H-24: Apa ini benar?

246 30 0
                                    

I'd been holding on to you for so long
Now I must let you go
There's nothing I can do for you
It's the only way to make you happy
So I let go, let go, let go
So you can smile someday
So you can be happy

-Day6, Letting go-

RIRIN POV

Ibuku sering mendongengkan aku sebuah cerita, judulnya upik abu. Seorang wanita miskin yang jatuh cinta dengan seorang pangeran. Beruntungnya pangeran itu juga mencintainya. Akhir cerita, mereka menikah dan hidup bahagia berdua. Itu didalam dongeng.

Ternyata di dalam dunia nyata, upik abu itu tidak sepenuhnya bisa bahagia. Keluarga pangeran tidak setuju jika keluarga kerajaan terkontaminasi dengan adanya rakyat jelata. Mereka selalu mengganggu keluarga bahagia itu.

Itu adalah cerita ibuku. Bahkan disaat mereka berdua sudah meninggal, aku sebagai anaknya masih mendapatkan banyak cacian.

Sejak kecil aku dikucilkan oleh keluargaku. Namun sejak aku dijodohkan dengan Babas, keluargaku mulai menerimaku. Mereka sebagai pengusaha, membutuhkan koneksi yang Babas miliki sebagai keluarga politikus.

Demi perlindungan dari Babas, aku rela melakukan semuanya. Termasuk meninggalkan pacarku saat itu.

Sejujurnya, Babas memiliki peran penting dalam hidupku. Aku tidak bisa meninggalkannya. Aku membutuhkan dia.

"Kenapa melamun?" tanya Babas yang sedang menyetir disampingku. Babas mengantarkan aku pulang dengan mobilnya. Tangannya mengusap pipiku.

Aku cemberut, "Kamu maunya aku ngapain? Koprol?"

Babas tersenyum pahit, "Dulu setiap aku nganterin kamu kemana-mana, kamu pasti berisik. Suka cerita ini itu,"

"Itu sebelum kamu suka selingkuh!" jawabku ketus.

Babas tertawa hambar, "Itu juga sebelum kamu susah diajak ketemu,"

"Kapan aku susah diajak ketemu?" tanyaku heran.

"Kamu nggak ingat?"

Aku menggeleng, "Aku nggak ngerasa pernah kayak gitu,"

"Setelah kakek kamu meninggal, kamu kayak ngehindarin aku. Aku jadi mikir apa sebenarnya kamu terpaksa pacaran sama aku karena itu disuruh kakek kamu. Aku juga mikir kalo kamu bakal ninggalin aku waktu itu," ucap Babas pelan.

Ririn terdiam beberapa saat, "Itu udah lama, lima tahun lalu. Buktinya sekarang aku masih sama kamu kan?"

Babas menghela napas, "Kalo kamu mau ninggalin aku, ini saatnya. Dari awal aku tau kamu terpaksa pacaran sama aku. Tanpa aku, kamu pasti baik-baik aja,"

Ririn tertawa, "Beneran kamu ngomong kayak gini? Tadi aja kamu ninju tembok karena ngeliat aku ngobrol sama cowok lain,"

Babas menelan ludah susah payah, lalu membuka kancing kemeja teratasnya.
"Kamu bakal baik-baik aja tanpa aku, walaupun aku enggak. Aku coba buat nerima, sedikit demi sedikit,"

Aku berdecih kesal, "Jangan buat alasan! Sebenarnya ini semua karena cewek lain kan? Brie?"

Babas terdiam sebentar hingga akhirnya mengangguk. "Kalau dengan jadi cowok brengsek tukang selingkuh bisa buat kamu ninggalin aku, aku bersedia."

Aku menatap Babas lama, "Kita emang banyak berubah lima tahun ini. Tapi kamu nggak pernah sekali pun minta putus. Kenapa baru sekarang? Disaat kita udah mau nikah?"

Babas hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku. Dan tanpa terasa, kami sudah ada didepan rumahku.

Babas menghentikan mobilnya dan melepaskan sabuk pengamannya. Dia turun terlebih dulu, lalu membuka pintu di sisiku

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now