa yang bisa nolong kamu kecuali Tuhan.

Jaga terus ibadahnya, ya.

Jaga terus imannya.

Anggep aja kalau kita di dunia ini tuh cuma mimpi. Kalau kita bangun (meninggal), baru tuh memghadapi kenyataan.

Yuk, kita saling mengingatkan.

Terima kasih udah baca tulisan nggak jelas ini sampai akhir❤️

SOAL MENGELUH, SAYA JAGONYAWhere stories live. Discover now