Theo menatap tajam Galang, dia masih jengkel, kenapa semua orang membela Galang? Padahal semua ini salahnya. Salah Galang yang tidak bisa menjaga adiknya.

🌻🌻🌻

Samara baru saja keluar dari dalam ruang ICU, dirinya menemui Thea tadi, setelah dokter dan beberapa perawat menyelesaikan tugas mereka.

Seorang lelaki dengan wajahnya yang sudah berantakan itu mendekati Samara. "Bunda."

"Kenapa, Lang?"

"Boleh Galang ketemu Thea?" pinta nya pelan.

Galang menundukkan wajahnya. "Maafin Galang untuk yang kesekian kalinya lagi, Bun. Maaf Galang lalai jaga Thea. Karena Galang, Thea jadi kayak sekarang. Maaf, Bunda," ucap Galang dengan memelas.

Samara menatap pemuda ini dengan wajah iba. Keputusasaan terlihat jelas dari nya. Samara rasanya tak tega jika menolak permintaan Galang. Apalagi, mungkin ini bisa jadi waktu terakhir untuk Galang bertemu Thea lagi.

"Masuk aja, Lang. Siapa tau Thea bisa lebih baik kalau dengar suara kamu?" Samara tersenyum, mengelus pundak Galang pelan.

Wajah Galang berubah lebih bersemangat. "Makasih, Bunda."

Galang membuka pintu ruangan di depannya. Galang sangat ingin menemui Thea di dalam sana. Melihat keadaannya, memastikan jika Thea akan tetap dan selalu baik-baik saja.

Setelah memakai pakaian khusus untuk berada di ruangan ini. Galang berjalan dengan langkah pelan, menghampiri gadis cantik yang kini tertidur pulas. Dengan banyaknya alat medis yang menempel di tubuhnya.

Kenapa, melihat Thea dalam keadaan jauh dari baik sangat melukainya?

Ini menyakitkan untuk Galang, Thea.

"Hallo, Thea," kata Galang.

Galang tersenyum kecil, menatap Thea yang diam tanpa menjawab sapaannya.

"Lo tetap cantik, dan selalu cantik."

"Tapi gue lebih suka kalau lo senyum. Kalau lo natap gue pakai mata indah itu."

"Jangan lama-lama tidur nya! Gue kangen."

Tanpa sengaja, tetesan air kembali turun dari pelupuk mata Galang. Lelaki itu duduk di kursi yang ada di dekatnya. Diraihnya tangan kanan Thea, Galang menggenggamnya erat.

"Gue takut, Thea. Andai lo tau gue setakut ini."

Tatapan matanya kian lekat pada wajah gadis ini, dengan tangan yang masih terus dia genggam. "Lo gak perlu ngelakuin ini, The."

"Lo kenapa ngelakuin ini buat gue, Thea? Keselamatan lo lebih berharga," ucap Galang lirih.

Isakan tangis Galang mulai terdengar. Thea, mampu membuat lelaki yang selalu terlihat tegar ini rapuh. Hanya di hadapan Thea, Galang seperti ini.

"Gue gak pernah merasakan kehilangan yang seperti ini, Thea. Semakin hari lo menjauh, gue semakin rindu sama lo."

"Gue tau lo bisa dengar gue, lo bisa ngerasain kehadiran gue di sini, kan?"

Sebelum 365 Hari (End) Where stories live. Discover now