Prolog 1.2

91 4 0
                                    

"Hmm.. hu, hu.."

Klak Klak Klak

Nyanyian dan suara pel Johan terdengar nyaring di kamar kecil (toilet).

Johan saat ini sedang dalam suasana hati yang baik. Karena hari ini begitu kamar kecil bersih, akhirnya dia akan menerima pembayarannya.

Membersihkan kamar mandi di hotel ini adalah salah satu pekerjaan terbaik Johan.

Dua tahun lalu, Johan putus sekolah karena ibunya sakit, dan hanya tinggal beberapa hari lagi lulus SMA, dia tidak ingin ayahnya menanggung sendiri biaya pengobatannya, dan dia juga tidak punya pilihan selain merawat adik laki-lakinya, Philip. Namun melihat sekarang semua yang harus ia lakukan di masa lalu, ia menyesali pilihannya.

'Aku adalah seorang pelajar yang baik, namun aku tidak mampu untuk melanjutkan ke peguruan tinggi dan aku tidak memiliki keahlian khusus, jadi aku pikir akan lebih baik jika aku mulai bekerja sesegera mungkin.'

Tapi itu kesalahan Johan, baginya yang tidak lulus SMA dengan baik, yang menimpanya biasanya pekerjaan kotor, berat, dan gajinya tidak bagus. Sebagai tukang batu di lokasi konstruksi, membersihkan selokan atau sebagai pelayan di restoran yang sangat ramai. Tidaklah mudah bagi Johan, yang tampak sehat namun memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah.

Jadi Johan berpikir menjadi pembersih hotel adalah keberuntungan terbesar dalam hidupnya. Dia tidak akan mendapatkan pekerjaan sebaik itu jika wanita disebelahnya, yang menyesal melihatnya terluka setiap hari, merekomendasikan dia kepada manajer hotel pada waktu yang tepat.

Kamar kecil ini relatif bersih dan tidak banyak yang perlu dibersihkan. Bayarannya memang minim, tapi mungkin karena suasananya yang santai, pelanggannya ramah, dan pengelolanya orang baik.

Selain itu, hal terbaik tentang bekerja di hotel ini adalah sisa makanan prasmanan yang dapat kamu bawa pulang setiap malam. Meski tidak sering, kadang jika ia mempunyai sisa kue coklat, ia akan memberikannya kepada adiknya, Philip.

'Segera setelah aku dibayar hari ini, aku akan membelikan Philip kue coklat dari toko roti sungguhan. Apakah dia akan menyukainya?'

'Aku ingin tahu apa yang dilakukan karyawan lama sekarang setelah meninggalkan pekerjaan sebaik ini?' Johan sangat bersyukur karena dia selalu ingin menghujani orang tak berwajah itu dengan ciuman. 'Terima kasih sudah keluar dari pekerjaan ini. Kamu menyelamatkan dua kehidupan. Kamu akan benar-benar diberkati.'

'Ayo kembali bekerja.'

Johan, yang membersihkan kompertemen terakhir dengan cerah dan bersih, menyeka keringat di dahinya dan menarik napas dalam-dalam. Dia sangat bersemangat untuk bersih-bersih, dia mungkin selesai lebih awal dari biasanya. Akhirnya yang tersisa hanyalah membersihkan wastafel, dan kamar kecil sudah bersih.

"Hmm?"

Johan, yang tidak lagi membersihkan wastafel, berhenti. Di depan wastafel, ada sesuatu yang tidak ada saat dia datang untuk membersihkannya. Ketika dia mendekat, dia menyadari bahwa itu adalah dompet. Johan mencari-cari pemiliknya.

Namun, tidak peduli seberapa sering dia melihat sekeliling, dia sendirian di dalam kamar mandi.

"....."

Johan berjuang sejenak. 'Haruskah aku mengantarmu ke meja resepsionis? Di sana mereka bisa mendapatkan informasi orang itu, sehingga mereka bisa segera menemukan pemiliknya...' sambil memikirkannya, Johan diam-diam membuka dompetnya.

'Aku melakukan ini untuk menemukan pemiliknya..' Menggagapnya sebagai alasan, dia membukanya dan yang dia lihat hanyalah beberapa lembar uang dan sebuah cek.

"Apa..."

Begitu dia melihat isi dompet yang berkilau itu, jantungnya berdebar kencang, membuatnya menelan ludah.

'Tidak, aku harus mengembalikannya.. ' Berkonflik dengan dirinya sendiri, Johan terus memeriksa dompet itu. Ada beberapa kartu, dua gambar dengan nama Daniel Diaz Herece. Salah satunya adalah foto wanita Asia dengan senyum cerah, bisa jadi seorang kekasih, dan satu lagi adalah foto keluarga. Istri yang cantik dan suami yang penyanyang. Seorang anak laki-laki imut yang terlihat seperti siswa SMA dan seorang anak laki-laki yang terlihat lucu namun sangat mirip dengan kakak laki-lakinya.

"....."

Johan melihat foto itu sebentar, memikirkan keluarganya karena suatu alasan. Alasan untuk memiliki lebih banyak foto serupa dengan ini. Karena foto yang dimilikinya hanyalah foto ibunya, namun sayangnya tahun lalu ada pencuri yang masuk ke rumahnya dan mengambil jam tangan ayahnya serta liontin bergambar ibunya.

Saat itu, ia sangat lega karena adiknya, Philip, tertidur lelap dan selamat, namun meski begitu, ia merasa sangat menyesal karena tidak melakukan apa pun.

"....?"

Johan yang menatap foto itu dengan sedikit putus asa, tiba-tiba menjadi ketakutan. Untuk berberapa alasan, dia menatap wajah anak laki-laki yang lebih tinggi dan, meskipun kenyataannya tidak demikian, ia melakukan kontak mata dengan anak laki-laki di foto. Seorang anak laki-laki cantik menghadapnya dengan wajah datar, seolah sedang marah atau tidak senang terhadap sesuatu.

Johan merasa seolah-olah bocah itu sedang memarahinya, karena perasaan itu ia memasukkan kembali foto itu ke dalam dompet tersebut. Bahkan, hatinya berdetak tak terkendali seolah sedang melakukan sesuatu yang buruk.

Johan melihat foto itu sekali lagi.

'Tidak, jangan sentuh mereka.. Bagaimana aku bisa tahu kalau foto ini hanya milik kekasihnya atau keluarganya?' Johan yang mempunyai hati yang baik, namun melihat beberapa tulisan nama (mungkin kartu nama) di dompet itu, dia menutup dan membuka matanya dan memutuskan untuk mengambil untuk dirinya sendiri. Namun pada saat itu juga dia mendongak. Dan..

"Ugh.."

Johan menarik napas dalam-dalam. Sebab seorang pria sedang menatapnya dengan wajah seperti terkejut masuk melalui pintu kamar mandi yang terpantul di cermin.

***************************************************************************************

[BL] SUGAR RAIN [Novel terjemahan Bahasa Indonesia]Where stories live. Discover now