XVIII. Permainan Berakhir Di Sini

13 1 0
                                    

"MUSTAHIL!" Teriakan Loki menggema di seluruh penjuru. Matanya berubah semerah darah menandakan kemarahan yang begitu besar.

"Bagaimana mungkin manusia biasa seperti Ervin bisa mematahkan sihir ilusi yang kubuat?"

Nampaknya Loki terlalu meremehkan Ervin. Sejak awal, perempuan itu memang sedikit berbeda. Dia memiliki dendam begitu besar pada seseorang karena kematian adiknya. Keinginan menegakkan keadilan dalam hati Ervin tidak disangka lebih besar dari rasa takut yang dirasanya.

Mulanya, Loki menciptakan permainan tiada akhir ini hanya untuk kesenangan sekaligus mengambil keuntungan dari nyawa mereka. Namun, siapa yang menyangka akhirnya akan seperti ini? Siapa yang menyangka kalau Ervin dan Kairo, si pemburu itu bisa mematahkan ilusi buatannya?

"Jadi, apakah kamu ingin menghadapi mereka?" Pertanyaan yang dilontarkan ratunya membuat Loki terdiam. Dia mulai berpikir tentang konsekuensi jika melawan dua manusia yang berhasil lolos dari permainannya.

Ada dua kemungkinan yang terjadi di sini. Jika mereka berhasil mematahkan ilusi buatan Loki , ada kemungkinan mereka bisa mengalahkan Loki. Namun, jika mereka tidak mengetahui kelemahan Loki, maka dia tidak akan kalah dan musnah begitu saja.

"Asalkan kelemahanku tidak mereka ketahui, maka mereka yang akan mati."

Loki tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Hanya Ervin dan Kairolah yang belum masuk dalam perangkapnya. Sementara Leiv dan Shera sudah lebih dulu dilahap oleh monster hingga berhasil masuk ke dalam tabung tahanan khusus yang sudah dia siapkan untuk persembahan.

***

Pandangan perempuan itu berpendar ke segala arah. Setelah melewati kabut tebal beserta menahan rasa sakit dari tusukan baru kerikil tajam, akhirnya mereka bisa tiba di halaman asrama 300 DC. Halaman luas yang nampak begitu berbeda dari hari biasanya.

Halaman ini seolah memang disiapkan sebagai arena pertarungan. Di pinggir lapangan terdapat gong berukuran besar. Di sampingnya terletak berbagai macam senjata mematikan.

Ervin dan Kairo saling melempar pandang satu sama lain, lantas Kairo menggenggam tangan Ervin seolah memberikan kekuatan dan meyakinkan perempuan itu. Sudah sampai di titik ini, mereka harus menang. Loki harus dimusnahkan entah bagaimana caranya nanti.

"Manusia lemah dan pemburu seperti kalian ternyata cukup hebat." Suara Loki menggema di udara. Genggaman Ervin semakin kuat pada Kairo. Sempat tersirat rasa takut di hati karena suara Loki terdengar cukup mengerikan seolah ada hawa panas yang mengiringinya.

"Jangan takut. Gue di sini. Kita pasti menang." Bisikan Kairo lagi-lagi berhasil mengembalikan keberanian Ervin. Laki-laki itu cukup optimis dalam mendukungnya. Maka Ervin juga harus percaya kalau mereka mampu.

Lantas pandangannya beralih menatap senjata-senjata yang berada di sana. Dengan sigap Ervin mengambil dua pistol usai menarik pelatuknya. Dia hanya manusia biasa, tidak memiliki kekuatan apa pun dan hanya bisa mengandalkan senjata.

Sementara Kairo, laki-laki memilih pedang dan belati kecil. Dia lebih lihai memainkan dua benda tajam itu daripada senjata yang lain. Dengan keahliannya dan Ervin, dia yakin bisa mencari celah untuk mengalahkan Loki.

Suara tawa Loki kembali menggema. Hanya suaranya saja tanpa ada wujudnya. Namun, hal itu tentu saja membuat Ervin dan Kairo meningkatkan kewaspadaan mereka. Saling bekerja sama menajamkan pandangan jika terjadi serangan dadakan.

Langit cerah mendadak gelap seperti malam hari tanpa bulan. Gelap gulita tanpa sedikit pun penerangan. Ada rasa takut yang perlahan menggerogoti keberanian saat matanya tidak melihat apa pun.

"Pasang telinga baik-baik. Meskipun gelap, tapi kita enggak tuli. Ingat, jangan terkecoh dan jangan takut."

Ervin mengangguk lalu menjawab, "Lo tenang aja. Gue bakalan selalu waspada." Namun, masalahnya sekarang adalah suara angin ribut beserta batu kerikil yang menerpa atap asrama membuat keduanya gagal fokus. Mereka tidak bisa mendengar apa pun selain suara batu yang berjatuhan.

ASRAMA 300 DC (SEASON 2)Where stories live. Discover now