BAB 01: Halo Kanala

192 130 41
                                    

-Dikara Danas'sagara

"Berbahagialah, setiap orang ada masanya. Jadi mari lupakan tentang kisah yang memang sedari lama telah selesai."

·•⚘•·

01. Halo Kanala

Universitas Kampus Biru adalah tempat dimana seorang gadis dengan nama lengkap Kanala Nesaya berkuliah.

Sejujurnya Kanala tidak ingin berkuliah apalagi mengambil jurusan kedokteran. Namun melihat tekad kedua orang tuanya yang kekeuh menyuruh ia untuk bergabung kedalam fakultas kedokteran, seketika langsung membuat hati Kanala luluh.

Sosok Ibu Kanala adalah wanita yang penyayang. Sedangkan Ayahnya sosok pria pekerjaan keras yang rela melakukan apapun demi kehidupan keluarga dan kedua anak perempuannya agar tercukupi.

Perkejaan Ayah Kanala sebagai pelukis dari tahun 90-an yang terkenal pada masanya. Sedangkan Ibunya adalah seorang guru Sastra.

"Kata Leano, besok kita bakal di terjunin di desa bagian timur sebagai relawan di sana," langkah kaki Kanala tiba-tiba terhenti ketika mendengar ucapan gadis dengan name tag di Almamaternya.

Sanya Sevana.

"Tapi kan tugas KKN kita belum kelar disini?" gadis itu menghela nafas pelan.

Sungguh, sudah cukup perjalanan yang ia lalui begitu jauh dan berliku-liku. Sekarang rasanya Kanala ingin pulang dan tidur nyenyak sepanjang hari di kasurnya.

Namun itu hanyalah angan semata. Semisalnya jika ia pulang, bukannya mendapat sebuah sambutan, malahan yang ada, Kanala akan langsung di depak keluar karena lari dari tugas kuliahnya.

"Yah mau gimana lagi, inikan tugas kita, jadi terima aja," Sanya mengangkat kedua bahunya acuh.

Lagian dari dulu saat keduanya masih menjadi Maba dan saling mengenal. Sanya sudah paham betul jika sahabatnya ini tidak niat berkuliah. Kata lainnya Kanala hanya terpaksa berkuliah.

Toh ini memang fakta, Kanal sendiri yang pernah berkata demikian.

"Asli, kepala gue pusing banget mikirin ntar laporannya gimana? Terus di terima apa nggak!" gadis itu menghentakkan kakinya yang hanya dibaluti sendal jepit merah.

Sanya sedikit bergeser menjauh, Kanala jika sedang kesal pasti akan mencak-mencak kesana kemarin seperti jangkrik.

Dilihat-lihat gadis itu memang terlihat kalem dan pendiam. Namun itu hanya tampilan dari luarnya saja. Minusnya? Kanala adalah gadis yang suka mengeluh dan susah untuk di pahami pribadinya.

"Gue pengen pulangg," rengek Kanala dengan kaki yang masih ia sentak-sentakan.

"Sabar dulu napa, emang kalo mau jadi lulusan sarjana kedokteran langsung sim-salabim gitu?" Sanya merangkul pundak Kanala guna menasehati.

"Orang sabar jodohnya pasti orang ganteng, makanya sabar dikit." imbuh Sanya.

"Emang iya?" tanya Kanala.

Sanya menganguk dengan cepat. "Tapi, ada gak sih yang mau sama cewek suka ngeluh kek lo?" lanjutnya dengan tawa yang pecah.

Wajah Kanala yang semula sumringah tiba-tiba kusut dibuatnya. Gadis itu menepis rangkulan Sanya. Ia seperti anak kecil yang mau-mau saja dikibuli oleh sahabatnya sendiri.

"Gue gak bakalan traktir lo lagi, pokonya titik!"

"Eh, ga boleh gitu dong! Orang pelit ntar kuburannya sempitt tau!" gadis itu mengejar Kanala yang mulai berlari menuju tempat penginapan mereka.

SENJA DI LANGIT TIMUR | REVISI Where stories live. Discover now