H-16: Bisakah selamanya?

204 22 0
                                    

RIRIN POV

Cinta?

Aku sendiri bingung bagaimana harus mendesripsikan cinta. Apakah perasaan kagum saat melihat seseorang? Atau perasaan salah tingkah saat didekati seseorang? Atau malah perasaan nyaman dan tidak mau kehilangan?

Bisa saja kita memiliki penafsiran yang berbeda tentang cinta kan?

Maka saat ada yang bertanya padaku apakah aku mencintai Babas? Aku jadi bingung.

Jujur saja, saat pertama kali mengenal Babas, tidak ada yang istimewa. Di mataku dia hanya bocah SMA kurang kerjaan yang mengaku menyukaiku.

Namun, saat kami dijodohkan dan sering mengahabiskan waktu bersama, aku mulai merasa nyaman dengannya. Waktu berdua bersama Babas adalah momen indah yang selalu aku nantikan.

Waktu berlalu dengan cepat, hingga tak terasa kami sudah menjalin hubungan selama delapan tahun saat itu. Babas sudah melamarku beberapa kali, tapi aku masih merasa ragu.

Apakah aku sudah mencintai Babas? Apakah Babas benar-benar menganggap aku pantas untuk dicintai?

Semua masih terasa abu-abu. Bahkan terkadang aku ingin mencoba bebas dari Babas. Dan melihat apakah hidup tanpa Babas akan terasa lebih baik?

Maka saat Kakekku meninggal lima tahun lalu, aku mencoba hidup tanpa Babas. Aku melakukan segala sesuatu sendiri dan tanpa sadar menyingkirkan Babas dari hidupku.

Dan hasilnya? Aku tidak terlalu suka. Mungkin mulai saat itu aku sudah mencintai Babas. Hanya saja masih sulit untukku menerima kenyataan itu.

Puncaknya saat aku melihat Babas mencium wanita lain di sebuah hotel, aku merasa hancur. Aku baru sadar kalau ternyata aku takut kehilangan Babas. Aku membutuhkan Babas di hidupku.

Namun sayang, Babas sudah terlanjur berubah. Hubungan kami sudah tidak seperti dulu. Mungkin Babas sudah terlanjur kecewa karena aku yang mulai menjauhinya.

Itulah awal mula hubungan kami menjadi dingin. Tidak ada komunikasi yang intens, tidak ada waktu yang dihabiskan bersama, dan hanya ada pertemuan formalitas disetiap hari senin malam.

Rasanya... Semakin Babas ingin meninggalkan aku, semakin aku takut untuk kehilangan Babas.

Ini sudah bisa dikatakan cinta bukan?

Sekarang, hubungan kami mulai membaik kembali. Seharusnya tidak ada lagi yang menghalangi kami kan?

Aku tersenyum lebar sambil merapatkan tubuh kearah Babas. Kami berdua sedang duduk dengan aku yang memeluk tangannya.

Oh, Tuhan... Bisakah hubungan kami seperti ini selamanya?

Aku menatap wajah Babas yang terlihat kurang nyaman. Wajahnya ketakutan seperti baru saja melihat hantu.

Aku mengerutkan dahi, "Kenapa sih muka kamu gitu? Nggak suka ya kalau aku dekat-dekat?" tanyaku sedikit kesal.

Babas tersenyum canggung, "B-bukan gitu. T-tapi liat situasi dong, Rin." jawabnya gugup.

Aku melepaskan pelukan di tangannya dan berganti memeluk lehernya. Aku berusaha mencium pipinya, tapi ditahan oleh Babas.

"Rin, tolong lepasin!" pinta Babas dengan wajah yang pucat pasi.

"Eheem..."

Aku melihat sumber suara yang menghancurkan suasana romantis antara aku dan Babas. Itu Ko Biyan!

Ko Biyan sedang duduk di sebrang kami dengan menatap tajam kami berdua. Matanya mengisyaratkan ketidaksukaan yang terlihat jelas.

Aku memutar mata malas, "Ko Biyan kayak nggak pernah pacaran aja,"

One Month Notice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang