eps.1

14.9K 118 5
                                    

Bantu like dan komennya ya.

Di malam yang cerah sebuah mobil sport berwarna merah terparkir di depan pintu utama mansion yang ditinggali Xavier.

"Apa Xavier sudah siap?" Tanya Leavin pada ketua pelayan yang berdiri di depan pintu menunggunya.

"Nona akan segera turun tuan Leavin" jawab sang ketua pelayan bernama Isabella. "Silahkan masuk dulu, saya akan buatkan anda minum" lanjutnya.

"Tidak perlu, aku sudah siap" jawab Xavier yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah, penampilan super seksi di malam selalu menjadi ciri khasnya jika hendak pergi ke kelab. "Ayo, kita berangkat sekarang" lanjut Xavier.

Musik berdentam dengan hebatnya, memenuhi setiap telinga yang masuk di gedung tersebut, seperti biasa.. banyak sorot mata yang memandang mereka, mereka yang selalu datang di kelab tahu siapa mereka berdua, tapi mereka yang baru datang dan melihat mereka sangat menginginkan mereka, entah itu para wanita menginginkan Leavin yang kaya raya, ataupun para pria menginginkan Xavier yang bertubuh molek dan sempurna.

Mereka duduk di antara teman-temannya.

"Dimana barangnya?" Tanya Leavin pada Jordan.

"Silahkan cek dulu" kata Jordan tersenyum senang sembari mengeluarkan satu kotak berisi obat-obatan terlarang.

"Aku percaya padamu" kata Leavin sembari memegang ponselnya, tak lama ponsel Jordan berdering tanda pesan masuk bahwa Leavin sudah mengirim uang pembayaran obat-obatan terlarang, Jordan tersenyum miring dan senang.

"Baiklah teman-teman hari ini kalian sudah membeli banyak barang dariku, maka dari itu aku yang akan membayar semua pesanan kalian di kelab" kata Jordan sambil mengangkat gelas mungil berisi minuman beralkohol mahal di atas, lalu mereka bersorak senang dan mengangkat semua gelas mereka masing-masing lalu bersulang. "Dan ini bonus dariku untuk kalian" lanjut Jordan memberi banyak obat-obatan di meja tengah mereka.

Mereka semua memakai obat itu, kecuali Xavier, dia memang tidak berniat untuk mencoba hal seperti itu, dia hanya takut jika suatu saat ayahnya tahu maka seluruh perusahaan maupun harta tidak akan jatuh di tangannya, itulah keputusan dari ayahnya yang tidak bisa di ganggu gugat.

Hari semakin malam hingga berganti hari, jam menunjukkan jam dua pagi. Xavier dan para teman-temannya sudah mabuk berat, bahkan beberapa ada yang tidak sadarkan diri di sofa, dua teman laki-laki lainnya sudah pergi menyewa jalang dari kelab sana, sedangkan Xavier dan Leavin masih di sofa bersama tiga teman lainnya yang memang sudah tidak sadarkan diri.

Bahkan kepala Xavier sudah tergeletak di meja karena mabuk alkohol, Leavin bergerak dan terbangun dari sofa menatap Xavier lalu tersenyum.

"Hei wanita nakal, bagaimana kalau kita ke hotel, akan sangat menyenangkan bukan jika kita benar-benar di jodohkan keluarga kita" kata Leavin dengan nada keras karena musik masih berdentam dengan keras.

Tangan Leavin menjelajahi seluruh punggung Xavier, karena baju Xavier sangat seksi dan menampilkan seluruh punggungnya maka Xavier sedikit mengernyit merasakan sensasi kulit tangan Leavin.

Xavier mendongak melihat siapa yang membelai punggungnya, lalu Leavin tersenyum dan mendekatkan bibirnya pada Xavier, kedua mulut mereka hampir menempel tapi tiba-tiba satu tangan pria kekar menarik baju Leavin hingga duduuknya bergeser ke belakang dengan cepat dan hampir terjungkal, Bert. sungguh.. tidak diragukan lagi kekuatan fisik Bert lebih dari cukup untuk menjaga nona muda ini.

"Kau! Beraninya! Siapa kau!" Gertak Leavin memandang Bert dengan samar-samar menatap punggung lebar dengan tubuh yang sempurna membelakanginya, karena dia sudah mabuk berat dengan obat-obatan.

