XII. Melampaui Kematian, Zombie

29 3 1
                                    

Desa Randu Songo adalah desa tempat Rain berasal. Dinamakan Randu Songo karena dulu di desa tersebut terdapat sembilan pohon Randu yang tumbuh berjajar. Itu adalah sebuah desa terpencil yang terletak di lereng gunung. Orang-orang di desa tersebut memulai kehidupan mereka sangat-sangat awal. Sebelum ayam jago mulai berkokok dapur-dapur di Randu Songo sudah mengepul. Dan begitu suara ayam jago terdengar sekalipun matahari belum muncul, para pria di desa terpencil itu sudah terlihat menenteng pacul mereka menuju ke sawah karena sebagian besar orang-orang Randu Songo adalah petani. Sementara anak-anak baru akan terlihat saat waktunya untuk pergi sekolah. Sepulang sekolah anak-anak desa ini akan pergi ke sawah untuk mengantarkan makanan pada ayah atau kakek mereka yang sedang bekerja. Kemudian lanjut bermain dengan teman sebaya mereka. Entah itu mencari belut, bermain layang-layang ataupun bermain permainan lainnya yang tidak pernah dimainkan oleh anak-anak kota.

Kehidupan di Randu Songo memang sesederhana itu. Namun, tak seorang pun tak bahagia di sana. Setiap hari mereka bisa tertawa lepas tanpa beban sekalipun baru saja gagal panen atau ternak-ternak mereka mati karena penyakit dan masalah lain yang bisa menimpa setiap orang. Itu karena orang-orang di sana saling menyayangi satu sama lainnya. Kasih sayang yang benar-benar tulus tanpa membeda-bedakan. Ketika ada masalah mereka siap membantu satu sama lain, ketika ada yang sedih selalu saja ada yang menghibur, ketika ada yang kelaparan selalu ada yang berbagi. Hal itu pula yang Rain rasakan saat tinggal di desa tersebut. Rain tinggal di sana bersama kakeknya. Sedangkan kedua orang tua Rain sendiri sudah meninggal bahkan sebelum Rain bisa mengingat wajah mereka. Bagi Rain bisa lahir dan tinggal di Randu Songo adalah sebuah berkah. Ia bahkan menganggap Randu Songo adalah sebuah surga kecil di dunia. Memang di sana Rain tidak bisa melihat gedung-gedung pencakar langit, tapi di sana Rain bisa melihat dengan jelas bintang-bintang di langit yang jumlahnya bahkan lebih banyak dari gedung pencakar langit yang ada di kota. Di desa itu Rain memang tidak bisa melihat mobil, motor atau kereta cepat, tapi di sana dia bisa melihat burung-burung yang terbang bebas serta mendengar kicauan indah mereka setiap hari.

Namun, suatu hari sebuah bencana longsor besar melenyapkan surga Rain itu. Selain Rain tidak ada satupun orang yang selamat. Setelah menjadi sebatang kara Rain diadopsi oleh Tuan dan Nyonya besar Hutabarat yang merupakan salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Namun, suami-istri Hutabarat tidak mengadopsi dikarenakan perasaan cinta kasih, melainkan untuk memenuhi ambisi mereka. Sebagai salah satu keluarga terkaya di Indonesia keluarga Hutabarat tidak memiliki penerus, dan untuk itulah mereka mengadopsi Rain yang dianggap memiliki potensi. Akan tetapi sebagai penerus keluarga Hutabarat, Rain dituntut untuk selalu jadi nomor satu disemua bidang.

Rain memang bisa memenuhi semua tuntutan itu, tapi dia harus kehilangan banyak hal termasuk jati dirinya sendiri. Selain itu, setelah masuk ke keluarga Hutabarat, Rain tahu jika dunia ini begitu kejam. Mereka yang kuatlah yang berkuasa. Sedang mereka yang lemah hanya bisa mengikuti arus yang dibentuk oleh mereka yang kuat, dan jika mereka melawan maka akan lenyap. Banyak orang munafik. Di depan mereka selalu tersenyum dan berlagak layaknya teman. Namun, di hati mereka sangat menantikan kejatuhannya.  Rain membenci dunia sepeti itu dan ingin menghancurkannya.

Rain selalu berharap bisa kembali ke kehidupan lamanya di Randu Songo. Hidup damai di tempat yang ia sebut surga kecil bersama kakek dan seluruh warganya yang baik hati. Bila ada yang bertanya kenapa cangkul warisan kakek Rain begitu berharga bagi Rain? Alasan jelas, karena malalui benda itulah Rain bisa mengingat kembali kehidupan indahnya yang kini telah terkubur tanah bersama Desa Randu Songo.

Selama ini anak-anak asrama menganggap Rain sebagai pribadi santai yang senang berkebun, tapi sebenarnya yang Rain lakukan hanyalah melarikan diri. Melarikan diri dari dunia yang sangat ia benci. Kemudian, begitu asrama membuka kedoknya sendiri, Rain berpikir sudah waktunya berhenti melarikan diri. Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan yang dia inginkan. Rain tak peduli seberapa besar resiko yang harus ia hadapi karena itu sepadan dengan apa yang akan ia dapatkan. Ia harus jadi pemenang, dengan begitu ia bisa menghancurkan dunia, membangunnya ulang menjadi lebih baik dan mendapatkan kehidupan bahagianya lagi di Desa Randu Songo.

Namun sekarang Rain justru terkapar di tanah, tak bergerak sama sekali. Ada lima sampai tujuh anak panah menancap di tubuhnya dan sekujur badannya telah berubah jadi biru pucat karena racun dari anak-anak panah itu. Perjuangan pemuda itu telah berakhir. Segala mimpinya telah sirna. Setidaknya begitulah kelihatannya.

Hujan anak panah dari Jumong baru berlangsung dua setengah menit, tapi sudah banyak mayat yang bergelimpangan. Joshua menjadi orang pertama yang menyelesaikan ujian dari Jumong meski ia harus kehilangan satu tangan karena panah Jumong yang beracun mengenainya dan terpaksa harus di potong. Di susul Kairo dengan penampilan yang acak-acakan. Bella dan Rara menyelesaikan ujian di posisi ke enam dan tujuh. Di belakang mereka ada Leiv dan Shera.

Ervin yang hanya manusia biasa dan tanpa penyihir pendamping seperti Bella atau Shera berhasil selamat di posisi ke sebelas. Sekaligus menjadi orang terakhir yang selamat. Setidaknya begitu yang mereka pikir. Namun, begitu hujan anak panah Jumong berhenti, terlihat siluet manusi keluar dari hutan tempat ujian berlangsung. Manusia itu berlari dengan sempoyongan mendaki bukit yang merupakan garis akhir dari ujian kedua.

"Masih belum,"

"Masih belum,"

"Masih belum,"

Itulah kata-kata yang selalu digumamkan orang misterius tersebut. Begitu ia mencapai puncak bukit semua orang langsung terkejut bukan main karena sekujur tubuh orang misterius itu bewarna biru dan puluhan anak panak menancap di tubuhnya. Namun, yang paling terkejut dari semuanya adalah Kairo. Sebab pemuda keturunan Matternich itu tahu jika orang misterius tersebut telah meninggal, tapi kini ia justru muncul kembali dengan penampilan yang berbeda atau lebih bisa disebut wujud berbeda. Orang-orang sekarang lebih sering menyebut wujud itu sebagai zombie. Dan orang yang menjadi zombie itu tak lain adalah Rain.

Author: Gagaksv96

ASRAMA 300 DC (SEASON 2)Where stories live. Discover now