29 - Bertram - My Birthday

37 12 1
                                    

Big Boss, si Pangeran, ternyata adalah seorang fotografer. Aku sering membantunya memajang hasil fotonya di papan kecil yang ada di bagian depan toko.

"Bert?"

"Ya, Big Boss?"

"Seminggu lagi, katamu kau pergi ke summer camp?"

"Iya. Kenapa?"

"Bukankah hari Kamis Ibumu akan berulang tahun?"

Ah, benar juga! Aku segera berlari ke dapur, ke atas kulkas untuk mengambil kalender dan melihat kertas itu itu lekat-lekat.

"Ah, benar juga," bisikku pada diriku sendiri.

"Jadi?" Gilbert menyandarkan lengannya di pinggiran pintu kamar kami. "Kau akan membiarkan Ibumu bersamaku berduaan saat dia sedang berulang tahun? Kami akan membuat pesta tanpamu. Itu akan jadi luar biasa."

Mukanya datar sekali saat mengancamku seperti itu, dasar monster laut. Mereka berdua, Gilbert dan Ibunda, masihlah tidak akrab. Sejujurnya, aku ragu Gilbert akan melakukan hal bodoh saat aku pergi untuk summer camp selama seminggu. Itu adalah ancaman kosong, lebih seperti bercanda. Kami berdua tahu, Ibunda pasti tidak akan memberikan respons yang signifikan kepada Gilbert, seperti biasa.

"Big B, kenapa wajahmu bersedih begitu?"

"Tidak, Tim." Namanya Timothy, satu-satunya anak yang mau berteman denganku di saat semua orang menjauhiku. Padahal penampilaku dan Timothu jauh berbeda. Dia adalah anak yang keren, sangat berbeda denganku. "Hanya saja ... ibuku berulang tahun saat summer camp nanti. Aku harus meninggalkannya sendiri dengan ayah tiriku."

"Oh? Ayah tiri. Kedengarannya seperti mimpi buruk."

"Ayah tiriku tidak seburuk itu, kok."

Timothy duduk di bangku sebelahku dan menjadikan ranselnya sebagai bantal.

"Kau bisa meminta foto saat ibumu merayakan ulang tahunnya. Jangan sesedih itu."

"Ah, iya. Aku akan meminta foto mereka nanti." Foto ... benar juga. "Apa keluargamu juga biasanya senang berfoto?"

"Ya, dulu. Nenekku memfoto semuanya. Tapi saat nenek meninggal, tidak ada tukang foto lagi."

"Oh begitu."

Ternyata begitu. Saat aku mulai bersekolah, aku baru menyadari banyak hal. Ternyata, apa yang ada di sekitarku itu tidak semua sama seperti apa yang ada di sekitar teman-temanku. Timothy tidak terlalu suka bercerita tentang keluarganya. Tidak seperti aku yang selalu bersemangat saat menceritakan masa kecilku selama di Reins. Tidak semua ayah mereka adalah tukang kayu atau penggembala. Tidak semua ibu mereka berjualan roti atau membuat teh sendiri. Ibu Timothy adalah seorang pekerja kantoran. Aku tidak tahu apa yang dilakukan para pekerja kantoran, tapi yang jelas Ibu Timothy tidak bisa bekerja sambil bermain dengan anaknya sebagaimana Ibunda bermain dan membuat mentega bersamaku.

Kami juga tidak memiliki kamera untuk memotret setiap ulang tahun kami di rumah Reins dulu. Bahkan aku baru tahu konsol video games saat Big Boss memberikannya sebagai hadiah ulang tahunku tahun lalu.

"Aku tidak ingin melupakan pesta ulang tahun kecil kami di Reins dulu." Timothy tidak menjawab. Aku juga tidak menginginkan jawaban apa-apa, sih. "Apa kauingat ulang tahunmu saat kau menjadi tiga tahun, Tim?"

Timothy mengangguk. "Nenek membuatkanku pai apel yang besar sekali. Tapi setelah kulihat loyang yang dulu dibuat Nenek, harusnya pai itu tidak sebesar yang kukira. Saat itu aku saja yang masih kecil."

"Haha, kau mungkin benar. Apakah kau memiliki fotonya?"

"Ya, ada di rumah. Kapan-kapan kalau kau mau bermain ke rumahku, akan kutunjukkan foto pai apel itu."

Her POV (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang