3rd June-Her Urge to Die

31 7 2
                                    

Hai! Saya gagal.

Saya melewatkan hari kemarin tidak memperbaharui cerita.

Tapi, kali ini saya membawa beberapa cerita sekaligus.

Karakter kali ini bernama Ann dan dia salah satu dari .... er .... sekian-sekian karakter buatan saya :3

Dan sedikit curhatan. Saat saya mengetik ini, saya baru saja mengetahui bahwa hewan yang suka mengejar ekornya sendiri bukan hanya anjing, tapi juga kucing. Ha! Selamat me-random kawan! :3

Gue mo mati aja Ann.

Andai ini komik, ada kilat yang akan menyambar sebagai latar belakang panel.

"Ck."

Beberapa orang di meja segera menoleh ke arah Ann yang suara decakannya, ternyata cukup keras. Perempuan berpakaian hitam itu mengeluarkan tatapan sebal serta rengutan andalannya. Ia tak mengalihkan pandangan dari layar ponsel, meski ia kini menjadi pusat keinginan tahuan teman-temannya. Sebuah pesan tertera dan mencuri seluruh perhatian Ann.

"Kenapa?" tanya Sam memberanikan diri untuk tak peduli, pada tanggapan sinis macam apa yang akan ia hadapi. Gadis cantik itu memiliki lebih dari dua alasan untuk kena semprot. Pertama, fakta jelas perempuan di depannya sedang kesal luar binasa. Dua, dia adalah Sam: wanita-yang-merupakan-kecengan-dari-gebetan-diam-diam-Anneliese-yang-bernama-Aaran.

Surga ada padanya dan saat ini adalah hari kebalikan.

"Ada orang bego. Lagi." Tak menunggu respon selanjutnya, Ann menekan angka yang ditampilkan layar untuk menghubungi seseorang.

"Thei, mo mati kapan?"

Njiiiirrrrrr! Teman-teman Ann segera merasakan air es disiramkan ke kepala serta tubuh mereka. Ditambah serbuan angin dingin khayalan setelahnya. Suara Ann dengan kemurkaan level tuhan membuat mereka menggigil, seolah saat ini mereka bukan sedang berada di kafe--melainkan bagian depan kapal Titanic, tempat adegan 'tangan terentang' yang terkenal itu dibuat.

"Sekarang lah! Aah, Ann! Tadi si--"

"Atas dasar keinginan sendiri atau dengan adanya pemaksaan?"

"Ya gue sendiri lah. Lo ngomong apaan sih? Geje tau gak?! Duh. Dengerin dulu! Gue belom selese ngomong tadi. Jadi--"

"Lu mo mati pake cara apa?"

"Hah?"

"Haaah?" Sam dan beberapa orang lainnya langsung memandang Ann dengan ekspresi bego seolah ingin mengucapkan Siriusli? Fvck this biz!

"Jawab," kata Ann datar dan santai.

"Pi .... so?"

"Fine. Nadi leher, nadi tangan, apa tusuk perut? Atau malah jantung sekalian?"

Tatapan yang artinya sangat abstrak dilayangkan ke arah Ann. Mereka masih menyimak dengan siap siaga dialog aneh yang terjadi di depan muka mereka.

"Tangan? Kamu kenapa sih?"

"Iris pergelangan tangan lo, foto, kirim ke FB. Dalam lima menit, itu foto harus udah ada di ponsel gua."

Dua wanita dan dua pria yang berbagi meja bersama Ann, segera menatap Ann seolah perempuan muda itu jelmaan salah satu pembantai, yang keluar dari buku sejarah.

"Oh. Dan percakapan ini gua rekam sebagai bukti kalo-kalo ada J.P.U mau nuntut gua dengan alasan pembunuhan tak terencana, hasuta melakukan kejahatan, dan karena dengan sengaja atau tidak sengaja telah menghilangkan nyawa orang la--"

Tut ... tut ... tut.

Ann menekan garis merah di layar ponsel lalu meletakkannya di atas meja. Meraih rokok yang tinggal setengah batang, karena dianggurkan di asbak sejak tadi.

"Kalo dia beneran bunuh diri gimana?"

Ann menatap layar ponselnya yang gelap dan menunggu notifikasi. "She can rott in hell for all i care. Tapi, ga ada notifikasi nih. Apa dia bunuh diri pake cara terjun sambil bawa hape dia ya?"

Keheningan sempurna menyelimuti mereka.

Greet her! Anneliese a.k.a VAI from Not For Love.

The Best Random in Town!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang