eps.3

9.3K 91 5
                                    

Tonton novelku sebelumnya "21++ antara ratu dan pemuas nafsu"
Agar kalian tau tokoh-tokohnya dengan jelas dan asal usul Xavier. Hehe...

Lobus berjalan pincang ke arah Xavier dan Leavin, dia berdiri di sebelah mereka berdua dan mengambil gelas Xavier.

Pyurr...

Jus apel itu mengguyur kepala Leavin hingga turun membasahi tubuhnya, semua orang termasuk koki di kantin tersebut menganga dan tak percaya dengan keberanian Lobus.

Tapi di sisi pojok sana ada Bert yang tersenyum miring menyaksikan hal itu.

"Lobus apa yang kau lakukan" kata pria yang bertanya tadi menarik sedikit lengan lobus, pria itu berusaha menghentikan Lobus agar dia tidak semakin terikat masalah besar pada Leavin maupun Xavier, karena semua murid tahu bahwa Lobus adalah sasaran empuk mereka berdua, bagi mereka semua pembulian yang terjadi pada Lobus masih berada di masalah kecil, masalah besar yang sebenarnya akan terjadi jika Lobus tidak mau meminta maaf sambil bersujud dan mencium kaki mereka berdua.

Leavin berdiri dengan santai menghadap Lobus. "Hanya sepatuku saja pria rendahan.. hanya sepatuku" kata Leavin tersenyum iblis, "bersihkan saja sepatuku dengan baju yang kau pakai" lanjut Leavin membuat Xavier tersenyum.

"Kakiku pincang! Kau yang membuat kakiku seperti ini berengsek!" Umpat Lobus dengan kacaunya, mata Leavin menyipit mencerna perkataan Lobus, Xavier berdiri dengan pelan mengingat semalam Leavin mabuk berat dan dia berkata tidak ingat apapun.

"Kau bercanda hah? Dasar sinting!" Cerca Leavin pada Lobus, dia baru teringat bahwa semalam dia memakai obat hingga tidak ingat apa yang terjadi, Leavin memandang Xavier.

"Kenapa? Kau baru ingat apa yang terjadi semalam? Atau kau baru mengingat karena kau mabuk berat?" Kata Lobus yang benar adanya.

"Hei pergilah, sebelum Leavin tidak memaafkanmu" kata Xavier mengusir Lobus, dia berniat menjauhkan berita bahaya bagi Leavin, Xavier yakin bahwa Leavin sudah melakukan sesuatu semalam dan dia belum bisa mengingatnya.

"Aku harus pergi setelah dia merusak hidupku hah? KENAPA AKU YANG HARUS PERGI! KALIAN DUA MANUSIA TIDAK BERGUNA YANG BISANYA MEMBANTAI ORANG TIDAK BERSALAH!" Teriak Lobus menggebu-gebu.

"Hei Lobus hei... Hentikan" kata pria yang sedari tadi berada di belakang Lobus, dia berusaha menariknya pelan mengingat kaki Lobus yang sakit dan di perban.

"KENAPA AKU YANG HARUS PERGI! KENAPA MEREKA YANG TIDAK PERGI SAJA!" teriak Lobus dengan kacaunya. Leavin yang merasa di teriaki mendekati Lobus dan menonjok keras pipi Lobus, darah segar keluar dari sudut bibir Lobus.

Lobus yang tidak terima mengeluarkan pisau dari belakang bajunya, dia membawanya dari rumah, dan menodongkan pisau itu di leher Leavin, tiba-tiba Leavin mengeluarkan sebuah pistolnya di belakang punggung dan balik menodongkan pistolnya ke dahi Lobus.

Mereka saling menodongkan senjata mereka masing-masing, suara terkejut dari semua murid disana terdengar jelas, Bert yang sedari tadi diam sedikit terkejut dengan pistol yang dibawa Leavin, semua orang bisa saja membawa pisau seperti Lobus, tapi Bert heran.. darimana dan kehidupan seperti apa yang di jalani Leavin hingga kuliah saja membawa pistol.

Bert mulai berdiri pelan berniat mendekati Xavier, dia harus menjauhkannya dari senjata mereka berdua.

Pria yang berada di belakang Lobus perlahan-lahan mundur menjauhi mereka.

