Hyunjin(?)

277 32 5
                                    

mumpung ada ide...

happy reading!



▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Jam istirahat telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Namun Jaemin masih senantiasa duduk diam di kelasnya seorang diri. Haechan dan Renjun pergi ke kantin untuk membeli makan, sedangkan Chenle tidak sekolah dengan alasan izin acara keluarga. Katanya si pasangan Hyuckren itu akan kembali lagi ke kelas sembari membawa makanan mereka. Maka dari itu, Jaemin hanya menitip pesanan kepada kedua sejoli tersebut.

Jaemin masih sibuk merenungi semua yang terjadi pagi tadi.

Masih jelas diingatannya apa yang ia dan mantan kekasihnya itu bicarakan.

Hanya saja, Jaemin merasa Jeno bukanlah Jeno yang ia kenal.

Jeno seperti... berubah.

Secepat itu?

"Bengong mulu, awas kesambet" celetuk seseorang.

Jaemin sedikit tersentak dengan suara itu sebelum menoleh dan...

Kekasihnya duduk tepat disampingnya sembari membawa nampan berisi 2 mangkok bakso dan 2 gelas es teh manis.

Kapan Mark datang?

Ah, lamunan Jaemin membuatnya tak menyadari kedatangan pacarnya itu.

"Kenapa?" tanya Mark melihat Jaemin dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca.

"Kita udah baikan ya?" bukan menjawab Jaemin malah balik memberi Mark pertanyaan.

Mark tersenyum tipis, ia usap lembut surai rambut Jaemin.

Lalu menganggukkan kepalanya singkat.

"Iya, kita udah baikan. Gak usah dibahas lagi ya? Itu juga bukan salah kamu sepenuhnya."

Jaemin terdiam.

Lalu menggelengkan kepalanya dengan wajah murung.

"Itu salah aku Kak..."

"Maafin aku ya?" lirih Jaemin.

Mark kembali tersenyum sembari tangannya menjawil hidung Jaemin.

"Iya, kakak maafin, lain kali jangan gitu lagi ya? Kakak khawatir banget waktu itu. Kamu belum pulang sampai sore, gak bisa dihubungin lagi." ucap Mark mengutarakan rasa khawatirnya di hari itu.

Jaemin menganggukkan kepalanya cepat yang membuat Mark semakin gemas dengan kekasih kecilnya itu.

"Sekarang makan yuk? Udah laper pasti."

Ajakan Mark pun dituruti oleh Jaemin. Keduanya pun makan bersama di dalam ruang kelas Jaemin.

Ngomong-ngomong soal Haechan dan Renjun. Mereka tadi sudah dicegat oleh Mark agar tidak datang kembali ke kelas. Biar tidak ganggu waktunya dia dengan Jaemin.

Di tengah kegiatan makan siang mereka, Mark tiba-tiba bertanya,

"Tadi pagi kamu ketemu Jeno?"

Pertanyaan itu sontak membuat Jaemin tersedak baksonya.

Ia terbatuk-batuk.

Dengan sigap Mark menyodorkan es teh manis milik kekasihnya. Sekaligus membantu kekasihnya itu minum.

Sembari menepuk-nepuk pelan punggung Jaemin. Setelah dirasa reda, Mark pun menatap Jaemin khawatir.

"Gapapa kan? Mau ke rumah sakit? Atau UKS? Eh mending rumah sakit." tanya Mark panik.

Jaemin menggeleng ribut.

"Kak, santai. Aku gapapa, cuma keselek biasa aja."

Mark tersenyum canggung. Ia hanya panik barusan.

"Aku gak ketemu Jeno kok."

Bohong. Jaemin berbohong.

Mark hanya menganggukkan kepalanya kaku. Berpura-pura percaya pada sang kekasih. Padahal sebaliknya, ia tahu kebenaran dari pertanyaannya sendiri.

Sekarang yang menjadi pertanyaan di benak Mark adalah, kenapa Jaemin berbohong?

Apa yang dibicarakan Jaemin dengan Jeno sampai kekasihnya itu tidak mau menceritakannya bahkan menyembunyikannya dari Mark?

Tuhan, tolong.

Mark takut kehilangan Jaemin. Hanya Maminya dan Jaeminlah yang Mark punya sekarang. Selain itu, tak ada lagi.

Jadi, tolong. Kali ini Mark benar-benar memohon pada Tuhan.



▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Disisi lain, kawan-kawan Mark tengah asik berbincang sembari makan di meja kantin. Kelimanya- Hendery, Xiojun, Yeonjun, Soobin, dan yang terakhir Lucas berkumpul tanpa kehadiran sang ketua yang lebih memilih menikmati makan siang berduaan dengan kekasihnya.

"Eh, Jeno punya pacar?" tiba-tiba saja Hendery membahas Jeno dengan pandangan yang mengarah ke meja seberang tempat Jeno makan bersama seseorang yang tidak Hendery kenali.

"Temennya kali." sahut Yeonjun.

"Kalau temennya gak mungkin mepet gitu, anjir." sela Xiojun.

Yang lain mengangguk membenarkan ucapan Xiojun.

"Itu pacar temennya bang."

Tiba-tiba saja seorang lelaki jangkung datang menghampiri meja mereka.

Lelaki itu tak lain adalah Park Jisung- putra tunggal Park Chanyeol si duda keren.

"Yang bener aja Lo, Sung." pungkas Yeonjun.

"Dibilangin gak percaya. Dia sekelas sama gue, Bang." jelas Jisung.

Tangan Jisung yang panjang memudahkannya untuk mencomot keripik yang dimakan Xiojun.

Xiojun mendengus sebal tapi tak ayal ia tetap memberikannya. Bahkan balik menawarkannya. Hanya pada Jisung tapi.

"Tapi masa mesra begitu kalau bukan pacar, mana sama pacar temen lagi." ungkap Soobin masih ragu.

Jisung mengangkat bahunya acuh.

"Mana gue tahu Bang, gue kan sukanya tempe." sahut Jisung.

"Bangsat." umpat Hendery.

Sedangkan Lucas sedari tadi hanya diam menyimak percakapan teman-temannya tanpa berniat ikut nimbrung. Ia malah sibuk memperhatikan interaksi Jeno dengan seseorang yang katanya pacar teman Jeno.

Terlalu mesra memang, jika hanya sebatas teman.

Bahkan yang Lucas tau seumur hidupnya, Jeno tak akan seniat itu sampai menyuapi seseorang yang kedua tangannya masih sempurna.

"Namanya siapa?" pertanyaan tiba-tiba Lucas sontak menghentikan perbincangan tak penting teman-temannya.

Semuanya melirik ke arah Jisung.

Jisung yang ditatap seperti seorang tersangka kasus pembunuhan pun mendengus sebal.

"Kalau gak salah Felix." ucapnya malas.

Semuanya mengangguk kecuali Jisung.

Tapi tunggu-

Felix Lee?!

Mata Lucas melebar sedikit terkejut.

Tidak mungkin.

Tidak mungkin kekasih si Hwang itu pindah ke sekolah ini.

Jika Felix saja pindah...

Hyunjin pasti ikut kan?

"Halo Lucas, long time no see. How are you?"

Semua yang berada di meja menoleh ke arah lelaki lain yang tiba-tiba datang dan menyapa Lucas. Hanya Lucas.

Lucas menggeram pelan.

Sialan.



▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Usai untuk Mulai [MARKMIN - NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang