dua puluh empat; titik terang (1)

Start from the beginning
                                    

Suara mendayu-dayu milik sang penyanyi terkenal itu, membuat hati Kaia terusik, ia ingin menangis, namun sejak hari itu, ia menahan semuanya. Ia tidak ingin menunjukkan air matanya pada dunia lagi. Kebingungan yang menguasai benaknya, membuatnya tak mampu berkata-kata meski hanya sekedar mengucap tanya.

Ada penyesalan, ada rasa bersalah, ada kala rasa untuk meminta maaf, namun ego mengalahkan semuanya. Ia menciptakan jarak itu, membuat keluarganya sedih. Sedangkan untuk saat ini, ia sama sekali tidak tahu, apa yang harus ia perbuat.

Jendra menyadari semua itu. Tidak hanya setahun maupun dua tahun, dirinya hidup bersama dengan dua anak gadisnya. Kaia adalah tipe pemikir keras, itulah sebabnya ia banyak diam ketika masalah menghampiri, dibandingkan bercerita kesana kemari demi mencari solusi. Bahkan Kalyana pun berulang kali mengeluh atas sikapnya tersebut. Dan hanya Jendra satu-satunya yang mengerti, tentang apa yang perlu dilakukan untuk membuat Kaia mengerti.

“Maaf ya nak untuk kejadian tempo hari, seharusnya papa dan bunda mengatakan sesuatu tentang pesan misterius yang kamu dapatkan, tapi kami justru meminta kamu untuk mengabaikan pesan itu,” ujar Jendra dengan suara lembutnya, Kaia menoleh mulai tertarik pada ucapan sang papa.

“Kalau ada yang harus disalahkan disini, tentu saja papa sama bunda yang salah karena tidak jujur sama kamu,” sambungnya, Kaia mulai goyah.

“Kami mengajarkan kepada kamu dan Reine untuk selalu jujur. Tapi kami sendiri yang menghancurkan semua itu dan membuat kamu kecewa. Sekali lagi papa sama bunda minta maaf sama kamu ya nak?”

Kaia kembali menoleh ke jendela. Air matanya tiba-tiba saja menetes tanpa seizinnya. Hatinya sakit mendengar papanya meminta maaf kepada dirinya seperti ini. Terlebih lagi kekacauan tempo hari bersumber dari dirinya sendiri. Namun pada akhirnya banyak orang tersakiti hanya karena perbuatan gegabahnya.

“Papa tau kamu kaget dan belum bisa menerima semua ini, tapi satu yang harus kamu tau adalah kamu bukan anak haram, nak. Kamu punya papa, punya bunda, punya Reine. Kamu anggota keluarga ini, Kaia Abirama,”

Air mata Kaia semakin menetes deras setelah mendengar semua kata-kata Jendra. Jantungnya serasa ditancapi sebilah pisau berulang kali, terluka separah itu, namun ia mencoba untuk menahan dan menyembunyikan agar orang lain tidak mengetahuinya.

Mobil Jendra berhenti di depan halaman sekolah kedua anak gadisnya. Reine lebih dulu keluar karena melihat segerombolan teman-temannya lewat dan hendak masuk melewati gerbang. Jendra melepasnya setelah anak bungsunya tersebut bersalaman dan mencium punggung telapak tangannya. Tak lupa pula ditinggalkannya sebuah kecupan hangat di kening Reine sebelum benar-benar keluar dari mobil.

Tersisa Kaia di dalam sana, hendak memanggul tas nya, namun suara Jendra kembali terdengar. Senyum hangatnya, tatapan teduhnya dan lembutnya cara Jendra bersikap memang selalu berhasil meluluhkan hati Kaia, setiap saat. Papanya selalu tahu apa yang perlu dilakukan untuk meraih hatinya kembali, meskipun terluka hebat sekalipun. Jendra tidak pernah meninggalkannya, papanya itu selalu setia berada di dekatnya.

“papa sayang sama kamu nak, maaf sekali lagi ya?”

Tidak peduli ketika dunia tiba-tiba mencibirnya karena menjadi cengeng. Yang Kaia tahu saat ini adalah ia hanya ingin memeluk sang papa seperti biasanya. Namun ego lagi-lagi mengalahkan keinginan tersebut, dan mendorongnya untuk melakukan hal sebaliknya. Ia mengangguk saja, kemudian turun dari mobil tanpa mencium tangan sang papa.

Jendra tersenyum pahit. Memandang kepergian anak sulungnya dalam diam. Hatinya ikut teriris kala tak lagi mendapatkan pelukan hangat seperti biasanya dari sang anak gadis. Membuatnya merasakan roller coaster yang amat hebat di dalam dirinya sendiri. Ia menundukkan kepalanya, berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak ikut menetes. Meskipun berat, ia sadar, Kaia juga membutuhkan waktu untuk menerima semua fakta. Dan sebagai orang terdekat, tentu dirinya perlu mendukung dan selalu ada di dekat Kaia.

RUMORWhere stories live. Discover now