TAK ADA YANG BEDA, HANYA ...

Start from the beginning
                                    

Meski begitu, Jungkook berusaha tetap tenang. Ia memilih melanjutkan mengerjakan beberapa tugas yang seharusnya masih dikumpulkan minggu depan untuk ia selesaikan malam ini sembari menunggu sang kakak pulang.

Selang beberapa saat, Jungkook mendengar suara knop pintu diputar. Pasti itu Seokjin. Namun saat Jungkook bangkit dan hendak membuka pintu untuk menghampiri sosok yang begitu ia tunggu, tanpa sengaja Jungkook mendengar Seokjin berbicara melalui ponselnya. Entah dengan siapa tapi yang Jungkook sempat dengar yaitu...

"Aku gak apa-apa. Maaf udah bikin kamu khawatir Yoongi-ah."

...

"Ya aku tau! Aku akan lebih hati-hati nanti."

...

"Aku gak mungkin lepasin pekerjaan ini. Gajinya lumayan besar."

...

"Jungkook butuh banyak biaya untuk kuliahnya Yoon. Dia harus jadi orang sukses, biar gak kayak aku."

...

"Iyaa. Makasih ya udah kasih aku libur buat besok. Tapi benerkan kamu gak akan potong gaji aku karena besok aku libur?"

...

"Hahaha, iya-iya aku percaya. Udah ya. Aku mau mandi dulu terus istirahat. Besok pagi peternakan sapi pak Song waktunya panen susu. Aku gak boleh ambil libur karena pasti jatah susu buat Jungkook bakal dikasih besok. Jadi aku harus pergi pagi-pagi banget."

....

"Oke. Sekali lagi makasih ya. Aku tutup teleponnya."

Selesai Seokjin mengakhiri percakapannya dengan seseorang yang ternyata Jungkook kenal, barulah ia membuka pintu kamar dan berjalan cepat ke arah lelaki yang selalu tampak kuat dihadapan Jungkook.

"Kookie. Kok belum tidur?"

Jungkook tak menjawab. Ia yakin jika satu kata keluar dari mulutnya, maka air mata pun akan pecah. Nafasnya begitu berat. Ia menatap lekat wajah seseorang yang begitu ia puja dengan tatapan marah. Ia marah? Tentu saja. Marah dengan Seokjin? Atau dengan dirinya sendiri? Iapun tak tau. Hanya saja saat ini hatinya tak baik-baik saja.

Seokjin yang mengetahui itu semua sontak mendekat satu langkah. Segera ia memeluk kelinci kecilnya dan mengatakan satu kata yang selalu ia jadikan mantra.

"Maaf."

Maaf Seokjin bilang? Memangnya apa yang ia lakukan? Kenapa minta maaf? Apa karena ia mengabaikan Jungkook dan lebih sibuk bekerja? Apa karena ia yang selalu mementingkan Jungkook daripada dirinya sendiri? Apa karena ia yang tak pernah memikirkan perasaan Jungkook?

Ya..

Itu semua benar. Mantra itu yang selalu membuat Jungkook berhasil menyalahkan dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya karena tak berguna. Menyalahkan dirinya karena tak dapat berbuat apa-apa. Menyalahkan dirinya karena selalu menyusahkan satu-satunya seseorang yang ia punya.

"Hiks.."

Sebuah isakan lolos dan bahu tegap Seokjin berhasil menopang berat badan Jungkook dalam gendongan. Ia dudukkan Jungkook di kursi bekas yang ia beli di pasar barang bekas untuk mengisi ruang tamunya.

Dalam hening Jungkook memeluk Seokjin dan menyembunyikan tubuhnya di dalam dekapan yang lebih tua. Ia meremas ringan punggung Seokjin untuk menyalurkan luapan emosi dalam dirinya.

"Aw!"

Jungkook terkejut ketika mendengar raungan dari sang kakak. Ia langsung bangkit dan mendongak menatap wajah Seokjin yang kini tengah meringis kuat. Dengan segera Jungkook memutar tubuh Seokjin dan memaksa membuka kaos kebesaran yang dikenakannya meski mendapat penolakan dari sang empunya.

"Astaga. Kenapa ini kak? Kenapa bisa memar kayak gini?"

"Hhh, gak apa Kook cuma kecapaian aja kayaknya. Tapi besok Yoongi kasih kakak libur. Kakak janji mau istirahat besok ya. Udah gak apa-apa. Jangan khawatir."

Jungkook tak ingin memperpanjang perdebatan. Ia tau jika ia melanjutkan sepatah kata saja maka Seokjin akan mendiaminya seperti beberapa minggu lalu saat sepulang bekerja dan mendapati kaki Seokjin berjalan pincang. Ternyata, ia mendapat kecelakaan saat bekerja. Tak sengaja kakinya tertusuk paku katanya. Saat itu Jungkook tak henti mengomeli Seokjin. Bukan apa-apa, Jungkook hanya khawatir. Ia tak ingin melihat lelakinya terluka tapi malah berakhir dengan Seokjin yang mendiaminya seharian.

Jadilah malam ini Jungkook tak berkomentar apapun tapi dengan ikhlas hati melakukan suatu hal untuk Seokjin. Ia berkutat dengan peralatan dapur. Membuat bubur dan menyiapkan air dingin untuk mengompres memar di badan Seokjin. Tak lupa juga Jungkook memijat kaki Seokjin dengan lembut setelahnya hingga si empunya tertidur pulas di atas spons kecil di depan ruang TV.

Mendapati sang kakak tertidur pulas, Jungkook sedikit lega. Setidaknya malam ini ia berguna untuk kekasihnya. Ah, malu sebenarnya untuk Jungkook mengatakan bahwa mereka sudah mengikat satu hubungan yang lebih serius. Namun itu kenyataan. Dan Jungkook akan mulai membiasakan diri setelah ini.





































 Dan Jungkook akan mulai membiasakan diri setelah ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-tbc-

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now