Xavier meraih tangan Leavin dengan pelan berniat menurunkan pistolnya. "Leavin, banyak yang melihat, hentikan.. kita pikirkan nanti" ucap Xavier dengan suara pelan.

Tapi satu tangan Lobus yang kiri dengan cepat meraih pistol Leavin hendak menyingkirkan arah pistolnya.

Dorr...

Suara satu tembakan dari Leavin yang melesat membuat semua orang menjerit dan berjongkok, menghindari tembakan yang tidak terduga itu, untung saja tidak mengenai siapapun.

Tapi sayangnya pistol itu terjatuh di dekat Lobus dan sesegera mungkin Lobus mengambilnya sambil meringis mengingat kakinya yang sakit.

Di saat yang bersamaan Bert mulai berlari sambil mengambil pistolnya di belakang punggung menghampiri Xavier, tapi disisi lain Lobus berhasil meraih pistol itu dan mengarahkan pada Xavier, entahlah.. siapapun itu yang ditodong, bagi Lobus di antara dua orang adalah Leavin atau Xavier sama saja, Lobus membenci mereka berdua.

Dan Bert yang sampai di sebelah Xavier menodongkan pistolnya pada Lobus juga, semuanya tampak terkejut bukan main tanpa terkecuali, beberapa murid berhamburan keluar dari sana dan berusaha memanggil dosen, sedangkan yang lain berusaha menghindar sembari memasang ponsel mereka untuk mengabadikan kejadian tersebut.

"Turunkan pistolmu, maka aku juga menurunkan pistolku" kata Bert yang berusaha bernegosiasi pada Lobus, kejadian itu begitu cepat.

Tapi Lobus tetap keras kepala mengarahkan pistolnya ke arah Xavier, mau tak mau Bert mengeluarkan aksinya, dengan cepat dia mencekal pistol Lobus dan mengarahkan ke atas.

Dorr...

Satu tembakan yang di lakukan Lobus menuju ke langit-langit kantin. Bert memutar tangan Lobus hingga ke belakang punggung Lobus sendiri dan melepaskan pistol itu hingga terjatuh.

Lobus terjatuh dalam keadaan tangannya masih di genggam kuat oleh Bert, dia meringis kesakitan di kaki maupun di tangan.

Bert menjatuhkan tubuh Lobus hingga tengkurap dan mengambil pistol milik Leavin yang tergeletak dan pisau milik Lobus, sedangkan pistol miliknya sendiri dimasukkan ke belakang punggungnya lagi.

Tanpa berkata apapun Bert melepaskan Lobus dan menyeret lengan Xavier pergi secepat mungkin dari sana menuju ke atap kampus.

Bert melepas Xavier dengan kasar membuat punggungnya menatap tembok.

"Semua wanita di kantin berusaha menghindar dan keluar meskipun mereka jauh dari pistol, kenapa hanya kau wanita bodoh dan ceroboh yang tetap berada di dekat senjata mereka!" Ujar Bert memaki Xavier, sorot matanya tampak marah menatap Xavier.

"Kenapa kau ikut campur juga tadi?" Ujar Xavier. "Aku bisa mengatasinya sendiri!" Lanjutnya.

"Dengan apa? Apa yang kau lakukan tadi saat kau ditodong pistol? Apa kau akan membalasnya setelah kau tertembak? Kau yakin saat tertembak kau masih hidup?" Tanya Bert bertubi-tubi membuat Xavier tersadar bahwa semua yang dikatakan Bert benar.

Xavier memalingkan wajahnya tidak bisa menjawab, Bert menghela nafas menatapnya tak percaya, begitu ceroboh wanita di depannya.

"Kembalikan pistol Leavin" kata Xavier mengalihkan pembicaraan mereka.

"Aku yang akan mengembalikannya" jawab Bert, "mulai sekarang aku akan lebih dekat denganmu untuk menjaga lebih ketat lagi, jadi biasakan dirimu!" Tegas Bert lagi lalu pergi meninggalkan wanita itu, Xavier hanya memandang kesal padanya sambil mengusap lengan yang di cekal Bert tadi, selalu saja sakit jika Bert menyentuhnya, entahlah.. tangan Bert begitu kuat saat menyentuhnya, dan dia merasa selalu kalah pada Bert.

Jangan lupa like dan komennya.

Bodyguard Penakluk Wanita NakalWhere stories live. Discover now