Bert tidak peduli dengan gertakan Leavin, dengan sigap dia mengangkat tubuh Xavier seperti mengangkat karung beras begitu saja, Xavier memukul punggung Bert dengan tenaga lemas.

"Lepaskan aku sialan!" Umpat Xavier yang terus menerus dia lontarkan, bahkan dia mengatainya kasar, tapi Bert tetap tenang membawanya keluar dari sana.

Sesampai di parkiran mobil Xavier di dudukkan oleh Bert dengan kasar hingga Xavier sedikit menahan nafasnya, Xavier berusaha untuk pergi dari sana tapi tidak disangka ternyata Bert sudah menyiapkan sebuah tali tebal di mobilnya untuk mengikat Xavier di bangku penumpang depan.

"Siapa kau pria berengsek! Jika ayahku tahu kau akan mati saat ini juga!" Umpatan keras dari mulut Xavier membuat Bert sedikit risih.

Tapi dia tetap diam memutari mobil lalu duduk di jok kemudi, dia melajukan mobil dengan cepat tanpa memperdulikan Xavier yang terus meneriakinya.

Setelah sampai di mansion Bert membawa Xavier dengan menggendongnya lagi seperti karung beras memasuki rumah.

Satu pelayan yang kebetulan masih terjaga mengikuti mereka naik ke atas menuju kamar Xavier.

"Bawakan kunci kamarnya" ucap Bert sangat tegas tanpa melihat pelayan di belakangnya.

"Baik" jawab sang pelayan sesegera mungkin dia kembali mengambil kunci kamar Xavier.

Bert terus diam dengan aksi Xavier yang tidak bisa diam mengumpat, berteriak, dan memukul punggung pria itu.

Bert membnting tubuh Xavier ke atas ranjang besarnya dengan keras membuat seluruh ranjang bergetar.

"Kau!" Ucap Xavier tertahan melotot menatap Bert.

"Jangan membuatku marah cepat tidur atau aku akan lebih kasar lagi padamu!" Kata Bert menatap seluruh tubuh Xavier yang berantakan dan hampir menampilkan seluruh payudaranya.

"Kau pria keparat!" Teriak Xavier membuat Bert jengah.

"Saya sudah membawa kuncinya" kata pelayan tadi tiba-tiba datang, lalu secepat mungkin Bert keluar dan menguncinya dari luar, terdengar Xavier mendobrak beberapa kali untuk tidak mengunci dirinya.

"Hei kau pria sialan! Jika aku keluar kau akan mati ditanganku! Buka pintunya!" Teriak Xavier sedikit histeris, karena pasalnya dia tidak pernah di perlakukan seperti itu seumur hidupnya, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau.

"Dimana ketua pelayan?" Tanya Bert pada pelayan di depannya.

"Dia sempat ke toilet tadi, tapi sekarang baru menyiapkan obat pereda mabuk dan minuman pengar untuk nona Xavier" jawab pelayan itu.

"Tidak perlu! Jangan diberi apapun dan biarkan dia berteriak, jika aku melihat kalian membuka pintu untuknya dan memberi sesuatu kalian yang akan menanggung resikonya sendiri! Kalian istirahat saja, aku akan tidur di kamar sebelah menjaganya" jelas Bert iba melihat para pelayan mansion yang bekerja hampir tidak tidur hanya untuk menjaga nona mudanya.

***

Keesokan harinya pintu kamar Xavier terbuka, sedangkan wanita itu masih terbenam di dalam selimut tebalnya.

Gleen yaitu ayahnya Xavier masuk dengan setelan jas rapinya bersama Robin, Bert, dan juga Isabella.

Gleen menarik selimut tebalnya, dia masih memakai pakaian seksi yang dipakai semalam, Gleen menghela nafas melihat penampilan putri tunggalnya begitu sulit untuk di atur.

Mata Xavier mengerjab dan melihat sekeliling dengan keadaan sangat pusing, dia memegang kepalanya sembari duduk.

Tapi pandangan matanya terhenti pada sosok Bert yang berdiri tegap dengan gagahnya menatap tajam dengan matta elangnya.

Xavier bergegas turun dari ranjang dengan sempoyongan mendekati Bert tergesa-gesa.

Bukk.. Bukk.. Bukk...

Bodyguard Penakluk Wanita NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang