12: aku pembunuh?

46 2 0
                                    

Terhanyut dalam pikirannya mencari namanya di laman pencaharian lalu menggeleng pelan tatkala tidak tersisa jejak apapun tentangnya membuat Rain mengangguk paham memaksa untuk mengerti kenapa Rian sangat posesif padanya karna tidak ingin keberadaannya di ketahui.

Rain menghela nafas pelan lalu kembali terdengar suara ketukan pintu yang membuat Rain mau ta mau beranjak dari posisi ternyamannya, membukakan pintu pada Deon yang tengah berdiri di depan pintu dengan senyum khasnya. Deon menyerahkan sebuah map, Rain mengambil map itu melangkah mundur mempersilahkan Deon masuk ka kamarnya lalu menutup pintu.

Deon diam ia menatap ta percaya dengan kamar Rain yang sangat berbeda dengan asrama kebayakan.

"Bukankah ini sangat tidak adil, kau tidur di kamar yang lebih luas dari kami dan sendirian, lalu lihatlah perabotan yang lengkap ini seperti kamar pribadi" Rain mengabaikan apa yang di ucapkan Deon, membuka kulkas melihat sejenak dan  mengambil minuman kaleng disana, membukanya lalu menuangkannya di gelas sebelum menyodorkannya pada Deon yang dengan senang hati menerima pemberian dari Rain.

"Tugas kali ini cukup sepele dan bisa di bilang simpel, menemukan anak yang kabur dari oramg tuanya 8 atau 7 tahun yang lalu... Aku tidak membaca detailnya dan aku malas untuk melakukannya" Rain membuka map yang berada di tangannya ada nama serta foto masa kecilnya disana melihat itu Rain terkekeh pelan dan reaksi Rain yang terlihat aneh serta mencurigakan di mata Deon.

"Saat kau menemukan anak ini, apa kau akan menyerahkannya padanya Deon" Deon diam sejenak menatap Rain lekat lalu mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Apa kau akan melakukannya bahkan jika kau tidak tau apapun yang terjadi?" pertanyaan Rain membuat Deon bangkit berjalan mendekati Rain, merampas berkas di tangannya membaca secara singkat apa yang tertulis disana mengambil foto yang tersemat disana seorang anak kecil berusia 4 tahun dengan banyak alat penunjang kehidupan yang tersemat di tubuhnya namun ia tetap tersenyum di depan kemera, wajah familiar yang membuat Deon mengarahkan foto itu tepat kesebelah wajah Rain, menemukan banyak kemiripan bahkan bekas luka di pinggiran alisnya.

"Apa kau akan melakukannya Deon?" Rain kembali bertanya namun kali ini Deon hanya bungkam lalu ta la setelahnya berjalalu pergi, tangan Deon sudah menggenggam gagang pintu namun suara Rain menghentikan pergerakannya.

"Satu saranku Deon, jangan menjadi orang bodoh yang hanya melakukan apapun yang disuruh tanpa mengetahui apapun dan kurasa kau pernah juga mendengar kata bahwa ketidak tahuan adalah dosa" ujarnya membuat Deon sedikit melirik Rain dari ekor matanya, Rain terlihat berbeda dengan tangan di siliangkan di depan dada serta ekspresinya yang ta terbaca membuat Deon dengan segera berlalu pergi.

Setelah kepergian Deon, Rain berjalan mendekat ke arah pintu menajamkan pendengarannya tidak ada suara dari luar membuat Rain menunggu sejenak sebelum membuka pintu dan tidak menemukan siapapun di depan kamarnya Rain tersenyum riang, berguling guling di kasurnya mengambil ponselnya untuk melihat wajahnya lebih tepatnya ekspresi yang ia tunjukkan beberapa waklu lalu.

Sempurna tidak ada celah yang menunjukkan bahwa ia tengah berpura pura dan harusnya Deon akan mencari tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu tanpa campur tangannya, menemuinya kembali lalu mengatakan apa yang ia temukan dengan begitu Rain ta harus turun tangan sendiri biarkan saja Deon yang mencari tahunnya, keberuntungan macam apa yamg dimiliki Rain pikirnya.

