108🔫🗿

843 66 22
                                    

Bab 108

  Entah apakah itu karena Shen Meng mengukir tanda pada jiwa Xiaobai, atau mungkin karena orang yang akan mati akan pergi ke tempat yang paling mereka inginkan. Atau mungkin karena langit membuka mata mereka, atau mungkin itu karena terowongan ruang-waktu di dasar danau. Atau mungkin keberuntungan, atau mungkin kebajikan surga yang ingin membuat Shen Meng bahagia selamanya. Atau mungkin...

  Bagaimanapun, Xiaobai dipindahkan kembali, dengan tubuh asli nya.

  Shen Meng berbaring di tanah, melihat pria yang jatuh dari langit, dia merasa hidup kembali, dan hidupnya lengkap.

  Terbang ke depan, dia meraihnya dan memeluknya erat-erat. Seolah menggenggam sedotan terakhir, ingin menyatukan darah dan dagingnya, tidak pernah terpisah lagi.

  Shen Meng membawa Xiaobai yang tidak sadarkan diri kembali ke gunung tandus, dan meletakkannya di ranjang bambu. Baru sekarang dia punya waktu untuk melihatnya dengan hati-hati, dan menganalisis Xiaobai dari dalam ke luar dengan mata penuh kasih sayang.

  Penampilan Xiaobai persis sama dengan yang ada di puncak Yunwu. Namun alisnya lebih energik, seolah-olah dia lebih muda darinya.

  Mengenakan gaun mewah, separuh lengan seputih saljunya terlihat, wajahnya kuyu. Sepucat boneka porselen halus, tanpa jejak aura di tubuhnya, dia terasa sangat lemah.

  Bulu matanya panjang dan lentik, menebarkan bayangan tebal di bawah mata, seperti sekumpulan bulu hitam yang terbentang di atas bulu putih burung bangau.

  Ini adalah orang yang ingin dia ukir di sumsum tulangnya siang dan malam!

  Shen Meng memeluknya dengan sedih, dan berkata dengan lembut, "Mulai sekarang, tidak ada yang bisa memisahkan kita."

  Dia memeluknya erat, inci demi inci, sampai tidak ada lagi celah di antara mereka.

  Tapi Shen Meng masih takut.

  Ketakutan kalau dia hanyalah gelembung di bawah sinar matahari, yang akan pecah jika ditusuk. Dia khawatir kalau orang ini hanyalah awan mengambang yang lewat di langit, dan akan menyebar begitu ditiup.

  Takutnya itu hanya akan menjadi cahaya pagi saat bangun dari mimpi lagi, takut jika pada akhirnya akan menjadi sebuah mimpi lagi.

  Dia tidak memiliki keberanian untuk bertaruh lagi, cukup kehilangan orang di pelukannya sekali, dan tidak akan ada waktu berikutnya.

  Dia rapuh seperti ikan yang sekarat karena kehausan, dan dia akhirnya menemukan setetes airnya sendiri, tidak pernah berani melepaskannya sejak saat itu.

  Pada akhirnya, dia mencurahkan hati dan jiwanya untuk menuangkan segel penghalang besar di gunung tandus, dan tidak ada yang bisa masuk, dan tidak ada yang bisa keluar. Xiao Bai dikurung seperti penjara, dan dia juga ikut terkurung dengan sukarela.

  * * *

  Bai Xiaobai tidur untuk waktu yang sangat lama.

  Dia bermimpi, dan mimpi itu gelap gulita, seolah tidak akan pernah berakhir.

  Tetapi sebuah suara mengatakan kepadanya bahwa dia harus melanjutkan, karena seseorang telah menunggunya di akhir.

  Dia terus berjalan, dan akhirnya ada cahaya di depannya, dan ada sosok berbaju merah berdiri di bawah dinding tanaman mawar, memegang buket bunga berwarna merah dan putih.

  Dia mengangkat kakinya dan mendekat, seolah mencium aroma samar bunga di ujung hidungnya, dia melambai kepada pria berbaju merah, yang menoleh untuk menatapnya dengan senyum di wajahnya, yang berteriak dengan keterikatan yang tak terbatas : "Shizun..."

[BL]Shizun yang Menjahati ProtagonisWhere stories live. Discover now