chapter 4

5 1 0
                                    

Ryanna tersenyum kecut, pekerjaan yang temannya maksud ternyata adalah membantu Estelle merapikan dokumen dan buku-buku. Gaelira tampak sangat menikmati pekerjaannya, sementara Ryanna benar-benar sangat bosan.

“Sebenarnya kalian bisa menerima pekerjaan yang lebih baik setelah kalian naik kelas nanti, untuk sekarang aku akan memperkerjakan kalian sebagai asistenku, dan tenang saja, upahnya besar kok.”

Itulah yang Estelle katakan saat Gaelira dan Ryanna datang untuk meminta pekerjaan.

“Baiklah, sudah selesai, sekarang kalian kembalilah ke asrama kalian, ini bayarannya.” Estelle menyerahkan masing-masing satu kartu pada Gaelira dan Ryanna.

“Apa ini?” tanya Ryanna.

“Ini alat pembayaran di sini, aku memasukkan saldo sebanyak satu juta di kartu itu, kartu itu sudah atas nama Gaelira dan Ryanna, jadi tenang saja, itu sudah jadi milik kalian, jika kalian bekerja di luar nanti, kalian tinggal menyerahkan kartu itu pada orang yang memberi upah pada kalian, upahnya akan masuk ke situ nantinya,” jelas Estelle.

“Wow, ini keren! Jadi kami tidak perlu membawa uang?” Gaelira menatap Estelle penasaran.

“Uang?” Estelle menatap Gaelira bingung.

“Ah, lupakan saja.” Gaelira tersenyum canggung.

Hahaha ternyata di sini tidak ada yang namanya uang, batin Gaelira dan Ryanna.

Gaelira dan Ryanna berpamitan pada Estelle, mereka kemudian kembali ke asrama mereka.

“kalau tidak ada uang, berarti tidak ada orang miskin kan ya?” Ryanna menatap Gaelira penasaran.

“Tidak ada uang, tapi ada saldo, mungkin saldo ini yang menentukan kaya atau miskinnya seseorang, tapi mungkin juga tidak ada orang yang tidak memiliki rumah di sini,” ucap Gaelira mengira-ngira.

“Begini saja, bagaimana jika kita keluar ke ibu kota besok? Kita bisa melihat-lihat kondisi dunia luar dan kebetulan juga besok kita libur,” celetuk Ryanna.

Gaelira tersenyum, “ide bagus, ayo kita keluar besok.”

*

Di sinilah mereka sekarang, di ibu kota yang terlihat sangat ramai. Ada banyak toko-toko dan juga perumahan di sekitar, meski tidak semua rumah sama, tapi tidak ada satu pun rumah yang tampak reot atau tidak terurus.

Bahkan setlah berkeliling hampir tiga jam, Ryanna dan Gaelira belum melihat satu pun pengemis atau semacamnya. Semua itu memberi kesan bahwa pemerintah di kerajaan ini melakukan tugas mereka dengan baik, bahkan bisa di lihat bahwa mereka memiliki lowongan pekerjaan yang cukup untuk semua orang.

“Kalau saja bumi seperti ini, pasti akan sangat menyenangkan,” lirih Ryanna.

“Anna, dunia ini memang unggul dalam mengurus perekonomian, tapi, mereka juga memiliki kesulitan tersendiri yaitu perang yang tak pernah usai. Memangnya kau belum dengar kabarnya? Dua hari yang lalu para vampir lagi-lagi mencoba menerobos perbatasan, akibatnya ada tiga orang penjaga yang gugur dalam pertarungan mereka,” ucap Gaelira panjang lebar.

Ryanna menghela nafas pelan, “kau benar, tidak ada yang sempurna di dunia ini.”

“Sudahlah, kita sudah cukup lama berkeliling, ayo kembali ke academy,” ajak Gaelira.

Ryanna mengangguk.

Kedua gadis itu berjalan kembali ke academy, langkah mereka terhenti ketika tiba-tiba ada asap hitam yang muncul di tengah jalan. Gaelira dan Ryanna kebingungan, tapi orang-orang di sekitar mereka terlihat ketakutan, mereka semua langsung menunjukkan posisi siaga, membuat Gaelira dan Ryanna semakin bingung.

Another World: The Tales of LinesheaWhere stories live. Discover now