9th June--Ohayou

16 4 0
                                    

Gelap.

"Hhh,"helaan nafasku muncul setelah aku mencermati kasur, seprai berantakan, selimut yang jatuh di kaki tempat tidur, dan tubuh telanjangku. Ini kamar yang terlalu mewah dan jelas bukan kamar hotel atau kamar tidur di apartemen tipe studio milikku.

Lagi?

Sepertinya semalam aku terlalu banyak minum, mendapat partner tidur, having sex, dan sama dengan malam-malam lainnya, sendirian di kasur. Partnerku mungkin ada di salah satu ruangan di tempat ini dan aku, paling tidak, harus mencari sesuatu untuk kukenakan.

Aku bangkit dari kasur dan mencari kemeja dan celanaku yang kupakai semalam. Tapi alih-alih menemukannya, aku menginjak sesuatu yang tajam. Kutundukkan kepala untuk mencari sumber yang membuat kakiku sakit.

Duri mawar?

Ratusan kelopak mawar dan tangkai yang masih penuh dengan duri berkumpul di sekitar tempat tidur. Kemudian mengarah ke sebuah kamar mandi, membuat jalanan setapak dari mawar merah. Aku menggelengkan kepala tak paham pada keisengan seseorang, yang kucurigai adalah partnerku semalam.

Ah ya. Semalam bukankah aku hanya minum brandy di balkon? Memangnya setelah aku pulang mengajar, aku pergi keluar?

Pikiran aneh berputar di kepalaku. Hal pertama yang ingin kutemukan sekarang adalah ponsel atau alat komunikasi apapun. Firasatku mengatakan aku harus pergi dari sini. Ponselku ternyata ada di atas nakas, mati, dan saat dinyalakan, terkunci. Kata kuncinya berubah tanpa sepengetahuanku.

Aku berjalan ke arah jendela dan menatap berkas fajar yang tampak di antara rapatnya pepohonan. Tempat ini dikelilingi oleh hutan yang berjajar seperti benteng. Semua ini terlalu aneh.

Tapi kakiku tetap melangkah ke arah kamar mandi. Lantainya membuatku ingin muntah. Cairan merah menggenang, memenuhi bak dan cipratannya menutupi dinding sampai di atas kepala. Seolah baru saja ada pembantaian disana.

Hal yang paling mengusik perhatianku ada dua: Manekin yang memakai bajuku, dan tulisan dari darah di kaca jendela kamar mandi.

Aku ingin memakanmu, Cantik.

Mataku menangkap sekelebat sosok di jendela, tersenyum dengan tubuh kecilnya dan membawa sebilah wakizashi yang ia perlihatkan padaku saat aku mengajar di rumahnya.

"Ohayou, Sensei."

*Wakizashi: Pedang dari jepang, panjangnya 54cm.

*Ohayou Sensei: Pagi pak/bu guru.

The Best Random in Town!Where stories live. Discover now