Bab 2

37.5K 1.8K 19
                                    

Giovani berjalan dengan tegap dan penuh wibawa masuk kedalam gedung perusahaan yang ia pimpin. Wajah tampan dengan alis tebal hidung mancung dan potongan dagu tegas yang begitu maskulin membuat para wanita dengan senang hati jatuh kepelukan pria itu. Kekayaan yang tak perlu diragukan jelas menjadi nilai plus untuknya apalagi dia sudah menjabat sebagai CEO di perusahaan yang dibangun oleh kakeknya dan sekarang tongkat estafet untuk melanjutkan perusahaan yang bergerak dibidang properti jelas ada ditangannya sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga Kamajaya.

Giovani dikenal sebagai atasan yang sangat tegas namun juga baik. Dengan wajah yang sangat tampan dia dikenal juga sebagai pria yang suka berkencan dengan banyak wanita. Tidak sedikit karyawan diperusahaannya yang dengan senang hati tentu saja mau kejatuh pelukannya sekalipun itu hanya teman berkencan, namun Gio yang memang berprinsip untuk tidak main hati maupun hanya hubungan fisik dengan pegawainya tentu saja membuat kesempatan para staff diperusahaannya yang sudah berdandan demi menarik perhatian atasan mereka tersebut jadi sia-sia.

Siang itu suasana ruang pertemuan perusahaan bernama Pandawa Land itu menjadi senyap saat CEO mereka yang tak lain adalah Gio masuk kedalam ruangan tersebut. Gio langsung duduk di meja paling depan menghadap pada semua orang yang mengikuti meeting hari ini.

"Jadi bagaimana kelanjutan permasalah soal tanah dengan Central Company?" Tanya Gio sembari membuka sebuah map yang dibawa oleh sekretarisnya sedari tadi.

"Kami sudah menyelidikinya lagi pak. Ternyata pihak pemilik tanah tidak mengetahui bahwa Central Company secara tersembunyi melakukan pembayaran langsung kepada orang kedua yang menawarkan penjualan tanah tersebut" salah seorang diruangan itu memberikan keterangan kepada bos mereka.

"Tapi kita yang sudah melakukan negosiasi kepada pemilik langsung dan pemiliknya setuju atas harga yang kita tawarkan lebih dahulu, bukankah seharusnya semuanya sudah selesai. Kita yang seharusnya mendapatkan hak pembelian atas tanah itu tanpa proses yang lain" lanjut Gio lagi dengan nada tinggi. Masalah ini benar-benar membuatnya kacau akhir-akhir ini.

"Yang sudah saya dengar, Central membawa masalah ini kepengadilan" lanjut staff yang sedari tadi menjelaskan keadaan yang mereka hadapi pada Gio dan jelas membuat Gio semakin terlihat menahan kemarahannya, bukan marah kepada pegawainya, namun karena situasi dimana perusahaan saingannya melakukan tindak kecurangan dan ini baru pertama kali terjadi selama dia hampir 2 tahun menjabat sebagai CEO diperusahaan ini.

"Kita akan mengikuti permainan mereka. Pastikan tim pengacara perusahaan siap untuk mengurus masalah ini" kata Gio final yang langsung membuat para staff yang mengikuti pertemuan menganggukan kepala mengiyakan ucapan atasan mereka. Gio langsung kembali berdiri kemudian langsung berjalan keluar dari ruang meeting tersebut menuju keruangannya yang tak jauh dari situ.

Sesampainya di ruangannya sendiri, Gio menjatuhkan dirinya duduk diatas kursi kerjanya lalu melonggarkan simpulan dasi berwarna biru muda yang ia pakai.

Suara ketukan dari luar terdengar oleh telinga Gio, sebelum Gio mempersilakan seseorang membuka pintu ruangannya dan langsung masuk kedalam mendekati meja kerja Gio.

"Baru saja saya mendapat kabar, Central sudah memasukan berkas mereka kepengadilan pak" Erwin yang tak lain adalah sekretaris Gio memberitahukan hal tersebut. Gio memijit pelipisnya.

"Bagaimana dengan pengacara perusahaan? Apa sudah dihubungi?" Suara Gio merendah sembari tetap memijat pelipisnya.

"Sudah pak. Saya sudah menghubungi bapak Reno dan beliau akan segera mengurus masalah ini"

"Kalau begitu keluarlah, aku butuh waktu istirahat sebentar"

"Baik pak, saya ada di ruangan staff sekretaris, bapak bisa menghubungi saya langsung jika membutuhkan saya" Erwin membalikan badannya hendak meninggalkan bos nya itu untuk istirahat, yang ia tahu Gio memang sangat tertekan dengan keadaan ini. Tanah yang sudah hampir menjadi milik mereka untuk proyek pembangunan selanjutnya merupakan proyek besar untuk target tahun ini diperusahaan mereka. Gio bertanggung jawab penuh jika proyek ini gagal, apalagi mereka sudah mempersiapkan gambaran gedung yang akan mereka bangun oleh arsititektur profesional milik perusahaan mereka ini. Sekalipun Gio lebih muda darinya beberapa tahun, namun Erwin mengakui bahwa atasannya itu sangat profesional dalam menahkodai perusahaan yang memiliki ratusan pegawai ini.

Hate U Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang