Bab 12. Bawa Aku Pergi.

45 16 4
                                    

Dont forget
👇

•Follow•   •Commant•   •Vote•

😘Happy Reading🤗

"Ahh iya,"

"Apakah Dita membawa payung?" tanya Bibi Mi Kyung tersadar dari lamunannya.

"Sepertinya Kak Dita tidak membawa payung," ucap Jang Yeo Bin.

"Darimana kau tahu?" tanya Bibi Mi Kyung

"Itu," tunjuk Jang Yeo Bin. Jari telunjuk Jang Yeo Bin mengarah ke payung yang masih terbungkus rapi yang tersimpan di bilik pintu.

"Ahh iya, kau benar." ucap Bibi Mi Kyung dengan tatapan khawatir.

"Mama jangan terlalu mencemaskan Kak Dita," pinta Jang Yeo Bin.

"Kak Dita sudah dewasa, dengan cuaca yang seperti ini pasti dia sedang mencari tempat untuk berteduh.  Jadi Mama tidak perlu khawatir, Kak Dita pasti akan baik-baik saja." imbuh Jang Yeo Bin.

Hujan turun semakin lebat, perlahan percikan air hujan mulai membasahi sisi lantai rumah hingga sangat basah dan licin. Tak lama juga mereka pun masuk ke dalam rumah dan dan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya.

Namun disatu sisi, terlihat Dita berjalan dengan santainya sembari menangis melintasi trotoar jalan. Dalam keadaan Dita yang diselimuti oleh derasnya hujan, Dita tetap berjalan santai tanpa memperdulikan pengguna jalan yang berlalu lalang di luasnya jalan raya.

"Mungkin jalan ini sudah melewati arah menuju aku pulang, tapi aku tidak mau pulang." batinku seraya terus berjalan.

Cairan menjijikkan yang ditumpahkan dengan sengaja oleh Yoo In Soo dan teman-temannya itupun seketika luntur karena air hujan. Walaupun baunya sudah tidak menyengat lagi, tetapi tetap saja peristiwa itu membuat Dita malu sekaligus kesal yang tidak bisa terbalaskan dan kemungkinan Dita tidak ingin melanjutkan sekolah

"Lalu, kemana sekarang aku harus pergi? Aku tidak ingin pulang." gumamku bingung sembari terus berjalan.

"Tuhan,  apakah tidak cukup Engkau memberikanku ujian seperti ini?" tanyaku heran sembari meratapi langit.

"Mengapa dunia ini begitu kejam?? Aaarrghhhhh!!!!!" teriakku sejadi-jadinya.

Ditengah hujan yang deras, setitik demi setitik air mataku mengalir. Kuputar kembali memori pahit sambil menikmati hujan yang semakin deras membasahi tubuhku. Beribu-ribu pikiran yang membuatku overthingking pun mulai melanda, kuberjalan layaknya seperti orang yang sedang mabuk.

Tinn!!!!...

Tin!!!...

Tin!!... Tinnn!!!...

Terdengar suara klokson mobil dari arah belakangku, namun aku tidak menggubrisnya. Rasa lelah pun melanda, membuat langkah kaki sulit untuk berdiri sempurna.

"Aaarrgghhh!!!!" pekikku merasakan nyeri hebat dibagian kedua lutut.

Tiba-tiba aku terjatuh dan terdiam sejenak disisi jalan yang berpapasan dengan pagar panjang yang biasanya orang-orang bilang adalah sebuah jembatan khusus pembatas jalan, yang dibawahnya terdapat danau namun tak berarus.  Air berwarna keruh kehijauan dan tampak sangat tenang air tersebut mengalir.

School 2023Where stories live. Discover now