Rain kembali menghampiri pintu lalu menguncinya  pergi tidur setelahnya tidurnya lebih nyenyak dari sebelumnya ia rasa hingga pagi kembali datang dengan gedoran pintu terdengar nyaring dari luar membangunkan Rain yang sekarang sedang menatap kosong kedepan dengan hati yang melontarkan ribuan kata umpatan.

Beranjak dari tidurnya Rain membukakan pintu pada seseorang yang ternyata adalah Deon helaan nafas terlontar dari bibir tipisnya berjalan mundur mempersilahkan ia masuk setelah pintu tertutup Deon mendorong Rain hingga membentur pintu salah satu tangannya menodongkan sebilah pisau lipat yang kini sedikit menggores bagian leher Rain dan setelahnya hening sejenak sebelum Rain pun melakukan hal yang sama tangannya terulur membelai pelan leher Deon.

"Melihat reaksimu sepertinya kau sudah mengetahui sesuatu" Deon tersenyum getir mendengar perkataan Rain yang terkesan datar.

"Kau pembunuh" kembali terdengar kekehan pelan dari Rain, pikirannya berkecamuk untuk menemukan jawaban dari dua kata yang di ucapkan Deon seperti kebiasaannya sebelumnya sebagai A saat sedang berfikir A tidak akan merespon dan terkesan acuh pada sekitarnya yang membuat Deon menyelah artikan respon Rain.

"Hahaha... I don't mind it, pantas saja aku ditugaskan bersamamu ternyata kau..." ucapan Deon kembali terjeda, Rain yang kembali pada dunia nyata lantas menghela nafas pelan berjalan maju dan dengan sengaja menabrak pelan bahu Deon lalu duduk di kursi belajar sembari menyilangkan kaki dengan arogan.

Mengetuk meja di sampingnya dua kali lalu tersenyum simpul pada Deon, pikirannya kembali merangkai kata mengingat ingat apa yang sebelumnya terjadi di organisasinya dulu sebagai A.

"Selama itu menguntungkan tidak ada larangan untuk memelihara monster dalam kandang" Rain menatap lekat Deon yang sekarang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang ta bisa di artikan.

"Seberapa banyak yang kau tau tentang kejadian itu, seberapa banyak kau tau tentangku, kurasa jika kau memikirkannya dia tidak memiliki kerugian untuk membawaku ke salah satu pihak Deon dan jika kau memikirkannya lagi dia akan rugi jika membiarkan ku jatuh ke pihak lain yang bertentangan dengannya, di dunia ini, di dunia yang kau tinggali ini atau orang-orang seperti kami dunia hanya sebatas tentang untung dan rugi, jika kau masih tidak mengerti kuharap kau tidak akan pernah mengerti untuk selamanya Deon" Deon masih bungkam dapat Rain lihat dari raut wajah Deon yang sepertinya sedang bertarung dengan dirinya sendiri.

"Deon, kau tidak perlu memikirkannya dan kau bisa menganggap apa yang kau dengar barusan tidak pernah kuucapkan, di dunia ini ada yang namanya senjata berwujud informasi dan ada pula keberuntungan berwujud ketidak tahuan" Rain menghilangkan senyuman diwajahnya bersandar pada sandaran kursi, atmosfer di sekitar berubah sepenuhnya Deon mengeratkan genggamannya pada pisau di tangannya.

"Rain, setelah aku mengetahui mengetahui bahwa kau pernah membunuh ratusan orang secara tidak langsung di umurmu yang masih 4 tahun entah kenapa aku merasa mual, jijik tanpa alasan dan aku menyesalinya dipertemukan denganmu kuharap setelah ayahmu membawamu pergi untuk merehabilitasi mu kau bisa lebih berprikemanusiaan" setelah mengatakan hal itu Deon berlalu pergi meninggalkan Rian degan pikirannya yang menggunung akan apa yang terjadi di masa lalu.

Rian di usia 4 tahun pernah membunuh ratusan orang secara tidak langsung, kata kata itu terngiang-ngiang di kepala Rain untuk beberapa saat memberikan sensasi aneh, jantungnya berdebar hingga Rain dapat merasakan sendiri detak jantungnya di seluruh tubuhnya, dapat Rain lihat sendiri bayangan wajahnya yang memerah terlihat seperti tersipu namun dengan alasan ta masuk akal.

my simple happinessWhere stories live. Discover now