𝐀𝐘𝐑𝐄𝐒 𝐋𝐔𝐂𝐂𝐈𝐄𝐍 |𝟐|

101 14 0
                                    

Dup dup dup

Pantas jantung bekerja untuk mencari nafas. Penat. Kaki Ayres dan Iris dari tadi tidak berhenti berlari.

Bekalan makanan sudah pun habis. Air? Mana nak dapat bekalan air di tengah-tengah lorong ini? Apa mungkin Clarice menipu mereka?

Ini merupakan hari ke-4 mereka di lorong ini. Kenapa jauh sangat? Lorrong ini sangat jauh dari apa yang disangka.

Kaki Iris yang mulai melembik.

"Iris, naik sini. Nanti Ayres dukung." Ujar Ayres. Pantas Iris naik di belakang Ayres.

"Cepatlah sampai." Ujar Ayres di dalam hati. Dia masih boleh bertahan tetapi adik kembarnya. Muka Iris sudah mulai memucat seperti orang yang tiada darah.

"Iris please stay strong. We almost there." Ujar Ayres yang memberi kata-kata semangat ke arah Iris yang berada didukung nya.

Jalan, jalan dan jalan.

Kaki nya mula bergetar.

Buk

"Argh." Jerit Ayres. Dia terjatuh ke hadapan. Dagunya terhantuk di batu yang berada di hadapan jalan nya tadi. Iris pula terjatuh di belakang menghempap Ayres.

"A...bang okay ke?" Tanya Iris yang tidak bermaya. "I'm okay." Ujar Ayres. Kaki nya mula berdiri lagi. Dagunya yang koyak dan berdarah dibiarkan.

Pantas dia menarik Iris dan di dukung nya semula. "Ayres." Panggil Iris dengan nada yang sayu. Tidak sanggup dia melihat keadaan abangnya yang terluka itu. Air mata nya turut mengalir.

"I'm okay Iris. Please stay strong okay?" Ujar Ayres. Badan Ayres yang kecil masih sedaya upaya menguatkan diri untuk berjalan dengan Iris di dukungannya.

Setelah beberapa puluh minit berjalan, Ayres nampak cahaya dari lorong itu. Pantas kaki Ayres dilajukan lagi.

Betul tekaan nya. Mereka dah keluar dari lorong itu. Dia dapat melihat ramai manusia yang sedang berjual di sana.

"Iris. We did it." Ujar Ayres dengan senyuman di bibir. Namun senyuman itu hanya sekejap. Ayres berasa hairan dengan Iris yang tidak menjawab nya.

"Iris?" Panggil nya lagi.

Ayres menurunkan Iris perlahan ke bawah. Dia memandang ke arah Iris yang sangat pucat itu. "Iris?" Panggil Ayres lagi.

Tangannya menampar lembut muka Iris yang tidak mendengar panggilannya itu. "Iris. Come on. Kita dah sampai lah Iris. Jangan lah main dengan abang waktu macam ni. Kita dah boleh balik dah." Ujar Ayres lagi.

"Iris." Panggil Ayres lagi. Ayres cemas. Ayres menyentuh tangan Iris yang kesejukan itu. Air mata Ayres terjatuh.

"Iris, stay with me okay. Ayres cari orang untuk bantu kita. Tunggu." Ujar Ayres. Kaki nya yang hendak melangkah terhenti apabila ada tangan meghalangnya.

Ayres menoleh.

"Ayres." Panggil Iris lembut. Membuntang mata Ayres. Pantas dia mendekati Iris lagi. "Are you okay?" Tanya Ayres.

Iris tersenyum.

"Please jaga mummy and daddy untuk Iris boleh?" Tanya Iris lemah. "What your talking about? Of course kita akan jaga diorang together bila dah besar." Ujar Ayres lagi.

Iris menggeleng kepala nya.

"I don't think i can make it, Ayres." Ujar Iris. "No way Iris. I know you can." Jawab Ayres lagi.

"Ayres, once again thank you for being...a very nice brother to me. Tell mummy and daddy, I'll always love them." Ujar Iris dengan suara nya yang makin perlahan. Air mata Ayres mengalir. "Iris, don't talk too much. Please safe your energy."

 𝐎𝐆| 𝐀𝐘𝐑𝐄𝐒 𝐋𝐔𝐂𝐂𝐈𝐄𝐍Where stories live. Discover now