6.🐈‍⬛

87 17 2
                                    


cw//18+, persecution, mental issue.










































Kini Zeline sedang dirumahnya bersama Hugo dan Brian. Hugo sedang libur, karna dia baru menyelesaikan membuat lagu. Hugo memutuskan untuk menghabiskan waktunya untuk anak dan adiknya.

"Kak, aku ke rumah mas Jiwangga dulu ya? Mau mastiin kalo ibunya Agam ga ke rumah buat nyiksa Agam" pamit Zeline.

"Iyaa, kalo ada apa-apa telpon kakak ya?" Ucap Hugo. Zeline pergi ke rumah Jiwangga.

"Dek? Ini kakak" ucap Zeline memencet bel rumah Jiwangga.

Merasa tidak ada jawaban, Zeline membuka pintu rumah itu, alangkah terkejutnya ia melihat Agam dipukuli ibu kandungnya.

"Udah! Apa-apaan kamu memukul anakmu sendiri" ucap Zeline menarik Agam ke belakang tubuh kecilnya.

"Bukan urusan lo! Siniin anak gue!" Ucap ibu kandung Agam sambil menarik tangan Agam.

Zeline langsung menelpon Jiwangga untuk segera pulang. Tak lama Jiwangga sampai, dan segera masuk ke rumahnya.

"Berhenti!" Ucap Jiwangga.

"MAU KAMU APA HAH?! GAK PUAS KAMU UDAH BUAT AGAM TRAUMA SAMA KELAKUAN KAMU?!" bentak Jiwangga.

"ngga, gue ga puas. Gue pengen anak ini dapet nilai sempurna. Bikin malu gue nilai jelek" Ucap Zia ibu kandung Agam, Darren.

"Keterlaluan kamu, sampai kapan kamu mau menyiksa Agam? Kasian Agam" ucap Jiwangga dengan sabar.

"Sampai kapan? Sampai Lo punya pengganti gue" ucap Zia tersenyum miring menatap Jiwangga.

Zeline terdiam, Agam yang memegang erat tangan Zeline. Jiwangga masih menatap dingin Zia.

"Keluar kamu! Jangan berani masuk rumah ini lagi. Iblis seperti kamu ga berhak masuk ke rumah ini." Ucap Jiwangga. Zia pun keluar dengan menatap tajam Zeline dan Agam.

"Kak? Apa yang sakit? Sini papa obatin" ucap Jiwangga berjongkok di depan Agam yang sedang duduk di sofa.

Agam hanya menggeleng kemudian menangis, Zeline memeluk Agam yang menangis, Jiwangga yang melihat itu ikut mengeluarkan airmata nya.

"Papa... sini" ucap Agam mengajak Jiwangga untuk berpelukan bersama. Jiwangga menghampiri dan memeluk keduanya.

"Kalo gaada kalian, Agam gatau nasib Agam nanti gimana. Terimakasih, Agam bersyukur punya kalian, terimakasih.." ucap Agam sambil terisak. Zeline dan Jiwangga mengeratkan pelukannya pada Agam.

Jiwangga memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan kantor nya di rumah, Agam diminta untuk tidur oleh Jiwangga, Zeline yang kembali kerumahnya karena Hugo menelpon nya.

"Assalamu'alaikum mas, Zeline masuk ya?" Ucap Zeline memasuki rumah Jiwangga dengan Darren di pelukannya.

"Waalaikumsalam, sini zel" ucap Jiwangga menepuk kursi disebelah mengisyaratkan Zeline duduk di sebelahnya.

"Maaf ya mas gara-gara Zeline, kerjaan mas ke ganggu" ucap Zeline merasa bersalah karna telah menelpon Jiwangga.

"Bukan salah kamu zel, makasih udah telpon saya tadi. Kalo tidak, mungkin Agam mati di tangan wanita itu" ucap Jiwangga.

"Iyaa mas, Zeline boleh diam di sini ga mas?" Tanya Zeline.

"Boleh banget, saya tadi liat mas Hugo, dia pergi?" Ucap Jiwangga.

"Iyaa, katanya mau jalan-jalan berdua sama Brian, mumpung libur dianya" ucap Zeline.

Jiwangga mengangguk dan menatap Darren yang tertidur di pelukan Zeline.

"Zel, Darren nya simpan aja di kamar saya aja" ucap Jiwangga.

"Gak, mas, Zeline ga berani. Mas aja" ucap Zeline menolak.

"Gapapa zel, sana tidurkan Darren di kamar" ucap Jiwangga.

"Beneran gapapa nih?" Ucap Zeline.

"Beneran gapapa, nanti kamar saya bakal jadi milik kamu juga" ucap Jiwangga.

Zeline mengalihkan pandangannya agar pipi merah nya tidak dilihat oleh Jiwangga.

"Yaudah, Zeline izin masuk ya mas?" Ucap Zeline lalu pergi ke kamar Jiwangga. Jiwangga yang melihat Zeline pergi terkekeh pelan.

Zeline berada di kamar Jiwangga lalu meletakkan Darren di ranjang. Ketika di letakkan, Darren kembali menangis, Zeline kembali menenangkan Darren, ia mengelus-elus perut Darren sampai Darren berhenti menangis. Hingga tak sadar, Zeline ikut tertidur di sebelah Darren, di kamar Jiwangga.

Jiwangga yang merasa Zeline tidak keluar-keluar dari kamarnya, pergi ke kamarnya untuk memastikan. Sesampainya di kamar, ia melihat pemandangan yang membuat hatinya menghangat, ia melihat Zeline yang ikut tertidur dengan Darren, dan tangan kanan kecil Darren memeluk Zeline. Jiwangga menutup pintu kamarnya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Pa, kak Zel pulang?" Ucap Agam yang baru bangun tidur.

"Ngga, itu ada di kamar papa" ucap Jiwangga. Mendengar itu Agam kaget.

"Papa ga ngapa-ngapain kak Zel kan?" Agam bertanya ke papanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Ya nggak lah, papa dari tadi ngerjain kerjaan kantor" ucap Jiwangga.

"Yaudah, Agam mau masak mie ya? Agam lapar" ucap Agam.

"Iyaa, satu aja ya kak" ucap Jiwangga, Agam mengiyakannya.

Selesai dengan pekerjaan kantor nya, Jiwangga memutuskan untuk ke kamarnya. Ia memandang Zeline dengan intens.

"Seenggaknya dengan melihat wajah kamu, capek saya hilang" lalu ikut berbaring di sebelahnya, dan tertidur sambil memeluk Zeline. Zeline yang tak sadar dan merasa nyaman, membalikkan tubuhnya menghadap Jiwangga dan membalas pelukannya.

Agam yang selesai makan, mencari Jiwangga. Ia tidak menemukan Jiwangga sampai akhirnya Agam menuju kamar papanya. Agam menatap Jiwangga dengan mulut terbuka, kemudian ia ikut berbaring di sebelah papanya dan ikut tertidur.































Hlowww! Don't forget for vote n comment yaaa! Makasiii

[2] Duda || Kim Jiwoong ✓Where stories live. Discover now