Chuya menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Ranpo terhadap Dazai. Anak itu jelas sekali mengkhawatirkan keadaannya, dia melihat sendiri bagaimana Ranpo tidak baik-baik saja kemarin, dan Chuya bahkan tidak bisa melakukan apapun.
Kemungkinan terbesar dia harus melakukan banyak hal yang bisa membantu meringankan rasa sakit Ranpo. Sebisa mungkin Chuya memang harus melakukannya, melihat Ranpo kesakitan membuatnya merasakan hal yang sama. Dan lebih buruknya lagi, dia hanya diam saja.
"Memangnya tidak ada cara apapun buat menyembuhkan Ranpo-san? Kemarin dia hampir pingsan. Beruntungnya aku di sana," kata Chuya yang masih mengingat kejadian kemari sore.
Dazai sekedar mendengarkan segala celotehan dari Chuya. Mau bagaimana lagi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ranpo benar-benar menyerah pada hidupnya, dia benci perobatan. Dan selalu bersembunyi agar tidak di kenali banyak orang.
Barangkali ada beberapa alasan yang tidak di ketahui oleh Dazai. Kenyataannya dia memang tidak mengetahui apapun, jangankan untuk bertanya. Mengatakan sepatah katapun dia tidak diperbolehkan. Dazai merasa tertekan, dia sebenarnya ketakutan jika suatu saat itu tiba Ranpo tidak dapat diselamatkan.
"Aku pun ingin sekali membuatnya sembuh, tapi dia selalu menolak ajakanku buat ke rumah sakit. Dia tidak memberitahukan alasannya," lirih Dazai yang meneteskan air matanya.
Sontak Chuya di buat panik, dia tidak bermaksud membuat Dazai menangis seperti itu. Perkataannya memang tidak dapat terkontrol, dia yang salah bicara. Tidak seharusnya kan mengatakan hal yang berlebihan, di sini Dazai juga sedang berusaha.
Memang sulit untuk mendekati seseorang yang bahkan menolak kehadirannya. Chuya paham akan hal itu, dan dia tidak bisa melakukan apa-apa selain berusaha sekuat tenaga.
"Berhenti menangis, kau ini laki-laki. Aku bakalan berusaha, Ranpo-san pasti sembuh."
Akan perkataan yang Chuya katakan, setidaknya membuat Dazai menyudahi tangisannya. Dari tatapannya yang sendu itu, Chuya mengerti bahwasanya Dazai sedang berharap padanya.
Dari awal, saat mengenal Ranpo. Chuya seakan-akan berjanji untuk membantu anak itu apalagi jika bertentangan dengan kebahagiaannya. Pertemuan singkat yang ternyata sangat berarti sekali. Ranpo adalah orang hebat, yang tersenyum manis di saat dia tidak baik-baik saja.
Entah kenapa di hari itu, Chuya melihat senja berwarna dengan indahnya. Senja pasti menjadi saksi akan kebahagiaan seseorang yang telah diberikan olehnya di hari itu pula.
"Kau tulus ya terhadap Ranpo-san, tolong jaga dia. Dan gantikan aku udah memastikan dia baik-baik saja," pinta Dazai yang sangat berharap Chuya dapat melakukannya.
"Tanpa kau minta pun, aku pasti akan melakukannya."
≻───── ⋆✩⋆ ─────≺
Keputusan yang di buat oleh ayahnya tidak bisa ditentang lagi. Sebuah pernikahan yang tidak Ranpo harapkan. Dia memang tidak memiliki siapapun selain ayahnya sendiri, dan sang ayah mengatakan padanya jika dia akan memiliki keluarga baru. Serta seorang adik yang akan saling menguatkan.
Masa bodoh akan hal itu, Ranpo berusaha untuk tidak peduli. Dia juga tidak menganggap keluarga barunya sebagai seseorang yang menjadi bagian dalam hidupnya.
"Nisan," panggil Dazai sambil memperlihatkan permen tangkai di kedua tangannya.
Ranpo hanya menatapnya sekilas, kemudian meninggalkannya sendirian. Menurutnya Dazai itu idiot, dia sudah besar tapi memberikannya permen yang kekanak-kanakan seperti itu. Sekalipun sebenarannya Ranpo sangat menyukainya, tapikan itu hal yang berbeda sekarang.
YOU ARE READING
𝙎𝙚𝙣𝙟𝙖 𝘽𝙚𝙧𝙬𝙖𝙧𝙣𝙖 [✓] 𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩
Fanfiction𝗦𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗯𝘂𝗸𝘂. 𝘗𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘒𝘦𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢. 𝘛𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪�...