chapter 5

5 1 0
                                    

Gaelira termenung sendirian di perpustakaan, ia sedang memikirkan tentang mimpinya seminggu yang lalu. Setelah mimpi itu, ia berkali-kali bermimpi hal-hal aneh, seperti perang, atau bahkan kehidupan ratu bersama seorang anak perempuan yang entah kenapa terasa tidak asing baginya.

“Ini mengesalkan, gara-gara semua mimpi itu, aku jadi tidak bisa tidur dengan tenang,” gumam Gaelira pelan.

Gaelira menghela nafas pelan, ia menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Gaelira menutup matanya mencoba tidur untuk yang ke sekian kalinya, tapi baru saja ia menutup mata, tiba-tiba terdengar suara ledakan tepat dari belakangnya.

Gaelira terlonjak, ia berdiri dan segera berlari ke sumber suara, ia menutup mulutnya menahan tawa ketika melihat seorang murid yang tubuhnya di kelilingi asap, sepertinya dia baru saja gagal melakukan percobaan membuat ramuan.

“Kau baik-baik saja?” tanya Gaelira setelah berhasil mengendalikan dirinya.

Gadis itu menatap Gaelira dengan kesal, “apa menurutmu aku baik-baik saja?”

Gaelira tak kuat menahannya, ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi lucu gadis itu.

"Kau menertawakanku?"

Gaelira menghentikan tawanya, “maaf, maaf, kau terlihat sangat lucu dengan ekspresi kesalmu itu.”

Gadis itu cemberut, sesaat kemudian, ia ikut tertawa, entah menertawakan Gaelira atau menertawakan kegagalannya sendiri.

“Namaku Clarissa, siapa namamu?” tanya Clarissa setlah mereka berhasil menghentikan tawa mereka.

“Aku Gaelira, senang bertemu denganmu, Clarissa,” jawab Gaelira sembari tersenyum kecil.

“Bukan kesan pertama yang bagus, tapi, senang bertemu denganmu juga, El.”

Clarissa kemudian mengajak Gaelira untuk mengantarnya ke kamar asramanya, dan Gaelira menyetujuinya dengan senang hati.

Sesampainya di kamar Clarissa, ia langsung membersihkan tubuhnya, setelah itu ia duduk bersama Gaelira dan mengobrol beberapa hal.

“Berapa kali kau gagal membuat ramuan itu?” tanya Gaelira.

“Entahlah, sepuluh kali mungkin,” jawab Clarissa.

“Sepuluh kali? Sebenarnya kau sedang membuat ramuan apa?”

Clarissa tersenyum, “aku sedang mencoba membuat ramuan penyembuh.”

“Ha? Bukannya sudah ada resep untuk ramuan penyembuh?”

“Bukan ramuan penyembuh biasa, aku membuat ramuan yang bisa menyembuhkan luka dengan cepat.”

“Astaga, untuk apa? Semuanya  kan memang perlu proses, lagian resep ramuan yang sudah ada juga sudah sangat bagus loh.”

“Tapi ramuan itu tidak bisa menyembuhkan luka sihir.”

“Maksudmu?”

“Kau tidak tahu? Ramuan itu hanya bisa menyembuhkan luka yang di sebabkan oleh senjata fisik, bukan senjata sihir.”

“Kalau begitu selama ini yang menyembuhkan orang-orang yang terkena senjata sihir siapa?”

“Tentu saja peri penyembuh, tapi jumlah mereka semakin sedikit dan jadi aku mencoba membuat ramuan ini untuk meringankan beban mereka.”

“Wah, kau sangat baik.”

Clarissa tersenyum tipis, “bibiku adalah peri penyembuh, dan karena dia terus-terusan menyembuhkan luka sihir, tubuhnya lama-lama melemah dan dia meninggal di usianya yang masih sangat-sangat muda, aku hanya tidak ingin ada peri lain lagi yang mengalami hal itu.”

Another World: The Tales of LinesheaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora