Chapter 12

2 0 0
                                    


“Kau minta apa barusan?”

Clarisa dan Gaelira kompak menoleh, menatap Ryanna yang berdiri di depan pinta dengan wajah memerah menahan amarah.

“Hei, hei, jangan bertengkar di sini, ayo kita ke kamar asrama kalian,” ajak Clarisa.

Ryanna hanya diam, sementara Gaelira hanya mengangguk setuju. Mereka bertiga kemudian segera pergi ke kamar asrama Gaelira dan Ryanna, sesampainya di sana, Ryanna langsung menampar Gaelira, membuat Clarisa dan Gaelira terkejut.

“Apa-apaan kau ini?!” sentak Gaelira tak terima.

“Kau yang apa-apaan, kau sendiri sudah melihat apa yang terjadi padamu setelah kembali dari istana terkutuk itu, dan kau mau kembali ke sana? Kau gila ya!” Ryanna berseru murka.

“Istana itu adalah tempat di mana ayah dan kakakku tinggal, mereka tidak akan menyakitiku!” balas Gaelira kesal.

Ryanna tertawa pelan. “Jadi kau memilih kakak dan ayah iblismu itu dari ada sahabat yang sudah menemanimu sejak kau kecil?”

Gaelira menyugar rambutnya frustrasi. “Anna, kau gila!”

Belum sempat Ryanna membalas perkataan Gaelira, Clarisa memukul tengkuknya, membuat ia langsung ambruk ke lantai.

Gaelira menatap Clarisa bingung. “Kau apakan dia ?”

“Hanya memberikan sedikit mantra agar dia tertidur, sikapnya aneh jadi aku terpaksa melakukan ini,” jawab Clarisa. “Jadi, kau mau kembali ke sana sekarang?”

Gaelira mengangguk. “Ya, sekarang juga, aku perlu mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya dari kakak dan ayahku sekarang juga.” Gaelira berdehem pelan. “Aku juga perlu bersembunyi dari Estelle, jadi pastikan Ryanna tidak membocorkan hal ini, kau juga jangan memberitahu siapa pun.”

Clarisa tersenyum. “Baiklah, aku akan membuat lingkaran teleportasinya di sini, kau menyingkir sebentar.”

Gaelira mundur, memberikan cukup ruang agar Clarisa bisa menggambar lingkaran teleportasinya. Stelah selesai, Gaelira berdiri di tengah-tengah lingkaran itu, menatap Clarisa dengan tatapan tulusnya.

“Cla, terima kasih.”

*

Gaelira kembali ke istana iblis, ia segera menuju ruangan Raja iblis yang juga merupakan ayahnya. Ia membuka pintunya perlahan, membuat Lucian dan Alard yang berada di dalam ruangan itu langsung menatapnya.

“El?”

Gaelira tersenyum canggung, ia menatap pintu di belakangnya kemudian melambai pada kedua iblis yang masih menatapnya dengan bingung itu.

“Halo?” sapa Gaelira ragu-ragu.

“Kau kembali lagi?” tanya Alard bingung.

“Yah ... aku mengalami sedikit flashback setelah kembali dari sini tempo hari, jadi aku memutuskan untuk kembali lagi,” jawab Gaelira asal.

“Maksudnya?” Lucian menatap Gaelira tak mengerti.

Gaelira merentangkan tangannya. “Kalian tidak mau memelukku?”

Lucian dan Alard saling menatap sesaat sebelum akhirnya secara kompak berlari memeluk Gaelira.

“Ada apa El?” tanya Lucian setelah ia melepaskan pelukannya.

Gaelira terdiam. Bagaimana caranya aku mengatakan ini? Ha ... membingungkan, suasana ini sangat canggung!

“El, ada apa?” tanya Lucian sekali lagi.

Ah, terserah, katakan saja semuanya. “Aku mengingatnya, aku mengingat semuanya,” ucap Gaelira cepat.

Alard dan Lucian membeku, mereka kemudian menghela napas lega. “Syukurlah.”

Another World: The Tales of LinesheaWhere stories live. Discover now