Flashback

204 41 3
                                    

"Kaisar sudah memutuskan mengangkat Lady Camilla sebagai Permaisuri kerajaan dan Princess Aleitheia akan di angkat menjadi Ratu."

"Bagaimana bisa, bukankah posisi permaisuri milik Princess Aleitheia?"

Gosip istana menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga para pelayan yang bertugas di kediaman milik Princess Aleitheia. Bagaikan tersambar petir di siang bolong. Sang calon permaisuri seharusnya itu terdiam tak sanggup mengeluarkan sepatah kata.

Harusnya posisi tersebut miliknya...

Tak bisa di pungkiri bahwa posisinya sebagai Ratu kerap kali di anggap sebagai penghinaan. Harga diri sebagai seorang putri dari kerajaan Phoenix merasa terinjak.

Princess Aleitheia Rheya adalah putri bungsu Raja Edward dari kerajaan Phoenix yang selama ini senantiasa membantu memperkuat wilayah kekuasaan Kaisar Euphoria. Tidak ada seorang pun yang meragukan kesetian tersebut kecuali Kaisar baru.

Dialah, Aiden Julius Caesar. Sang kaisar yang baru saja di angkat setelah kaisar sebelumnya meninggal.

Sejak remaja, Princess Aleitheia telah meninggalkan kerajaan juga orang-orang yang dia sayangi dengan alasan agar dia dapat mempersiapkan diri menjadi seorang permaisuri yang layak untuk rakyat Euphoria.

Akan tetapi mungkin keberadaannya di sana adalah sia-sia. Aleitheia harus menebalkan telinga ketika hampir sebagian orang di istana membicarakan posisi permaisuri jatuh ke tangan seorang wanita yang tak jelas asal usulnya.

"Princess Aleitheia.."

"Aku baik-baik saja, Lady Margareth." Senyum Aleitheia terkesan palsu di mata pelayan sekaligus pengasuhnya sejak kecil dari kerajaan Phoenix.

Wajah yang dulunya ceria ketika datang ke tempat itu kini telah berubah murung. Lady Margareth bahkan telah lupa kapan terakhir kali dia melihat sang putri tertawa karena hari-hari Aleitheia sejak menginjakkan kaki di kekaisaran Euphoria selalu di penuhi dengan kesedihan.

Brakk

Pintu kamar terbuka bersamaan dengan munculnya Sang Kaisar dengan jubah kebesarannya. Sorot mata tajam itu tertuju pada Aleitheia yang duduk di depan meja rias, sama sekali tak bergeming.

"Salam untuk Kaisar." Hormat Lady Margareth lalu melangkah keluar dari kamar, meninggalkan sang Kaisar dengan ratunya.

Aleitheia berdiri menghadap ke arah Kaisar kemudian menunduk memberikan penghormatan seperti biasa.

"Salam untuk Kaisar."

"Bagaimana rasanya?"

Aleitheia mengernyit, ia mendongak memandang pria di hadapannya. Sungguh dia tak paham dengan apa yang di maksud oleh Kaisar datang ke tempatnya lalu menanyakan tentang dirinya secara tiba-tiba.

"Aku mengangkat Camilla sebagai permaisuri yang akan mendampingiku memimpin negeri ini. Posisi yang selama ini kau inginkan."

Aleitheia menarik senyum tipis, "Saya tidak berani membantah titah dari kuil dewa dan keputusan dari pada Kaisar." 

Tak puas mendengar jawaban yang benar-benar di luar dugaannya. Kaisar mendekat, ia mencengkram kuat lengan Aleitheia, memaksa wanita itu agar mengakui apa yang sebenarnya ingin dia katakan.

"Katakan saja bahwa kau tidak terima, iya kan? Kau pasti ingin bermohon padaku sekarang. Katakan saja, tidak perlu bersembunyi di balik wajah lugu! Itu tidak akan membawa pengaruh apapun padaku."

Tahan, Aleitheia. Kau sudah melewati begitu banyak hari jangan sampai pria ini melihat kelemahanmu. Batin Aleitheia berteriak.

"Lantas apa yang kau inginkan, aku teriak, menangis atau meronta? Dan jikalau pun aku melakukan semua itu apa kau akan menarik titahmu atas wanita itu?"

The Lost PrincessWhere stories live. Discover now