"Sekalian kita promosi, kalau Kafe kita bakalan ada band juga hehe" timpal Aron.

"Pintar juga lo, boleh tuh" ujar Alfanza mengelus rambut Aron, membuat Aron tersenyum senang menatap Eric dengan senyuman mengejek, merasa menang dari Eric.

"Baiklah, mari kita coba" ujar Alfanza bersemangat.

.

.

.

.

.

Alfanza tersenyum senang mengendarai motornya, yahh motor miliknya sendiri. Tadi sepulang sekolah dia meminta si kembar untuk menemaninya membeli motor, si kembar tentu saja bersemangat dan memilihkan motor yang bagus untuk Alfanza.

Tapi masalahnya si kembar malah memilihkannya motor yang harganya lebih dari 100juta. Ada sih uangnya , tapi dia kan harus berhemat untuk kebutuhannya nanti.

Dan alhasil, Alfanza mengambil motor sport berwarna merah dan hitam, yang harganya lebih murah dari yang dipilih si kembar.

"Bang, mau main dulu nggak?" Tanya Aron saat mereka berhenti dilampu merah.

"Nanti malam aja gimana, gue belum izin nih" ujar Alfanza.

"Yaudah bang, ketemu di Cafe nanti ya" ujar Eric melambaikan tangannya, mereka berpisah karena mereka berbeda arah tujuan.

Alfanza yang lurus, dan si kembar yang berbelok ke kanan untuk menuju  mansionnya.

"Hati-hati kalian" peringat Alfanza dan diberikan acungan jempol oleh si kembar.

"Stt dia akhirnya sendirian"

"Ttt cegat dia dan bawa secepatnya" Percakapan dua orang yang berbeda jarak, mereka saling tatap dan mengangguk, dan mengikuti Alfanza supaya tidak kehilangan jejak.

2 orang mengikuti Alfanza dengan menggunakan motor, dan ada beberapa orang di dalam mobil.

Alfanza yang awalnya mengendari motornya santai, menatap curiga orang-orang yang mengikuti dia dari belakang. Dengan menampilkan gostur badan tenang, dia menambah kecepatan motornya, dan benar saja mereka ikut menambah laju kendaraan mereka.

"Sialan" geram Alfanza terus melaju hingga orang-orang itu dihadang oleh beberapa motor, dan membuat Alfanza menghela nafasnya lega, hingga akhirnya dia sampai di kediaman Smith dengan selamat.

Tapi sesampai di kediaman Smith, dia malah melihat beberapa motor sport di halaman depan, membuat Alfanza berdengus kesal dan langsung masuk ke garasi mansion itu.

"Anjirlah bang Arsya kok nggak bilang sih temannya pada mau ke sini, kalau tau gini lebih baik gue main sama si kembar aja tadi" kesal Alfanza dan melihat ponselnya yang ternyata ada beberapa panggilan dan pesan dari Arsya dan Cakra.

"Ck salah gue sendiri ternyata nggak lihat ponsel" gumamnya dan menghela nafasnya kasar. Dia akhirnya memutuskan untuk ke mansion bagian belakang, dimana terletak sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal pekerja mansion itu.

Setidaknya dia harus bersembunyi dan mencari tempat istirahat terlebih dahulu, sambil memikirkan orang-orang yang mengejarnya tadi.

"Udah mulai bergerak rupanya" ujar Alfanza memijit pangkal hidungnya pening, sepertinya hidupnya tidak akan tenang nanti.

Sedangkan di sisi lain, seorang Pria menggeram marah karena mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau mereka dihadang dan dihajar, sehingga membuat mereka kehilangan jejak Alfanza.

"Sialan, sebenarnya siapa yng berada dibelakang bocah itu,  kenapa sulit sekali mencari keberadaannya" kesal Fikri Alberto, orang tua angkat Alfanza.

"Apa mungkin, Xavier masih melindunginya dari jauh mas?" Ucap Alya tampak berpikir.

I'm Fine (End)Where stories live. Discover now