First Arc : The Empress [Chapter VI]

38 11 38
                                    

FIRST ARC : THE EMPRESS
Chapter VI

"Jamuan Para Kepala"
°•.•°

.

.

.

Denting menara jam berdengung, merambat dalam halusnya getaran suara. Merujuk pukul dua belas tengah malam, sewaktu purnama bersinar temaram ditemani gemerlap pasukan bintang. Pertanda telah dua jam berlalu semenjak dimulainya pertemuan yang melibatkan delapan kekaisaran, dalam membahas kesamaan permasalahan utama, dialami oleh negeri yang mereka pimpin.

Hiasan kain sutra dengan paduan warna emas dan merah, beserta lentera-lentera yang memancarkan binar lembut menerangi penjuru ruangan, menghidupkan nuansa mahal di dalamnya. Meja bundar besar dengan peta negeri mereka terbentang di tengah ruangan.

Jemari Elyasha saling bergesekan, dapat ia rasakan keringat dingin timbul di antaranya. Semasa di akademi, Elyasha memang sering mengikuti pertemuan yang diselenggarakan sesama pelajar dalam suatu organisasi. Akan tetapi kali ini jauh berbeda dan menjadi pengalaman pertama bagi wanita itu. Memikirkannya, membuat Elyasha gugup.

Seorang kaisar memiliki rambut uban, berdehem. Beliau adalah Kaisar Baldvin ke-enam yang memimpin Kekaisaran Uno. Atau bisa dibilang, sang tuan rumah. Aliran paras khawatir, terpampang jelas pada kerutan di wajah pria itu. "Ayolah saudara-saudara, kita harus segera mengatasi wabah ini sebelum merenggut lebih banyak nyawa di negeri kita," ungkap Baldvin.

Liam mengangguk setuju. Sejurus berkata, "Benar. Sabar, kita harus berkoordinasi dengan baik. Apakah ada saran lagi?"

"Saya telah mengirim utusan untuk mencari bantuan dari para penyihir terkemuka. Mungkin mereka memiliki solusi," tutur kaisar dari benua timur usai mengangkat tangannya, sebagai jawaban dari pertanyaan Liam.

Seorang maharani mengernyitkan dahi. "Bagaimana dengan isolasi wilayah kita? Apakah itu mungkin untuk melindungi warga?" ucapnya bertanya sekaligus menyuarakan pendapat.

Kaisar kisaran umur tiga puluh tahunan menyahut,"Tapi kita juga harus memikirkan ekonomi. Bisakah kita mencari cara untuk menjaga roda perekonomian tetap berputar?"

Liam menangkupkan tangannya di atas meja. Gumaman tanpa arti keluar beberapa saat, diikuti usulan yang berdenting di benaknya. "Mungkin kita bisa memberikan insentif bagi warga yang mematuhi protokol kesehatan dan memberikan sanksi berat kepada mereka yang tidak mentaatinya?"

"Para kaisar terdahulu juga sudah melakukannya dan tidak ada perubahan, bodoh sekali," sinis pria berambut hitam gondrong dengan nada yang semakin dipelankan, merotasi netranya malas.

Liam mendelik, mengangkat sebelah alisnya mendapati perilaku tidak sopan dari Dovareous. Kaisar pemimpin Kekaisaran Altara yang bertetangga dengannya. Seraya berpikir, ada apa dengan orang tua ini?

Semilir angin sepoi-sepoi berhembus, meningkatkan intensitas ketegangan dan keprihatinan dalam naungan suasana ruangan. Akan tetapi terlihat pula tekad untuk mengatasi wabah tersebut bersama-sama.

Seorang wanita mengangkat tangan, menjadikan perhatian penuh para orang nomor satu di sana. Sebelum berbicara, Elyasha menelan ludah dan menetralisir debaran kencang dari jantungnya. Bertujuan agar wanita itu tidak terbata-bata dalam penyampaian rangkaian kata yang akan ia sampaikan.

"Apa saya boleh ikut berbicara untuk mengeluarkan pendapat?" tanya Elyasha sebelum mengutarakan isi pikiran yang sedari tadi mengganggu wanita itu.

"Oh, kalau tidak salah, kamu adalah Jelida, bukan?" Kaisar benua barat berceletuk, membuat Elyasha bengong sejenak memikirkan, Jelida siapa?!

ANGEL OF DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang