Chapter 1

676 28 1
                                    

" Lu yang ga waras! Seharian pergi terus pulang juga lebih dari jam 12 malam! Dasar suami ga guna lu!"

" Jangan pikir gua santai di luar yah! Gua kerja buat lu dan anak kita!"
PLAK!
Pertengkaran itu semakin meledak-ledak, Jimin yang sudah tidak tahan pun keluar dari kamar, karena percuma, dengan menutup telinga dengan bantal, suara mereka masih bisa nembus.

Ceklek--
[Taehyung]
"Jim..."

[Jimin]
"Papa sama mama ribut lagi yah? Mereka ga lelah gitu?"

[Taehyung]
" Iya..sepertinya ga akan berhenti...keknya bakal sampe tengah malam lagi."

[Jimin]
"Ya udah, gua mau keluar sebentar. Cuaca di luar juga lagi adem."

[Taehyung]
"Ok. Ke tempat biasa?"

[Jimin]
"Yoi! Gua cabut sekarang, bye hyeong..ah! Mau nitip apa ga?"

[Taehyung}
"Ga usah Jim..gua nanti mau hangout sama Jungkook daripada di sini telinga gua lama-lama rusak anjir."

[Jimin]
"Haha! Ok hyeong!"

[Taehyung]
"Take care Jim!"

[Jimin]
" Copy that!"
Jimin melambaikan tangan ke Taehyung sambil menuruni anak tangga. Akhirnya dia bisa keluar dari kesengsaraannya di neraka.

Setelah tiba di lapangan basket yang tak jauh dari rumahnya, Jimin menghembuskan nafas lega, lalu mengambil bola basket dan melemparkannya ke ring. Walau tidak masuk beberapa kali, ia sama sekali tidak patah semangat.

[Jimin]
"Kenapa lu ket! Ga mau kerja sama banget!"

Karma berlaku begitu cepat, saat lari untuk melempar, ia terjatuh dan bolanya menggelinding jauh darinya. "Haish-- shibal!"
Jimin berusaha berdiri dan menepuk-nepuk celananya yang kotor. Ia mengangkat wajahnya dan melihat seorang lelaki berkulit pucat, berpakaian serba hitam, celana yang sedikit sobek-sobek sedang meletakkan bolanya di jari telunjuk dan mulai memutarnya. Hebat bolanya tidak jatuh dan bertahan seperti bumi yang berputar pada porosnya.

[Jimin]
"Wow! Kok bisa? Cara lu lakuinnya gimana?"

Lelaki itu sama sekali tidak berkata apa-apa. Ia memantulkan bolanya ke lantai dan Jimin menangkapnya dan hanya bisa terdiam. Lelaki itu berjalan ke bangku dan duduk sambil menyilangkan kedua tangan dan kakinya.

("Apa apaan tadi? Lah..kenapa dia duduk diam? Seperti patung ga gerak sedikit pun.")

[...]
"Salah!"
.
.

[...]
"Salah!"
Untuk ke yang sekian kalinya lelaki itu mengatakan hal yang sama.

("Apaan si ni orang salah salah melulu!")

Lelaki itu bangkit berdiri dan sama sekali tidak menoleh ke belakang, ia terus berjalan hingga batang hidungnya tidak terlihat lagi. Dengan rasa kesal Jimin memantulkan bolanya ke lantai, bukannya terpantul ke depan, malah terpantul ke dirinya, dan tepat di dagu. Jimin berlutut di lantai sambil memegang dagunya kesakitan. "Basket shialan! Eh! Gua belom tau namanya! Hantu kali yah? Mungkin hantu pemain basket.."




.



Glint of Hope Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum