Chapter 1

29 2 0
                                    

1.
 
 
 
Setelah berpamitan pada Mamanya, Alana bergegas memasuki gedung sekolahnya. Tujuannya saat ini adalah ingin melihat penampakan kelas barunya seperti apa, lebih tepatnya orang-orang yang berada dikelas barunya. Jujur saja Alana tidak suka dengan sistem rolling class yang diterapkan di sekolahnya itu. Dia jadi harus beradaptasi ulang dengan teman-teman kelasnya sekarang, belum lagi jika dia harus sekelas dengan orang yang tidak dia sukai.

Alana bersekolah disalah satu sekolah menengah atas berbasis seni dan olahraga yang sangat bergengsi di Jakarta. Sekolah elite ini menjadi salah satu sekolah favorit yang tidak hanya memberikan fasilitas dibidang akademik saja tetapi juga di bidang non akademik yaitu di bidang seni dan juga bidang olahraga. Sekolah ini tergolong sangat pemilih untuk siswa-siswanya, oleh karena itu untuk masuk disekolah ini Alana harus bekerja keras demi mendapatkan nilai yang bagus agar dapat memenuhi standar passing grade sekolah ini.

Alana berjalan santai di koridor sekolah, mencoba menikmati perjalanannya menuju kelas sambil melihat-lihat kearah lapangan sekolahnya yang bisa dibilang sangat luas. Di lapangan tampak beberapa anggota osis yang sedang sibuk menyiapkan upacara penyambutan siswa baru.

Alana tersenyum tipis, teringat tentang penyambutan angkatannya dulu.

"Lanaaa!!" sebuah suara melengking memenuhi seisi koridor lantai tiga gedung sekolah, mengagetkan Alana dan juga siswa lainnya.

Alana yang sudah tau siapa pemilik suara cempreng itu hanya bisa menghela nafas panjang, siapa lagi kalau bukan Dinda yang selalu banyak bacot dan berisik.

Dinda adalah sahabat Alana sejak SMP. Dari dulu mereka selalu bersama, melakukan apapun pasti selalu sama-sama. Contohnya seperti waktu Dinda masuk anggota OSIS, Alana juga ikut masuk walaupun pada akhirnya hanya nama mereka saja yang jadi anggota, tidak dengan orangnya. Intinya mereka selalu sama-sama.

"Iiih gue kangen banget sama lo gila!" pekik Dinda sambil bergelayut manja dibahu Alana.

"Duhh apasih Din, lebay banget, dua minggu doang berasa dua tahun lo."

Dengan wajah gelinya Alana mencoba melepaskan diri dari Dinda yang lebih mirip cacing kepanasan, tapi kembali merangkulnya saat sahabatnya itu sudah memanyunkan bibirnya.

"Lagian lo liburannya jauh banget buset, mana molor lagi lo masuk sekolahnya." Dinda mencebik sebal. "Gue kan kangennn."

"Wkwk salahin mama gue tuh, btw gimana kelas baru lo?"

Mendengar pertanyaan itu Dinda langsung murung seketika. "Yaa gitu, lumayan asik sih orang-orangnya. Tapi tetep aja gak seru kalau gak sekelas sama lo." jawab Dinda seadanya.

Tak jauh berbeda dengan Dinda, Alana juga memasang tampang sedihnya. "Iyakan, males banget kelasnya mesti di rolling, padahal udah nyaman sama kelas lama."

"He'em" lirih Dinda dengan bibirnya yang melengkung kebawah. "Tapi gapapa deh, masih mending beda kelas dari pada beda sekolah."

"Kek mama gue aja lo." cibir Alana, teringat perkataan mamanya dimobil tadi.

"Haa? Emang iya? Tapi gapapa sih gue disama-samain sama mama lo, mama lo kan cantik banget kek gue." geer Dinda sambil senyum-senyum minta dijambak.

Alana mendelik geli, menoyor pelan kepala Dinda. "Kegeeran banget nyet, maksud gue tuh kata-kata lo kek mama gue." sewotnya.

"Isshhh Naa! Rambut gueee!" pekik Dinda mengusap rambutnya yang kena toyor Alana.

Dinda mendengus kesal. "Ah udahlah gausah mikirin kelas lagi, gak bakal berubah balik juga tuh kelas, mending kita liat kelas lo yuk? gue anter, gue denger anak The Alpha sekelas sama lo. Huhu beruntung banget!!"

Beyond The Limit [ON GOING]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