"Emang otak-otak playboy kelas profesional mah beda," ucap Mahen.

Elang tidak ikut berbicara. Matanya masih menatap ke arah Haru dan Naya yang semakin mendekat. 

"Pindah dekat Chiko. Bagi Naya duduk." ucap Haru pada Juan saat dirinya sudah sampai di depan meja.

Juan pun bangkit dan mengambil duduk di dekat Chiko. Haru meminta Naya duduk terlebih dahulu, namun suara Elang mengintrupsi.

"Naya pinggir. Lo nya yang ke tengah," ucap Elang.

"Yaelah, belum apa-apa udah posesif lo." gerutu Haru namun dia juga tetap mengikuti perintah Elang.

Naya yang tampak gugup pun hanya diam dan masih berdiri.

"Duduk," titah Elang pada Naya membuat gadis itu pun akhirnya ikut duduk.

Dipta dan Mahen tiba-tiba bangkit dari duduk mereka untuk memesan makanan. Naya tidak tahu harus apa. Dia hanya duduk diam dengan Elang yang terus menatapnya.

"Anak orang jangan dilihatin begitu, Lang. Takut dia sama lo." ucap Haru membuat Elang melirik sinis.

"Lo juga ngapain bawa kabur dia ke sini?" tanya Elang.

"Ya kan gue gak tega dia makan sendirian atau jadi orang ketiga di dalam kebucinan seorang Rendy." jawab Haru membela diri.

"Ngomong-ngomong soal Rendy, hebat juga dia bertahan ngejar April sampai akhirnya luluh." Juan memulai topik pembicaraan.

"Rendy walaupun sangar kayak gitu, tapi dia setia. Gak kayak Haru," ucap Chiko.

"Buset bocil. Gue lagi yang kena," Haru tidak terima namanya disebut.

Tidak lama kemudian, Mahen dan Dipta datang membawa dua nampan berisi enam piring siomay, dua es teh, dua es jeruk, satu es kopi susu, satu es coklat dan tiga botol air mineral dingin. Dipta meletakkan satu piring siomay, satu gelas berisi es coklat dan satu botol air mineral di meja Naya.

"Makan yang banyak, Naya." ucap Dipta pada Naya sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Beneran hari ini menunya siomay semua cuma karena Naya suka siomay," bisik Chiko pada Juan.

"Tanda-tanda kebucinan Elang melebihi Rendy, tapi masih denial." ucap Juan menanggapi.

Satu per satu dari mereka mulai memakan makanannya, kecuali Elang yang hanya meminum es kopi. Matanya sedari tadi menatap Naya yang menikmati makanannya dengan tenang. Dia tidak lagi gugup seperti di awal.

"Anak orang lagi makan tuh jangan dilihatin mulu," celetuk Haru membuat Elang lagi-lagi melayangkan tatapan sinis.

"Hari-hari kalau gak diisi kebacotan Haru dan tatapan sinis Elang, rasanya ada yang kurang." ucap Mahen sembari tertawa.

"Lagian daritadi lihatin mulu. Kenapa sih? Lo naksir sama Naya?" tanya Haru berusaha memancing, namun membuat Naya yang sedang makan pun tersedak.

"Goblok. Anak orang jadi kaget gara-gara lo." ucap Chiko.

Elang yang duduk di depan Naya pun langsung membuka botol air mineral miliknya dan memberikannya pada Naya untuk diminum. 

"Makasih, Elang." ucap Naya lirih.

Elang tersenyum tipis. Tangannya mengambil botol mineral milik Naya yang belum dibuka untuk dia minum.

"Anjir. Beneran hari-hari kita akan diselimuti kebucinan Rendy dan Elang," Juan kembali berbisik tidak hanya kepada Chiko, melainkan juga Dipta, Mahen dan Haru.

"Itu anak denial mulu. Gue pancing aja biar dia makin yakin," ucap Haru dengan wajah tengilnya.

"Besok gue mau cari pacar deh." ucap Mahen.

"Alah hidup lo aja cuma di kelas sama di sekretariat OSIS, paling gak jauh-jauh dari gebetan lama." ucap Chiko.

"Sama anak paskibra aja. Minta Dipta buat kenalin." Haru menyenggol Dipta yang sedari tadi diam menyantap makanannya.

"Nggak ada. Anak paskibra udah ada pacar semua," ucap Dipta menanggapi.

"Alah bohong lo." sahut Haru.

Di tengah keributan mereka, Elang dan Naya tampak tidak terganggu. Naya yang masih menghabiskan makanannya dengan canggung dan Elang yang setia menatap gadis di depannya itu dengan senyum tipis.

"Hari ini mau pulang bareng gue?" tanya Elang tiba-tiba.

Naya sontak menatap laki-laki di depannya itu. Laki-laki itu tersenyum tipis, tipis sekali. Naya merasa terhipnotis. Dia baru menyadari, Elang sangat tampan dengan jarak sedekat ini.

"Boleh." jawab Naya.

Mulai hari ini, Elang yakin dia akan memperjuangkan Naya. Gadis yang mulai menarik perhatiannya sejak pertama bertemu.

🦅🦅🦅

Meja Rendy dan April tidak kalah berisik. Bisa dibilang meja mereka paling berisik karena April yang terus mengoceh dan Rendy yang menanggapinya dengan ocehan juga.

"Kenapa coba lo ajak Haru? Gue juga gak akan melanggar janji." omel April pada Rendy ketika mereka selesai memesan makanan.

"Antisipasi karena lo selalu ada alasan buat menolak kehadiran gue," ucap Rendy tenang.

"Dih. Itu karena lo pdkt sama gue ketika gue masih punya pacar. Kata gue, lo agak gila sih." April lagi-lagi mengomel.

"Tapi, sekarang lo suka sama gue kan?" pertanyaan dari Rendy mampu membuat April salah tingkah.

"Ya lo pikir aja sendiri. Setiap hari gak pernah absen lo gangguin gue. Lama-lama capek juga gue ngehindar." jawab April.

Rendy terkekeh kecil, "Mau bilang udah mulai sayang sama gue aja harus berbelit gitu ya jelasinnya," ejek Rendy.

April melirik sinis. Tangannya mulai menyuap satu per satu bakso yang dia pesan.

"Naya tuh masih pacaran sama pacarnya?" tanya Rendy tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba tanya soal Naya? Mau pdkt sama dia?" April balik bertanya dengan nada tidak bersahabat.

"Anjir. Gemes banget lo kalau cemburu gini." ucap Rendy membuat April kembali menatap sinis.

"Gue tanya aja. Kayaknya Elang mau deketin Naya," Rendy kembali bersuara.

April menghentikan suapannya dan menatap Rendy, "Dia beneran suka sama Naya?" tanya April.

"Kata gue sih, dia belum sesuka itu. Sebatas ingin mengenal lebih dekat." jawab Rendy membuat April lagi-lagi terdiam.

"Gak usah khawatir. Lo kan tau Elang kalau sayang sama perempuan sikapnya gimana. Dia bakal melindungi Naya." ucap Rendy seolah tau apa yang dipikirkan April.

"Makanya jangan kebanyakan musuh, yang mau jadi pacar kalian malah takut duluan." ucap April membuat Rendy tertawa kecil.

Menurut Rendy, ucapan April hanyalah sebuah gurauan, namun April mengucapkannya dari lubuk hati terdalam.

"Naya masih ada pacar. Kalau Elang mau deketin Naya, biar Naya selesaiin dulu urusannya sama pacarnya. Gue gak mau ya nanti ada ribut-ribut." ucap April membuat Rendy mengangguk.

"Nanti gue bilang ke Elang."

Mereka kembali menikmati makanan. Beberapa kali terdengar bisikan dari orang-orang tentang April yang mencoba merayu laki-laki di depannya itu. Rendy menatap April yang tidak terganggu sama sekali. Gadis itu tidak menggubris ocehan perempuan-perempuan yang iri. Rendy tersenyum kecil.

"April," panggil Rendy membuat April menatapnya.

"Kenapa?" tanya April.

"Jadi, jawaban lo apa? Be Mine? Yes or No?" tanya Rendy lagi untuk memastikan jawaban dari pertanyaan yang sudah sering dia tanyakan kepada April.

"I'm yours."

Rendy dan hari-hari perjuangannya terbayar tuntas. Dia berhasil meluluhkan hati April.

🦅🦅🦅

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DUNIA ELANGWhere stories live. Discover now