H-29: Rencana apa?

462 38 0
                                    

Brown guilty eyes and little white lies
Yeah, I played dumb but I always knew
That you'd talk to her, maybe did even worse
I kept quiet so I could keep you

-Olivia Rodrigo, Traitor-

RIRIN POV

Bagaimana caranya memisahkan dua orang yang sedang jatuh cinta ini?

Apakah aku benar-benar harus membunuh Brie? Kopi sianida? Atau mutilasi saja?

"Mbak bisa pinjem Luna atau Pevita buat ngebunuh Brie," ucap Mey santai.

Aku melirik Mey yang sedang duduk santai di sampingku. Dia sedang bermain dengan ular-ular kesayangannya, Luna dan Pevita.

"Kita bisa buat ini keliatan kayak nggak sengaja. Siapa yang bisa disalahin kalau yang ngebunuh makhluk imut kayak mereka?" usul Mey lebih lanjut.

Yang Mey maksud dengan makhluk imut adalah ular-ularnya. Sebenarnya... Itu terdengar menggiurkan.

Oh, tidak aku bukan orang yang seperti itu. Aku memegang prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab. Aku tidak boleh mengambil langkah itu.

Aku memang bagian dari keluarga Salim, tapi aku berbeda. Aku bukanlah kakekku dan aku tidak mau menjadi seperti dia.

Aku menggeleng, "Pasti ada cara lain," ucapku sambil berusaha berpikir.

Mey ikut berpikir, "Mbak deket kan sama orangtuanya Mas Babas?"

"Ya, deketlah. Udah kenal juga dari lama,"

Wajah Mey menjadi cerah seketika, "Nah, itu mbak. Manfaatin kedekatan Mbak Ririn sama keluarga Mas Babas supaya nggak ada celah buat Brie masuk. Kalo keluarga Mas Babas nggak ngerestuin, udah pasti bubar jalan sih mereka berdua."

Aku ikut tersenyum cerah, "Mey... kamu pinter banget! Kekuatan mertua pasti bisa mengalahkan pelakor!" ucapku bersemangat.

"Tunggu apa lagi, Mbak? Cepet telpon camer buat makan malam!" ucap Mey semangat.

Aku pun langsung mengambil ponsel dan menelpon Mami Babas.

"Halo, Rin?" ucap suara lembut dari sebrang sana.

"Halo, Mi!! Mami apa kabar? Kangen nggak sama Ririn?" sapaku bersemangat.

Mami tertawa, "Baru juga dua hari yang lalu kita ketemu Rin, tapi Mami udah kangen sih. Kamu yang semangat gini nih yang bikin Mami kangen,"

"Nggak heran sih Mi, kayaknya semua orang kalo nggak ketemu Ririn sehari juga bakal kangen sih," ucapku heboh.

"Ada berita apa nih? Tumben banget nelpon Mami tiba-tiba,"

"Gini mi... Ririn nanti malam pengen ngajakin Mami makan bareng," ucapku manja.

"Waah... kebetulan, Rin. Babas juga nanti malem mau ke rumah. Dateng aja ya, nanti pasti Mami masakin yang enak-enak," ucap mami semangat.

"Duh, Ririn jadi nggak enak nih, Mi. Mami nggak keberatan kan nampung Ririn yang makannya banyak ini?" tanyaku dengan nada tidak enak.

Mami tertawa lagi, "Kamu itu anak Mami juga! Mau makan tiap hari di rumah Mami juga boleh. Pokoknya Mami tunggu ya nanti malam!"

"Oke, Mi. Sayang Mami banyak-banyak..."

Mami tertawa, "Ngobrol sama kamu tuh selalu bikin Mami seneng, bikin ketawa mulu. Daah sayang..."

Setelah menutup telpon, aku melirik Mey yang sedang memasukkan ular-ular kesayangannya kedalam kandang.

"Gimana Mbak?"

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now