DIA MILIKKU (!) 3

Mulai dari awal
                                    

"Kook. Aku baru tau kalau kak Seokjin yang kamu ceritain itu ganteng banget. Huft kenapa gak dari dulu sih kenalin kak Seokjin ke aku?"

"Maksudnya?"

"Kayaknya aku naksir deh. Kak Seokjin juga kayaknya welcome gitu sama aku."

Dahi yang berkerut dan raut tak suka kentara sekali di wajah Jungkook. Apa maksud Jimin mengatakan hal itu? Apa ia tak tau kalau Seokjin adalah-

"Jadi kamu suka sama kak Seokjin?"

"Hngg."

Jimin mengangguk antusias membuat Jungkook semakin kesal dibuatnya. Padahal Jimin ini satu-satunya orang yang baik terhadapnya. Jimin juga selalu memperlakukan Jungkook seperti saudara sendiri. Jungkook tau, sikapnya kali ini sangat keterlaluan. Tapi ia tetap pada prinsipnya. Seokjin itu miliknya. Sampai kapan pun akan tetap menjadi miliknya. Ia tak akan membiarkan siapapun merebut Seokjin sekalipun itu Jimin.

Tanpa berkata apapun lagi, Jungkook berjalan meski sedikit terseok-seok menuju kamar dan mengunci dari dalam.

"Kook! Lah, kok tiba-tiba aku ditinggal sih."

Sepeninggal Jungkook, selang beberapa saat Seokjin datang dengan segelas air berwarna serta beberapa potong kue beras di atas piring kecil.

"Loh, Kookie-nya kemana Jim?"

"Nah itu dia kak. Pas lagi asyik ngobrol tiba-tiba Kookie pergi ke kamar ninggalin Jimin sendiri."

"Sebentar ya Jim."

Seokjin berjalan cepat menuju pintu kamar Jungkook dan langsung memutar gagang pintu.

"Dikunci?"

"Kook, Kookie kamu kenapa Kook? Kok pintunya dikunci? Kakak mau masuk Kook."

Tak ada sahutan dari si pemilik kamar yang membuat Seokjin semakin khawatir. Sementara di belakangnya menyusul Jimin dengan raut wajah yang penuh tanda tanya.

"Kak, ada apa?"

"Ini Jim. Pintu kamar Kookie dikunci dari dalam."

"Aduh, ada apa sih ini kak? Jangan-jangan Kookie ada yang sakit terus disembunyiin? Yah gimana dong? Jimin khawatir kak."

Mendengar perkataan Jimin membuat Seokjin semakin khawatir. Ia terus mengetuk pintu kamar Jungkook tanpa jeda.

"Bentar kak coba biar Jimin telepon."

Jimin mengambil ponsel dan menekan nama 'Kookie' pada baris kontaknya. Satu panggilan tak terjawab dan Jimin melakukan panggilan kedua hingga ketiga namun Jungkook masih tak memberi jawaban.

"Biar aku aja Jim."

Melihat panggilan tak mendapat respon dari Jungkook, membuat Seokjin berinisiatif untuk menghubungi melalui ponselnya. Dengan tangan yang bergetar, Seokjin menekan kotak-kotak alphabet untuk mengirim sebuah pesan pada kekasihnya.

"Kookie. Kamu kenapa? Tolong buka pintunya. Kakak dan Jimin khawatir."

"Kookie. Tolong balas pesan kakak kalau memang kamu gak mau angkat telepon dari kakak."

"Kookie, Jimin menangis saking khawatirnya sama kamu. Tolong buka pintunya Kook. Kakak mau masuk."

Beberapa pesan tak kunjung dibalas namun saat pesan terakhir terkirim, sebuah pesan balasan masuk tak lama setelahnya.

"Jimin Jimin Jimin Jimin terus. Kookie benci Jimin. Kookie gak mau ketemu Jimin. Kookie benci kakak!"

"Kook kamu ngomong apa sih?"

"Kookie gak mau keluar kalau Jimin masih disini. Kookie benci Jimin!"

"Kak, gimana?"

Melihat wajah khawatir Jimin membuat Seokjin tak tega. Jungkook bukan tengah menahan sakit atau apapun. Ia hanya tak ingin bertemu Jimin. Entah apa yang telah terjadi sampai Jungkook yang dulunya selalu menceritakan tentang betapa baiknya Jimin, tiba-tiba saja mengatakan bahwa ia membencinya?

"Jungkook gak apa-apa kok Jim. Dia kayaknya cuma mau istirahat. Maaf ya kalau kelakuannya agak aneh belakangan ini. Mungkin karena dia lagi sakit jadi emosinya gak stabil. Kadang tiba-tiba sedih, gelisah. Kadang juga tiba-tiba senang."

"Oh gitu ya kak?"

"Iya. Kamu kalau mau pulang gak apa kok. Tapi kalau mau tetap disini juga gak apa. Aku jadi gak enak karena kamu baru dateng tapi udah ngehadepin mood Jungkook yang uring-uringan."

"Jimin ngerti kok kak. Kalau gitu Jimin pulang aja deh. Gak enak juga kalau berdua aja sama kakak. Nanti kalau keadaan Kookie udah baikan, Jimin kesini lagi."

"Iya. Sekali lagi maaf ya Jim."

"Iya kak gak apa kok."

Seokjin pun mengantar Jimin sampai ia masuk ke dalam mobil. Membungkuk beberapa kali sampai mobil mini cooper berwarna kuning itu melaju menjauhi kediaman Seokjin.









































-tbc-

-tbc-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang