eps.5

9.9K 90 3
                                    

"Kelihatannya kau suka jika payudaramu yang akan menjadi mainan para lelaki" cetus Bert yang kesal dengannya.

"Kau pintar menebak, maka lakukanlah sekarang dan lepaskan aku malam ini bersama teman-temanku, aku tidak akan memberitahu ayah, kita bisa bekerjasama sekarang" jelas Xavier bernegosiasi.

Tiba-tiba Bert mencekal lengan Xavier dan membalikkan posisinya.

"Ah.. sakit!" Pekik Xavier.

Bert menempelkan tubuh Xavier pada mobil dengan cepat dan menatapnya dengan tajam.

"Jangan sampai aku mengurus pakaianmu juga nona nakal, jika aku mau.. sekarang juga ku tidak akan bisa berdiri dari ranjang, tapi setelah itu kau harus bertanggungjawab menutup seluruh payudaramu hanya untukku saja!" ucap Bert dengan geram, mata elangnya tak luput dari tatapan Xavier, raut wajah Xavier berubah menjadi takut dengan posesifnya, dia lebih suka dengan kehidupan bebas.

Lalu dengan kasar Bert menyeretnya menyingkir dan membukakan pintu mobil untuk Xavier.

Tapi Xavier yang keras kepala dan tidak mau di atur hendak berjalan pergi meninggalkan Bert, satu cekalan tangan Bert lagi membuatnya merintih kesakitan, Bert memasukkan Xavier ke jok penumpang depan dengan kasar, tepatnya seperti melempar barang.

"Berhenti menyentuhku pria kasar! Kau selalu menyakitiku!" Umpat Xavier yang terduduk disana, matanya menatap Bert dengan tajam.

"Jika tak mau kusentuh jangan membuatku geram dan jangan kembali ke kelab atau aku akan mengikatmu lagi" ancam Bert sembari memakaikan sabuk pengaman Xavier membuat perempuan itu mau tak mau diam, tentu saja dia tidak mau diperlakukan seperti sapi, hargadirinya begitu jatuh saat teringat kejadian itu.

Sesampai di rumah, Xavier menghampiri ayahnya di ruang kerja yang berada di mansion.

"Apa yang ayah mau?" Tanya Xavier dengan marah tanpa mengetuk pintu, disana Gleen sedang merapikan semua berkas di meja kebesarannya.

"Apa maksudmu?" Tanya Gleen.

"Ayah tidak terlihat mengekangku dan merawatku, tapi ayah mengirim anjing besar untuk mengekangku!" Ujar Xavier memberontak.

"Dia bukan anjing, sebut dia Bert.. namanya Lee Bert Ardolph, jika kau tidak keberatan kau boleh mencintainya" jawab Gleen dengan tenang melepas kacamatanya, mengingat dia sudah tua dan matanya sudah tidak normal seperti dulu.

"Apa? Ayah menjodohkanku dengannya?" Tanya Xavier tak percaya.

"Tidak, ayah berkata jika kau tidak keberatan"

"Itu sama saja ayah berusaha mendekatkanku padanya!" Ketus Xavier menatap ayahnya sebal.

"Ini bukan urusan percintaan, mengirim orang yang bisa dipercaya untuk menjaga anak perempuan satu-satunya bukanlah hal yang mudah untuk orangtua, ditambah kita itu pengusaha besar, ayah harus mencari orang yang benar-benar kupercaya, dan aku mempercayainya.. Lee Bert Ardolph bukan sembarang pengawal biasa, di belakang sana dia pria yang hebat dalam segala hal, berhati-hatilah padanya, jika dia jatuh cinta padamu.. kau tidak akan pernah bisa lepas darinya" jelas Gleen dengan tenangnya, tapi Xavier yang mendengar semua itu semakin kesal dan menampakkan raut wajahnya yang marah.

Tanpa menjawab apapun dia pergi keluar dari sana.

Blakkk...

Suara pintu tertutup dengan sangat keras, Xavier sengaja menutup pintu dengan kasar, dia memperlihatkan betapa marahnya dia, tapi Gleen tersenyum melihat anaknya yang tampak kalah dan berusaha menahan diri semenjak adanya Bert.

***

Keesokan harinya, di kamar hotel Laura menempelkan ponselnya di telinga dengan gayanya yang khas sangat elegant berdiri di balik jendela menatap pemandangan pagi di luar.

"Ya Stella, aku sudah sampai, tapi kurasa ku tidak bisa langsung menghampiri ke rumahnya, kupikir Xavier akan merasa terganggu karena sudah sangat larut" kata Laura pada Stella di seberang telepon.

"Kuharap semua akan baik-baik saja Laura, aku merasa selama ini kau terus mengkhawatirkan anakmu tetapi kau hanya bisa melihatnya lewat informasi kerabat" jawab Stella.

"Tidak masalah Stella, aku senang bisa tahu kabar anakku meskipun hanya melalui informasi kerabat"

"Kuharap kau bisa bertemu dengannya kali ini dan dia menerimamu dengan senang hati, ingatlah.. jangan memaksa apapun, jika kau sudah berusaha tapi tidak ada hasil, kau harus kembali Laura" kata Stella dengan tulus.

"Terimakasih Stella"

Percakapan singkat mereka melalui telepon berhenti setelah mereka berpamitan.

Laura menatap jam di dinding hotel menunjukkan jam 6 pagi. Dia bergegas menaiki taksi menuju ke rumah Gleen, di perjalanan dia banyak berpikir harus seperti di depan Xavier, dan bagaimana dia menjelaskan semua keadaan yang telah di terimanya hingga dia tidak pernah ada kesempatan untuk bertemu dengan Xavier.

Tapi yang ada dalam benaknya, dia begitu khawatir dengan informasi yang dia dapat kali ini, kenapa harus ada pistol dalam informasi vidio Laura.

Laura menghela nafas dan mengeluarkannya dari mulut, dia berusaha menenangkan dirinya sendiri saat taksi sudah berhenti di sebuah mansion dimana dia tinggal dulu.

Laura mulai turun dan berdiri menghadap gerbang yang begitu besar menjulang tinggi, dia memencet sebuah tombol merah.

Tutt..

Sebuah mesin berbentuk kotak berbunyi tanda ada orang dalam yang melihat wajahnya melalui mesin tersebut.

"Saya Laura, ibu Xavier" kata Laura yang langsung memperkenalkan dirinya.

Di dalam kamar Gleen, Robin memberikan informasi dengan cctv depan gerbang melalui televisi besar yang ada di dalam kamar Gleen.

Gleen dan Robin menatap seorang wanita tua yang seumuran dengan mereka. Laura sedang berdiri menghadap ke jalan menunggu ijin dari Gleen agar bisa masuk.

Gleen menghela nafas beratnya memijit pangkal hidungnya, ada rasa kerinduan yang ada di benaknya, akan tetapi situasinya tidak memungkinkan.

"Berikan dia kesempatan untuk bertemu nona Xavier tuan" kata Robin berdiri di sebelah Gleen yang tengah duduk menunduk di tepi ranjangnya.

"Aku malu menghadapinya karena aku gagal mendidik Xavier" jawab Gleen yang terus memijit pangkal hidungnya.

"Itu karena anda tidak mempertahankan ibunya disisi nona Xavier, sedangkan anda terus sibuk dengan pekerjaan, kita sudah tidak muda lagi, sudah saatnya kita hidup damai dan melihat nona Xavier hidup bahagia bersama keluarganya yang memang masih lengkap" jawab Robin kesal pada Gleen yang menciut jika membahas Laura.

"Jangan beri dia akses untuk masuk, lagipula anak nakal itu pasti masih tertidur" jawab Gleen memutuskan, Robin hanya menghela nafas beratnya.

"Baiklah, kalau begitu anda harus segera bersiap untuk kembali ke Vietnam, masih ada waktu 3 jam lagi" kata Robin melihat jam tangannya lalu pergi meninggalkannya.

Pandangan Gleen terus menatap wanita di depan gerbang yang tengah menunggu dengan sabarnya, dia tampak berbicara kembali pada pengawal di bagian gerbang, mungkin saat ini pengawal mengatakan bahwa dia tidak diijinkan masuk dan Laura tampak seperti orang yang sedang berdebat, tapi Laura tetap menunggunya setelah itu, dia berdiri disana.

'Laura, kau kembali lagi, aku sangat merindukanmu, anak kita.. Xavier membutuhkanmu, tapi maafkan aku yang belum bisa mempertemukanmu pada anak kita' batin Gleen dengan penuh penyesalan.

Maaf jika ada typo ya. Jangan lupa like & komentar baiknya.

Bodyguard Penakluk Wanita NakalWhere stories live. Discover now