Optimis sama Gak Tau Diri itu Beda Tipis

9 1 0
                                    

Optimis adalah perasaan seseorang untuk merasa percaya diri terhadap suatu hal agar berujung baik.

Namun, terlalu optimis itu nggak baik.

Setiap manusia diwajibkan untuk berharap karena harapan adalah salah satu hal yang mengantarkan kita agar bisa terus hidup sampai saat ini.

Maka, dengan menyugesti diri sendiri untuk tetap optimis pada suatu hasil adalah cara manusia berharap.

Saya pasti berhasil.

Saya pasti lolos.

Saya pasti bisa.

Masih banyak lagi "saya pasti" yang lain.

Ini berdasarkan pengalaman pribadi. Suatu hari, saya pernah dihadapkan untuk berharap terhadap suatu hal.

Saya merasa bahwa usaha yang sudah saya kerahkan itu maksimal. Melihat dari pengalaman tahun kemarin, saya yakin kali ini keberuntungan berpihak pada saya.

Sampai saya lupa akan suatu hal: berdoa.

Mungkin karena saya terlalu mengentengkan hal tersebut, Tuhan berkata lain.

Saya lagi-lagi gagal.

Jujur aja, saya nggak terima. Sampai-sampai saya nyalahin orang lain. Saya ngebandingin diri saya dengan orang lain.

Apa sih yang kurang? Padahal udah bagus, kok.

Ambisi saya malah membuat saya mengesampingkan yang namanya jalur langit.

Saya merasa nggak perlu berdoa, karena udah jelas bakalan keterima.

Bahkan saya sempet mau ngelepas kesempatan lain. Bersyukur itu nggak terjadi, sebab sekarang saya sedang berharap dengan kesempatan lain itu.

Setelah mengevaluasi diri sendiri, saya paham satu hal bahwa kemarin saya terlalu jumawa. Terlalu nggak tau diri.

Setiap kemungkinan selalu ada. Maka, nggak menutup kemungkinan kalau saya bertemu dengan kegagalan.

Saat gagal, saya malah melampiaskannya dengan orang lain.

Saat gagal, saya malah merasa nggak terima.

Saat gagal, saya malah mencari pembenaran bahwa saya masih pantas.

Saat gagal, saya sadar kalau ego saya terluka. Sehingga saya sering mencari pembuktian. Namun, itu nggak berpengaruh apa-apa. Nggak membuat saya tiba-tiba berhasil.

Itu mindset yang salah.

Maka dari itu, di kesempatan kali ini saya berusaha untuk tau diri, berpasrah kepada Tuhan sepasrah-pasrahnya, saya akan menyiapkan mental pada apa pun kemungkinannya.

Sambil sesekali menengok ke belakang agar nggak jumawa lagi.

Cuma itu yang bisa dilakukan.

SOAL MENGELUH, SAYA JAGONYAWhere stories live. Discover now