Let Me In (Part 17; Sahabat Kecil 2)

266 19 1
                                    

Aku senang bisa kenal Renata, dari kecil. Semasa kecil, aku gendut sekali, beda dengan Renata yang badannya masih saja bagus sampai sekarang, tapi kini aku tidak gemuk lagi, dan kini tampan. Mungkin itu yang membuat Renata lupa denganku, apakah dia tidak mengingat-ingat sahabat kecilnya yang paling gemesin dulu ini ya? Apa dia tidak pernah buka album masa kecil lagi?

SD kelas 4.
Hari-hari terasa berbeda, aku memandang Renata dengan sedih, Renata selalu menanyakan mengapa aku terlihat murung, tapi aku tidak bisa cerita dengannya, aku tahu ini akan membuatnya sangat sedih.

Di rumah, keluargaku siap-siap packing. Aku melihati mereka, aku masih saja murung, bahkan dua hari terakhir sebelum aku pergi, aku masih tidak bisa cerita.

Renata datang ke rumahku, dia terkejut melihat rumahku sangatlah rapih dan bersih, alias kosong hanya ada beberapa kardus dan juga koper.

"Reza? Rumah kamu mau di renov ya? Asikkk rumah kamu jadi makin besar dong"

Aku hanya terdiam, Renata menggoyangkan bahuku.

"Renata, makasih ya.."

"Kok kamu tiba-tiba bilang makasih?"

"Makasih karena selama ini kamu udah jadi sahabat terbaikku, aku..."

"Aku juga makasih ya, Reza"

"Aku dan keluargaku akan pindah"

Renata tampak terkejut, matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia menahan untuk tidak mengis.

"Pindah kemana? Kok nggak pernah ceritaaaa.. Kenapa... Bukannya kamu udah janji kalau kamu nggak bakalan ninggalin aku?"

"Dengerin aku, Rena. Aku iya memang berjanji, dan maaf aku gak bisa menepatinya. Aku pindah ke Jerman. Aku minta maaffff... Tapi aku pasti akan kembali, aku pasti akan kembali, Rena. Jadi tenang aja ya?"

Renata menangis sekencang-kencangnya, kemudian...

"Oke, aku menunggu. Makasih Reza, aku pulang dulu, semoga besok selamat sampai tujuan ya."

Kemudian, Renata keluar dari rumahku, aku masih terpaku, akupun mengeluarkan airmataku.

Ke esokan harinya, saat aku sedang bersiap-siap akan menuju bandara, aku mendapatkan kabar kalau Renata kecelakaan. Dadaku serasa sesak. Aku dan keluargaku pergi ke rumah sakit.

"Tante, Om... Reza turut berduka, bagaimana keadaan Renata?"

"Makasih ya Reza, kamu memang anak yang baik, bahkan disaat kamu akan pergi, kamu masih meluangkan waktu untuk anak om."

"Ah iya om.. Saya ingin dia baik-baik saja."

"Dia masih belum sadarkan diri, doain saja Renata cepat sembuh ya" ucap Om Nata padaku, aku lihat tante Erin masih saja menangis.

Aku melihati Renata yang terbaring lemah, aku mendoakannya agar cepat sembuh.

"Renata, aku janji aku akan kembali. Semoga kamu masih mengingatku nanti. Semoga kamu tidak membenciku karena aku pergi, aku... Aku mencintaimu, Rena. Akan ku jemput kau nanti, aku tidak tahu kapan pastinya, aku tahu kamu pasti akan menungguku. Dan, bila saat itu tiba, Let Me In. Jaga diri kamu baik-baik Rena, sampai bertemu lagi."

Sementara itu dokter yang mengatakan Renata, membicarakan kondisi Rena bersama Om Nata dan Tante Erin.

"Anak bapak dan ibu, karena terkena benturan di kepalanya. Mungkin, dia sedikit kehilangan ingatannya."

Tante Erin, menutup mulutnya dan menangis, Om Nata berusaha menenangkan.

"Tapi ini tidak terlalu berdampak buruk, ingatannya pasti akan kembali. Mari kita lihat saat Rena, terbangun nanti."

Langkahku berat meninggalkan rumah sakit, meninggalkan Rena. Sejak hari itu, aku berpisah dengan Rena, dan baru bertemu lagi di SMA, aku meminta orangtuaku agar aku bisa satu sekolah dengannya. Tapi, yang aku dapat adalah Renata sudah lupa denganku. Tapi, setidaknya aku sudah menepati janjiku, aku sudah bersamanya kembali.

-

Nah kalau udah begini, gimana ya cara Rena ingat bahwa Reza adalah sahabat kecilnya? Rena pasti ingat sama Reza ya kan, hayo gimana kelanjutannya? :p

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang