Jaemin.

361 45 9
                                    

hai! hai! i'm comeback!
happy reading and pls gimme
votement as appreciate! love y'all<3!

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Si pemuda Hwang melangkahkan kakinya pada marmer mewah kediamannya. Kebetulan siluet tubuh seseorang tertangkap jelas oleh indera penglihatannya.

Sapaan hangat pun meluncur lancar dari belah bibir seksinya.

"Hi Dad." sapanya.

"What's wrong boy?" jawab lelaki sepertiga abad itu.

Hyunjin tersenyum penuh arti.

"Aku ingin pindah ke Neos Dream High School." jawabnya lugas.

Kening pria berusia 33 tahun itu sedikit berkerut, heran dengan keinginan anak tunggalnya itu.

"Saat kau berada di kelas akhir?"

Hyunjin mendesah pelan, "Ohh ayolah Dad, gunakan uangmu dan yeah aku juga ingin Felixku ikut pindah."

Hwang In Yeop hanya bisa mengangguk pasrah. Terserah apa mau anaknya.

Hyunjin pun tersenyum lebar dan melanjutkan langkahnya menuju lift untuk pergi ke kamarnya.

"Oh ya Dad, aku kurang suka desahan jalangmu yang kemarin. Ganti saja dia, suaranya terlalu melengking." Ucap Hyunjin sebelum benar-benar pergi atau lebih tepatnya kabur melarikan diri.

Sedangkan Daddy-nya hanya bisa diam sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang putra.

"Anak nakal."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Kau yakin?"

"Tentu. Nana lebih penting dari segalanya. Nana dan Mami adalah kebahagiaanku, lagipula harta masih bisa dicari bukan?" ujar Mark penuh keyakinan.

Taeyong terenyuh melihatnya. Putranya dewasa lebih cepat dari perkiraannya. Atau Mark memang telah dewasa sejak awal?

"Aku tidak tau Papi akan melakukan hal semacam ini." ucap Mark sedikit terkejut mendengar kabar yang disampaikan Taeyong.

Taeyong sendiri mengangguk menyetujui kalimat yang diucapkan sang Putra.

"Satu hal yang harus kau tahu Mark, kenapa Mami begitu mencintai Papimu, terlepas dari semua perbuatannya. Dia menyayangimu lebih dari apapun. Kau selalu jadi putra kesayangannya bahkan meski ada Jeno sebagai pesaingmu. Ingat itu." ujar Taeyong lembut. Surai sang putra ia elus dengan penuh kasih sayang.

Mark tersenyum tipis.

"Tapi pada kenyataannya tetap saja, ia harus menderita dengan kehilangan putra kesayangannya itu." jawab Mark.

Taeyong hanya bisa diam karena apa yang dikatakan Mark benar adanya.

"Tapi Mam, aku bahkan lebih tak mengira, Jeno ternyata se-serakah itu." ujarnya lagi.

Taeyong tersenyum tipis.

"Orang akan jadi serakah ketika dia kehilangan segalanya Mark. Aku hanya berharap, Jeno tak akan merebut apapun yang telah menjadi milik putraku ini."

Mata Mark menajam.

"Aku juga tak akan biarkan dia merebut apapun yang telah menjadi milikku." ucapnya tegas, sarat akan kepercayaan diri.

Semoga saja apa yang Mark yakinkan dalam dirinya bisa terpenuhi sesuai keinginannya. Atau mungkin malah sebaliknya.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Usai untuk Mulai [MARKMIN - NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang