H-21: Lanjutin lagi?

236 28 0
                                    

All the good girls go to hell
'Cause even God herself has enemies
And once the water starts to rise
And heaven's out of sight
She'll want the devil on her team

-Billie Eilish, All the good girls go to hell-

RIRIN POV

Keadaan mulai mereda. Seperti yang diharapkan, semua perhatian publik kini beralih kepada Mey. Semua cacian dan makian kini ditujukan pada Mey.

Apakah aku puas?

Apakah ini yang aku mau?

Mungkin ya, mungkin tidak. Sejujurnya aku bersyukur setidaknya Babas bisa terselamatkan.

Tapi Mey? Apa dia baik-baik saja? Aku khawatir.

Aku merasa bersalah tentu saja, tapi untuk sekarang ini yang terbaik. Atau tidak ya? Apa aku benar-benar sudah berubah seperti kakek?

Uang dan kekuasaan terkadang membuat manusia lupa diri. Dan aku juga manusia.

Ah, lupakan itu untuk sementara. Sekarang aku harus fokus dengan pernikahanku. Apapun yang terjadi, pernikahan ini harus tetap terlaksana.

Aku akan menyelesaikan semua teka-teki ini satu-persatu.

Kenapa Babas berubah?

Kenapa Babas ingin membatalkan pernikahan kami?

Kenapa Babas harus berbohong tentang hubungannya dengan Brie?

Kenapa?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalaku. Semua pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh Babas. Sayangnya Babas tidak pernah mau menjawab pertanyaan ini.

Maka disinilah aku berdiri, di depan pintu pagar rumah Brie. Aku harus mencari tau lewat orang ini.

Kebetulan sekali, saat aku turun dari mobil, Brie sedang akan membuka pagar rumahnya.

Aku buru-buru berlari untuk menemuinya. Sayangnya, Brie melihatku dan langsung menutup pagarnya kembali.

Aku berusaha untuk membukanya, tapi Brie menahan dengan tangannya. Alhasil, aku dan Brie saling tarik menarik pagar.

"Buka!!" teriakku kencang.

"Nggak mau!!" teriak Brie tak kalah kencang.

"Buka nggak? Sebelum aku bom rumah kamu, mending buka sekarang juga!!" ancamku kesal.

Brie terlihat sedikit ketakutan, "Kalau aku buka, janji Mbak Ririn nggak bakal marah-marah ya?"

Aku melepaskan pagarnya, lalu mengangguk meyakinkan. "Aman. Hari ini aku dateng membawa perdamaian. Asalkan kamu bisa diajak kerjasama,"

Brie terlihat percaya, "Janji nggak pake pisau lagi?"

Aku mengangguk, "Aman, hari ini aku nggak bawa pisau."

Brie yang sedang mengenakan kaos ketat dengan bawahan rok pendek itu pun membuka pagar.

"Mbak mau ngapain kesini?" tanyanya ragu-ragu.

"Mau minta keterangan tentang hubungan kamu sama Babas," ucapku tanpa ragu.

Brie yang mengenakan sepatu hak tinggi itu mengetukkan kakinya. Dia terlihat ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Ayo masuk Mbak, kita bicarain didalam!"

Aku pun mengikuti langkahnya untuk masuk kedalam rumah. Dia menyuruhku duduk di sofa pink yang berada di ruang tengah, lalu dia duduk disampingku.

Brie tersenyum, lalu menatapku. "Ya seperti yang Mbak liat kemarin. Aku emang begitu." ucap Brie santai.

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now